Mohon tunggu...
Yayuk Sulistiyowati M.V.
Yayuk Sulistiyowati M.V. Mohon Tunggu... Guru - Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen : Mukbang Rujak Cingur Level 30

15 November 2022   11:00 Diperbarui: 26 November 2022   08:52 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rujak Cingur | Ilustrasi | neda.co.id

“Ma, hari ini tidak usah buka warung ya. Mama tetap masak rujaknya, Baron dan Mercy akan borong rujak mama semuanya,” Sigit masih terus merayu mamanya supaya tidak membuka warung rujak cingurnya hari ini.

“Iya Le, puji Tuhan dagangan mama ada yang borong. Tapi ada acara apa teman bulemu itu borong rujak mama, emang bule doyan rujak cingur?,” mama Sigit berkata sambil tertawa tak percaya.

“Mereka berdua mau mukbang duapuluh porsi rujak cingur level 30 Ma!, setiap porsi diuleg dengan 30 cabe rawit,” Sigit menjelaskan maksud Baron dan Mercy memborong rujak cingur buatan mamanya.

“Astaga…, opo mukbang iku, mama gak mau Le… nanti kalau mereka sakit perut mama yang disalahkan, aneh-aneh aja kalian ini,” mama terkejut dan mementahkan lagi maksud Baron dan Mercy yang memang agak ekstrim ini.

“Mukbang itu makan dengan porsi banyak ma. Rujak cingur mama nanti jadi terkenal karena mereka itu artis Yutub, warung rujak mama akan sering didatangi artis. Ayolah ma, boleh ya, nanti Sigit bantuin mama” Sigit masih merayu sambil mengekor mamanya yang ngeloyor ke warung depan teras mereka.

“Oke, tapi kalau ada apa-apa mama gak mau tahu ya…”, akhirnya mama menyetujui keinginan Baron dan Mercy.

Rujak Cingur | Ilustrasi | neda.co.id
Rujak Cingur | Ilustrasi | neda.co.id

***

Ok, take!,” Sigit mulai menginstruksikan pasangan bule Belanda ekstrim yang suka mukbang makanan khas Jawa ini untuk memulai videonya. Baron dan Mercy pun menghadap ringlight dengan wajah sumringah mereka yang khas.

Sepasang bule itu bergantian nyerocos dengan Bahasa Jawa yang belepotan tapi renyah. Sigit dan mama yang mengintip di balik kamar depan tak dapat menahan tawa. Mulut dua bule gokil itu sampai monyong-monyong menyeruput daun bayam dan kangkung yang berlumur bumbu kacang yang kental dan beraroma khas pisang batu.

“Weruh gak rek, pisang batu iku jenenge gedhang kluthuk. Dicampur petis udang, kacang, asem, bawang, lombok diuleg dadi siji dadi bumbune rujak cingur, “uwenaaak joss”, tenan “uwenaaak joss”!,” 

Baron meraup tempe menjes dan tahu beberapa potong berlumur saus rujak sembari mengulang jargon konten mukbangnya yang sudah dihapal luar rambut oleh fansnya.

Mercy tak mau kalah, dia mencomot beberapa irisan cingur (kulit bibir sapi) yang besar lalu memasukkan semua ke mulutnya, sangat rapi meskipun saus rujaknya sampai menetes-netes saking banyaknya. Mukanya memerah karena sudah mulai kepedesan. Seplastik kerupuk puli dia habiskan seketika. Dua botol air mineral besar di sampingnya pun sudah kosong. Sigit buru-buru menggantinya dengan dua botol yang baru.

Fuji mukbang rujak manis | Ilustrasi | food.detik.com
Fuji mukbang rujak manis | Ilustrasi | food.detik.com

“Uwenaaak joss rek!,” Mercy berseru sambil menahan perutnya yang mulai kekenyangan. Masih seperempat bakul penuh, masih tersisa irisan nanas, bengkoang, tempe dan sayurannya. Tangannya meraup semuanya lalu kembali memasukkan ke dalam mulutnya, bergantian dengan Baron. Disusul colekkan bumbu rujak dengan sisa kerupuk puli di tangannya.

Di sebelah Mercy, Baron asyik mengunyah mentimun muda yang dia colek-colekkan ke bumbu rujak yang bersembur merah karena bercampur 600 biji cabe rawit. Ulala, Sigit melihat mamanya ngibrit meninggalkan pertunjukan ekstrim itu, dan sayup terdengar suara mama yang mulai tak dapat menahan mual di dalam kamar mandi.

***

Dua hari berlalu. Seperti biasa, subuh itu Sigit mengantar mamanya belanja ke pasar Legi sekiloan meter dari rumahnya. Kaget bukan kepalang, sepulang dari pasar rumah mereka penuh manusia. Banyak emak-emak berteriak histeris memanggil-manggil mama Sigit.

“Uwenaaak joss rujak cingur Bu Titik”, terdengar suara Bu RT turut berteriak di sela-sela kerumunan manusia itu.

“Bu Titik, saya mau rujaknya ya, mau saya kirim ke Kepanjen untuk anak saya…”, Bu Lin kampung sebelah berteriak tak kalah seru sambil mengambil foto Sigit dan Bu Titik dari jauh.

“Nah, betul itu warung yang di channel mukbang dua bule lucu itu Mas!,” seorang wanita muda berkata pada lelaki di sampingnya sambil menunjuk warung mama Sigit yang dipasang banner besar dan baru bertuliskan “Rujak Cingur Bu Titik – Uwenaaak Joss!” 

Tampak gambar Baron sedang mencomot cingur dan Mercy yang tengah memasukkan kangkung dan tahu berlumuran saus bumbu rujak di banner besar itu.

Dari simpang jalan menuju rumahnya, Sigit terkaget-kaget sampai motornya oleng, terlihat mamanya meringis dan memasukkan kepalanya ke dalam tas karung bekas tepung, antara kaget, sedih sekaligus gembira. Uwenaak joss, kakak! (Yy)

Fiksi Kuliner

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun