Erick Thohir yang namanya akhir-akhir ini memenuhi berita politik Indonesia, terkait posisinya sebagai ketua tim kampanye capres nomor urut satu, pernah menggemparkan jagat sepak bola dunia terkait insiden salah ucapnya yang menyebutkan bahwa dirinya merupakan penggemar Internazionale Milano sejak era Trio Belanda (yang sebenarnya adalah Trio Jerman).
Insiden salah ucap tersebut menjadi bahan olok-olokan media Italia yang terkenal sangat "perhatian" pada isu-isu sepak bola dibandingkan politik. Pria kelahiran tahun 1970 ini sampai harus memohon maaf.
"Saya melakukan interview itu pada 17 Agustus di Jakarta. Hitung mundur Asian Games sudah dilakukan sehari sebelumnya, dan saya mengalami banyak tekanan. Hal ini menyebabkan saya salah sebut," ujar pemilik Mahaka Grup ini kepada Straits Times, 26 Agustus 2017 lalu.
"Saya tahu benar tentang mana pemain Jerman dan mana pemain Belanda. Dan saya sangat tahu kalau Inter tidak pernah memiliki Trio Belanda," lanjutnya.
Pada dasarnya kita semua sudah tahu bahwa pemilik klub DC United ini sebenarnya lebih menggemari olahraga bola basket dibandingkan sepak bola. Wajar bila publik berasumsi bahwa keputusannya membeli mayoritas saham Internazionale dari tangan Massimo Moratti pada 2013 lalu merupakan keputusan bisnis semata.
Akuisisi Internazionale MilanoÂ
Tanggal 10 Zulhijah 1434 H, tepat saat perayaan Iduladha, atau dalam kalender Masehi bertepatan dengan 15 Oktober 2013, adalah tanggal di mana Erick Thohir merampungkan kesepakatan pengakuisisian 70 persen saham Internazionale Milano, klub sepak bola raksasa Italia, dari tangan Moratti.
Nerazzuri, julukan internazionale, yang sebelumnya dijalankan para presiden sebelumnya dengan cinta tanpa pamrih, berubah drastis ketika Thohir mulai menancapkan ide-ide bisnisnya, terutama dengan mengisi manajemen dengan muka-muka baru yang profit oriented.
Klub yang bermarkas di Appiano Gentile ini pun berubah drastis, dari klub konvensional menjadi klub yang lebih modern dari sisi manajerial.
Perlahan tapi pasti, utang Internazionale berkurang dan brand image meningkat, walau tidak signifikan.
Penjualan Saham ke Grup Suning
Dari sisi prestasi di lapangan, tak ada yang bisa dibanggakan oleh Thohir karena Internazionale [bahkan] tidak pernah menembus zona Liga Champions di 3 tahun awal kepemimpinannya.
Menyadari hal tersebut, atau sekali lagi karena insting bisnis semata, pemilik klub basket NBA Philadelphia 76ers ini, mulai mencari mitra yang kuat secara finansial. Atau dengan kata lain, bersiap melepas tim yang bermarkas di stadion Giuseppe Meazza ini.
Gayung pun bersambut, pada pertengahan 2016, konglomerat asal Tiongkok, Zhang Jindong, melalui bendera Suning Group, membeli saham Internazionale sebanyak 68,55 persen. Sedangkan Thohir masih memiliki 31 persen saham dan tetap menjabat sebagai presiden klub.
Akhir Petualangan bersama Internazionale
Kesibukan Thohir di dalam negeri seiring penunjukan dirinya sebagai ketua penyelenggara Asian Games 2018 yang berlangsung di Jakarta, membuatnya harus melepas posisi presiden klub. Penggantinya adalah putra Zhang Jindong sendiri, Steven Zhang, yang sebelumnya sudah masuk jajaran manajemen klub.
Seusai gelaran Asian Games, Thohir menerima pinangan Presiden Indonesia, Joko Widodo, untuk menjadi ketua tim suksesnya dalam penghadapi pilpres 2019.
Hal ini mempertegas bahwa Thohir bersiap melepas saham sisanya dalam waktu dekat. Benar saja, pada pertengahan Januari 2019, saudara kandung Garibaldi Thohir ini menjual sisa sahamnya ke Lion Rock Capital, perusahaan investasi asal Hongkong.
Pebisnis Jempolan Indonesia
Menurut laporan dari Il Sole 24 Ore: "Thohir membeli Inter pada 2013 lalu dengan biaya 250 juta Euro. Ia mengantongi keuntungan hampir sebesar 30 juta Euro saat melepas mayoritas sahamnya ke Suning pada 2016 lalu. Sementara penjualan sisa sahamnya kepada Lion Rock Capital menjamin keuntungan sekitar 100 juta euro, sehingga jika ditotal Thohir mengantongi keuntungan kurang lebih 150 juta euro atau sekitar 2,4 trilliun rupiah."
Fans Internazionale terbagi dalam dua kubu perihal penilaian terhadap Thohir: memuji dan mencibir. Memuji karena Thohir dianggap berhasil mengangkat tim biru hitam dari keterpurukan dan menyerahkannya ke tangan yang sangat kuat [Suning] serta mencibir karena menilai Thohir hanyalah mencari keuntungan karena memimpin klub tanpa rasa cinta seperti yang Moratti lakukan sebelumnya.
Mengutip pernyataan jurnalis terkenal Italia, Fabrizio Biasin, "Era dari Thohir berakhir: ia tiba di Italia, mengambil alih klub dalam masa krisis, kemudian mendapatkan banyak uang darinya dan kemudian melepasnya ke tangan yang lebih solid. Ia dulu pernah dipanggil 'Filipino' untuk membuatnya jengkel, namun ia membuktikan sebagai sosok yang paling pintar di antara yang lain."
Namun, menurut saya, fans Internazionale sudah sepantasnya berterima kasih pada Erick Thohir karena sewaktu membeli Internazionale dari tangan Moratti, media Eropa menyebutnya sebagai "orang gila" karena berani membeli tim yang memiliki utang yang sangat besar jumlahnya. Tidak ada satupun orang kaya raya asal Tiongkok maupun negara-negara Arab yang berani melakukan investasi tak lazim seperti ini.Â
Di saat pemilik klub sepak bola lain sedang merugi, saat ini Thohir sedang tersenyum menghitung pundi-pundi uangnya, sekaligus memantapkan posisinya sebagai pebisnis jempolan. Jangan lupakan juga predikat Thohir sebagai pebisnis nomor satu Indonesia tahun 2018 versi Forbes Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H