“Itu lho le, perusahaan kayu besar di Batam… jauh di sana di dekat luar negeri”, Mbok Ni menjawab dengan raut yang terlihat gembira.
“Kalau sudah besar nanti aku juga mau Mbok kerja di Batam,” aku menganggapinya dengan ikutan senang karena mendengar Batam dekat luar negeri.
“Amin, Mbok doakan kalian semua nanti jadi orang sukses. Amin ya rabbal alamin,” doa Mbok Ni yang tengah memilin gulali pertama. Aroma gula aren yang khas dari gulali Mbok Ni membuatku tidak sabar lagi mengemutnya.
Gulali berwarna kecoklatan di atas nampan plastik biru itu dicolek, ditarik-tarik, dililitkan, diputer-puter pada stik bambu membentuk lilitan yang membentuk oval. Bentuknya seperti permen lollipop, rasanya manis dan gurih khas gula aren.
Hmm, aku tak sabar menunggu giliran. Lagi-lagi Juki dan Antok sudah mulai main sembur-semburan emput sembari menjilat-jilati permen gulalinya.
Makan gulali tidak lengkap rasanya jika tidak pakai emput. Emput digunakan sebagai toping gulali. Mbok Ni sering bercerita emput dibuat dari jagung dicampur sedikit kacang tanah yang disangrai dan setelah matang, ditumbuk agak halus diberi sedikit gula dan garam. Emput ini dicontong dalam kertas sebagi pelengkap makan gulali.
Permen gulali yang dicelupkan dalam larutan emput, rasanya semakin gurih. Setelah itu baru diemut dan hmmm rasanya nikmat sekali. Emput ini seringkali dipakai untuk mainan sembur-semburan, dan tidak ada yang merasa jijik bahkan seperti ada sensasi tersendiri.
“Ini gulalimu Ris, Mbok beri bonus brem tapi tunggu lagi sebentar ya, main saja dulu nanti ambil di sini,” Mbok Ni meyodorkan gulali padaku. Aku pun mengangguk sambil mencomot secontong emput dan mulai membaur ke teman-temanku saling beradu sembur.
Kulihat Mbok Ni masih menarik-narik dan memilin-milin gulali untuk dibuat brem yang dijanjikan padaku. Di sekeliling Mbok Ni banyak anak-anak juga mengantri. Sayup-sayup kudengar anak-anak perempuan tertawa-tawa dan main sembur-semburan emput sambil menunggu permen gulali mereka.
"Ris, Aris… Mbok Ni sudah pulang. Ini bremnya dititipkan padaku," Pak Sis menyodorkan dua bungkus berbentuk kotak kertas pipih berisi gulali yang dipilin-pilin sampai berubah berwarna pucat, dibentuk segiempat dan dibungkus plastik dan kertas.