Project based learning (PjBL) atau Pembelajaran Berbasis Proyek adalah model pembelajaran yang menjadikan peserta didik sebagai pusat pembelajaran yang menitikberatkan proses belajar dan mempunyai hasil akhir berupa produk. Peserta didik menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media.
Dalam hal ini, peserta didik mempunyai kebebasan untuk menentukan aktivitas belajarnya sendiri. Mereka mengerjakan proyek pembelajaran secara berkolaborasi sehingga dapat menghasilkan suatu produk. Kunci keberhasilan pembelajaran ini sangat dipengaruhi oleh keaktifan peserta didik itu sendiri.
Pertujukan drama Wayang Thithi diambil sebagai Project based learning (PjBL) atau disebut juga Integreted Learning (IL) siswa kelas delapan SMP Katolik Cor Jesu pada bulan September 2022 yang lalu.
Dalam proyek ini siswa kelas delapan dibagi menjadi 15 kelompok dan masing-masing kelompok membuat drama dengan media wayang thithi yang dibuat sendiri sesuai dengan tema dan tokoh yang akan ditampilkan. Tema yang diusung adalah “Bhineka Tunggal Ika”. Nilai yang dipetik adalah nilai toleransi, saling menjalin persaudaraan meskipun kita semua terdiri dari beraneka ragam suku, ras dan agama.
Drama Wayang Thithi dipilih sebagai proyek karena wayang thithi merupakan salah satu budaya lokal Indonesia yang perlu kita lestarikan, terlebih oleh generasi penerus bangsa Indonesia. Wayang thithi adalah kebudayaan dari Yogyakarta yang merupakan akulturasi budaya China-Jawa.
Mengenal Wayang Thithi
Wayang Thithi dikenal di Yogyakarta pada tahun 1925 hingga 1967. Wayang Thithi merupakan sebutan wayang kulit Cina-Jawa. Lakon dari pertunjukan wayang thithi ini memainkan kisah legenda dari negeri Tiongkok seperti Sam Kok, San Pek Eng Tay dan lain sebagainya. Berbeda dengan lakon wayang kulit murni cerita wayang Jawa. [arsipbudayanusantara.blogspot.com]
Disebut Wayang Thithi karena berasal dari suara alat musik yang digunakan ketika pertunjukan yakni alat musik yang terbuat dari kayu yang biasa disebut Piak-ko oleh orang Tionghoa. Suara Piak-ko terdengar berbunyi “thi thi thi” yang oleh orang Jawa akhirnya wayang ini disebut dengan Wayang Thithi.
Melihat rupa wayang Thithi, pasti kita mengira wayang ini dibuat berasal dari China dan dibuat oleh orang China, namun sungguh unik dan luar biasa bahwa Wayang Thithi ini asli dari Yogyakarta, dan penciptanya adalah Gan Thwan Sing, seorang peranakan Tionghoa. [brilio.net]
Maksud PjBL Drama Wayang Thithi
Melalui pameran atau presentasi PjBL berupa Drama Wayang Thithi ini, siswa diharapkan mempertahankan budaya lokal yang terancam tergeser oleh budaya asing. Pengaruh budaya asing yang merangsek dan mempengaruhi peri kehidupan generasi muda masa kini tak dapat dibendung. Dengan penanaman dan pemahaman budaya sendiri melalui PjBL ini, siswa dapat mengimplementasikan pengetahuan dalam menulis naskah drama dan mementaskannya.
Dalam proyek ini siswa menggambar sendiri ilustrasi dan mengubahnya menjadi bentuk wayang. Siswa juga menginterprestasikan permasalahan keberagaman budaya dalam bentuk drama Wayang Thithi. Dalam presentasi berupa drama ini, siswa menampilkan tindak tutur Bahasa Mandarin.
Tujuan PjBL Drama Wayang Thithi
Bapak Abraham Setyo Utomo, S.Pd. selaku guru pengampu Seni Budaya di SMP Katolik Cor Jesu ini menjabarkan ada dua nilai kompetensi dasar dari enam nilai kompetensi SERVIAM dalam Drama Wayang Thithi ini, yaitu :
Kompetensi Dasar 1 : Cinta dan Belas Kasih
Nilai yang terwujud dalam sikap dan perilaku yang digerakkan oleh kesadaran kognitif dan afektif yang mendalam untuk membahagiakan sesama serta memelihara alam semesta dan seisinya sebagai sebuah refleksi iman demi memuliakan Allah.
Dengan melaksanakan proyek ini, siswa dapat menolong dan membantu orang lain yang membutuhkan tanpa memandang siapa mereka atau latar belakang mereka.
Kompetensi Dasar 3 : Keberanian dan Ketangguhan
Nilai yang terwujud dalam sikap dan perilaku tanpa takut serta teguh memegang prinsip untuk bertindak benar secara bijaksana dalam menghadapi risiko dan tantangan yang mendesak, dilematis, dan kritis.
Dengan melaksanakan proyek ini, siswa dapat menyampaikan ide dan pendapat di depan umum secara berani dan bebas.
Enam Nilai Dasar Pendidikan Serviam
Pedoman dasar dari model pembelajaran Project Basic Learning (PjBL) di SMPK Cor Jesu ini adalah dari nilai-nilai dasar (cor values) Pendidikan Serviam (sesuai dengan dasar pengembangan kurikulum di Lembaga Pendidikan Ursulin. Nilai-nilai dasar ini berasal dari spirit Santa Angela yang tertuang dalam Serviam semboyan Pendidikan Ursulin yang artinya “Saya Mau Mengabdi”.
Terdapat enam Nilai Dasar (cor values) yang dijadikan pokok pedoman Pendidikan, antara lain :
1. Cinta dan Belas Kasih
Cinta pada Tuhan dan belas kasih pada sesama menjadi modal utama dan dasar pokok atas seluruh tindakan, sikap, tutur kata, dan pelaksanaan tanggung jawab sebagai manusia ciptaan Allah, warga bangsa (anggota masyarakat), warga komunitas beriman (apapun agamanya).
2. Integritas
Integritas menunjukkan pribadi yang “matang/dewasa” secara menyeluruh, utuh. Pribadi yang matang secara utuh memiliki prinsip-prinsip hidup yang kuat yang menjadi pedomannya dalam bertindak dan bertutur-kata.
3. Keberanian – Ketangguhan
Para penerus Santa Angela (siapa saja) diharapkan mampu ditempa dan dilatih melalui berbagai bentuk atau cara dalam proses pendidikan yang berkesinambungan untuk menjadi pribadi yang berani dan tangguh menjalani kehidupan secara positif atas dasar Iman akan Allah yang Maha Rahim demi kesejahteraan atau kebaikan keluarga, bangsa, negara, dan komunitas beriman.
4. Semangat Persatuan (Insieme)
Persatuan dan kesatuan merupakan salah satu sarana dalam menghadapi gelombang tantangan zaman yang semakin keras. Dalam persatuan akan tercipta harmoni kehidupan yang pada akhirnya akan menumbuhkembangkan kehidupan manusia dan alam ciptaan.
5. Kesungguhan (Totalitas)
Keberhasilan tidak akan pernah tercapai jika tidak disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh, tidak setengah-setengah atau minimalis. Kesungguhan menjadi modal dalam mencapai keberhasilan. Sebagai manusia, kita diminta oleh Tuhan untuk terus-menerus memperbaharui dan mengembangkan diri menjadi lebih baik, lebih maju, menjadi ”sempurna” (Matius 5:48).
6. Semangat Pelayanan
Santa Angela telah memberi teladan melalui karya pelayanan dalam seluruh hidupnya. Melalui tindakan melayani, ia telah membawa jiwa-jiwa kembali pada Tuhan Allah. Perilaku melayani dapat dilakukan dalam berbagai hal, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang besar. Dalam melayani diperlukan semangat berbagi, berbelas kasih, dan peduli pada sesama. Semangat pelayanan harus ditumbuhkan sampai menjadi bagian dari diri terdalam sehingga menjadi suatu hasrat (keinginan/kebutuhan).
Terdapat dua nilai kompetensi dasar yang diambil dari pertunjukan Drama Wayang Thithi adalah seperti yang telah penulis jabarkan di atas, yakni nilai Cinta dan Belas Kasih serta nilai Keberanian dan Ketangguhan.
Cinta kepada Tuhan dan belas kasih pada sesama sebagai hal pokok kemudian sikap dan perilaku tanpa takut serta teguh memegang prinsip untuk bertindak benar secara bijaksana dalam menghadapi risiko dan tantangan yang mendesak, dilematis, dan kritis merupakan implementasi nilai Keberanian dan Ketangguhan.
Kolaborasi Penilaian 4 Mata Pelajaran
Penilaian presentasi PjBL ini dilakukan dengan kolaborasi antar mata pelajaran. Kegiatan seperti ini diharapkan dapat mengembangkan daya kreativitas, menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga dapat membuat yang lain pun merasa gembira karena tercipta kerukunan dan kerja sama yang baik dalam menciptakan suatu produk atau karya. Generasi yang berkualitas adalah generasi yang bahagia dan dapat menggembirakan satu sama lain.
Berikut ini adalah kolaborasi penilaian mata pelajaran dalam implementasi Drama Wayang Thithi yang diselenggarakan oleh siswa kelas delapan SMP Katolik Cor Jesu Malang :
1. Bahasa Indonesia
Melalui pertunjukan Drama Wayang Thithi, penilaian dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia meliputi materi identifikasi struktur dan unsur drama yang berbentuk naskah atau pentas kemudian kemampuan siswa meyajikannya atau mempresentasikannya dalam bentuk pementasan drama.
Siswa diharapkan mampu dalam menerapkan materi pembelajaran Bahasa Indonesia, dalam :
- mengidentifikasi struktur naskah drama
- mengidentifikasi unsur pementasan drama
- menulis naskah drama sesuai dengan struktur penulisan drama secara tepat
- menyajikan pementasan drama sesuai dengan unsur pementasan yang tepat
2. PPKn
Dalam materi pelajaran PPKn, penilaian pada siswa yang diambil dalam pertunjukan Drama Wayang Thithi ini adalah siswa dapat memproyeksikan nilai-nilai Sumpah Pemuda 1928 dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.
Siswa diharapkan mampu untuk :
- menganalisis peristiwa Sumpah Pemuda yang telah melahirkan budaya-budaya daerah baru yang turun-temurun lintas generasi
- mengaitkan hasil proyeksi nilai-nilai semangat Sumpah Pemuda 1928 berbingkai ”Bhineka Tunggal Ika” dalam kehidupan mereka sehari-hari
3. Seni Budaya
Keberhasilan pertunjukan Drama Wayang Thithi oleh kelas delapan ini, tidak terlepas dari sebuah daya kreativitas siswa dalam mempersiapkan properti dari pertunjukan wayang itu sendiri, yaitu berupa boneka wayang.
Melalui materi Seni Budaya, siswa diharapkan mampu untuk :
- memahami prosedur menggambar ilustrasi dengan menggunakan teknik manual atau digital
- menggambar ilustrasi dengan menggunakan teknik manual atau digital
- memahami gambar ilustrasi dengan menggunakan teknik manual atau digital
4. Bahasa Mandarin
Telah kita ketahui bersama bahwa wayang thithi merupakan akulturasi budaya China-Jawa. Di SMP Katolik Cor Jesu Malang siswa juga mendapat materi pelajaran Bahasa Mandarin, dan kolaborasi mata pelajaran melalui pertunjukan Drama Wayang Thithi ini merupakan hal yang sangat tepat.
Percakapan oleh lakon dalam pementasan Drama Wayang Thithi ini mencakup tindak tutur berbahasa Mandarin yang menggambarkan cita-cita.
Hal-hal yang diharapkan adalah siswa dapat :
- mempelajari unsur kebahasaan dan struktur teks untuk untuk memberi dan meminta informasi meliputi cita-cita (第三课 – 我想做表演)
- mengucapkan beberapa tindak tutur dalam tema cita-cita dengan menggunakan Bahasa Mandarin
- mempraktikkan tindak tutur memberi dan meminta informasi terkait cita-cita (第三课 – 我想做表演)
Nah, sebuah pameran proyek yang menyenangkan bukan? Ada banyak hal yang dapat kita gunakan sebagai materi yang dapat menstimulasi kreativitas dan kecerdasan siswa dalam menghasilkan sebuah karya atau suatu produk.
Untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan harapan, produk dirancang dengan menyenangkan, dibuat dengan gembira dan dibagikan dengan penuh sukacita pula. Dengan demikian siswa sebagai subyek dapat secara mandiri mengembangkan nilai-nilai kompetensi dasar pribadinya masing-masing. Dia mampu memahami sebuah proses dari awal hingga akhir dengan perasaan yang selalu gembira. Secara tidak langsung hal ini akan menjadikan mereka anak-anak merdeka.
Salam merdeka belajar!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H