surya memancar congkak,
membakar penjuru jiwa yang tengah meradang,
mengapa sungguh rapuh ketika kau tak tampak,
jiwaku menggelepar penuh peluh serang-menyerang
dengan apa kupanggil kembali engkau sayang…
tuli hatimu, hingga genderang bertalu tak jua kau datang,
laksana ranting patah dan terinjak aku mengerang,
remah-remahnya semburat tak terbilang
samar kaukirim pesan melalui angin,Â
hatiku tersayat mendengar suaramu yang kurindu :Â
“mengapa mencariku kekasih bayangan,Â
apakah masih berarti bagimu ketika segalaku kauanggap tak pernah ada,Â
aku datang engkau berlalu,Â
aku sapa engkau membisu,Â
aku rengkuh engkau membeku"
seperti tersambar kilat aku terlempar ke sudut ruang pekat,
semua gelap dan aku tercekat ,
terguguk kumenangis memeluk kiblat,
berbaris sesal membayang kian mendekat
aku tersungkur terkepung sesal tak berujung,
engkau pergi tanpa menoleh,
engkau berlalu tanpa berpamit,
tinggal aku bersama kerik jangkrik di sudut  longan*)
hancur aku dirundung sesal
*)longan adalah kolong tempat tidur dalam Bahasa JawaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H