Pengalaman yang saya akan saya ceritakan ini, mungkin tidak jauh berbeda dengan yang dialami oleh seluruh guru di negeri ini, saat masih dalam masa Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang sudah berlangsung hampir 1,5 tahun. Alhamdulillah sejak September kami sudah melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas, khususnya di Kota Pekanbaru tempat saya tinggal dan menjalankan tugas sebagai guru.
Saya adalah guru guru produktif kimia industri di SMKN 2 Pekanbaru. Istilah guru produktif ditujukan kepada guru SMK yang mengajar mata pelajaran kelompok C2 dan C3. dimana kelompok mata pelajaran tersebut adalah kelompok kejuruan dan mengacu kepada kompetensi keahlian masing-masing,sesuai dengan spektrum tahun 2018.
Saya mengajar mata pelajaran Operasi Teknik Kimia (OTK) kelas XI dan kelas XII. Khusus kelas X saya mengajar mata pelajaran Analisis Kimia Dasar.Mata pelajaran Operasi teknik kimia ini sebagian besar Kompetensi Dasar (KD) nya menuntut siswa agar mampu melaksanakan unit operasi di industri kimia. Sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI) hampir semua KD nya menuntut siswa menjadi tenaga kerja level II sebagai operator peralatan di industri kimia.
Sebagai calon operator, tentu saja praktik mereka berupa praktik nyata di area kerja. Khusus di sekolah area kerja mereka adalah labor Operasi teknik Kimia (OTK).Â
Kebetulan peralatan kami di labor OTK sudah terpenuhi dan memadai. Untuk industri area kerja mereka adalah di unit peralatan proses. Bisa dilaksanakan dengan sistem praktik Kerja lapangan, di industri kimia. Namun ini tidak bisa dilaksanakan, karena di awal pandemi hampir semua mitra Dunia usaha dan dunia Industri tidak menerimaa siswa Praktik Kerja Lapangan (PKL)
Dilema muncul saat PJJ dilaksanakan dalam waktu yang sangat lama. Pembelajaran daring tetap berlangsung dengan berbagai metode dan upaya yang dilakukan. Mulai dari membuat video tutorial praktik, video animasi, dan modul cetak bagi siswa yang tidak memiliki sarana untuk Daring.
Saya melakukan praktik di labor OTK dibantu oleh Laboran dan teknisi. Praktik direkam, videonya dikirim ke peserta didik lewat whats app dan google clasroom. Ada juga yang diupload di youtube. Selain itu saya juga membuat media presentasi yang menarik, rekam layar,dan animasi pembelajaran. Semua usaha yang dilakukan tidak membuahkan hasil yang memuaskan.
Usaha dan perjuangan saya untuk membuat video pembelajaran sungguh luar biasa. Diusia yang tidak muda lagi, apalagi keterbatasan dalam kompetensi di bidang media seperti ini ,membuat saya harus belajar lebih banyak secara otodidak. Untuk menghasilkan satu video tutorial saya harus membayar kompensasi untuk terlambat tidur dan lebih awal bangun.
Saya puas luar biasa karena sudah bisa menghasilkan video tutorial pembelajaran yang saya anggap diawal mampu mengatasi kesulitan dan motivasi siswa saat belajar. Namun hasil yang saya harapkan dari pengorbanan tersebut di luar expektasi saya. Daya serap siswa sangat rendah. meskipun saat itu saya sudah mengkombinasikan dengan google meet, membekali mereka dengan modul terstandar, namun hasil yang diharapkan tidak sesuai.
Saya tidak putus asa dan terus saja membuat berbagai media pembelajaran yang lebih komunikatif menurut saya. sehingga siswa belajar tidak satu arah saja, meskipun Daring. Saya yakin usaha-usaha ini dapat menjaring siswa yang mau belajar.
Saat masuk awal semester tahun ajaran 2020/2021 tenryata masih PJJ. artinya masuk bulan ke-enam pandemi Daring masih tetap dilaksanakan. Setelah mengikuti seri belajar di Sim PKB, saya mendapatkan kompetensi cara melakukan asesmen diagnostik. saya merumuskan asesmen diagnostik berdasarkan apa yang saya pelajari di seri belaajr SIM PKB. Tujuan asesmen ini adalah untuk mengetahui kekuatan,kelemahan,kompetensi peserta didik.Â
Sehingga hasil asesmen ini saya dapat merancang ulang kembali rencana pembelajaran yang akan saya terapkaan diawal semester. Agar permasalahan yang sama tidak terjadi lagi.
Berdasarkan hasil asemen diagnostik saya baru menyadari, kalau sebagian besar siswa saya menglami permasalahan dalam ekonomi . Karena sebagian besar orang tuanya berpendapatan harian. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan pokok saja sudah sulit. Pada akhirnya siswa saya ada yang bekerja membantu orang tua untuk mencari nafkah. Ada yang menjadi tukang parkir, bekerja di loundri,ikut ayah berkuli, tukang cukur rambut, dan lain-lain. wajar saja mereka tidak fokus mengikuti PJJ .
Dalam kondisi seperti ini, saya mulai mendesain proses pembelajaran berbasis masalah di lingkungan tempat tinggal/atau bagi yang bekerja di lingkungan tempat mereka bekerja. Tentu saja saya menyesuaikan kompetensi yang akan dicapai dengan pembelajaraan berbasis masalah tersebut.
Sebelum melaksanakan proses pembelajarn berbasis masalah, saya membuatkan sejenis kuisoner terkait dengan ketersediaan alat/sarana atau sumber daya alam yang ada di lingkungan sekitar mereka. Hasil kuisoner ini dapat dijadikan sebagai bahan diskusi untuk mereka melaksanakan praktik mendiri di rumah berdasarkan masalah yang dihadapi. Masalah yang dibahas tentu terkait dengan KD yang saya ajarkan.
Setelah saya berdiskusi dengan siswa, mereka melakukan oientasi di lingkungan sekitar. Merumuskan masalah yang akan dicarikan solusinya. Contohnya adalah: bagaimana mengatasi air sumur yang keruh,berbau, mengatasi limbah detergent, limbah domestik,sampah rumah tangga, dan,limbah bengkel mobil, limbah loundry,limbah minyak jelantah,dan lain-lain.
Setelah mereka selesai melakukaan orientasi masalah dan solusi apa yang akan mereka lakukan, sepanjang ini kami melakukan diskusi lewat wa grup. Setelah yakin masing-masing anak sudah menemukan permasalahan, saya mulai mengorganisir pembelajaran mereka. Mereka membentuk kelompok diskusi lewat wa grup. Ada 6 kelompok. Saya masuk ke dalam 6 grup tersebut untuk mengetahui aktivitas mereka.
Satu kelompok terdir dari 5 orang ,setiap orang mengutarakan permsalaahnnya, kemudian dari 5 permasalaahn yang muncul dari 5 orang tersebut, mereka saya anjurkan memilih salah satu yang paling dominan muncul dalam grup tersebut untuk diuji cobakan.
Berdasarkan pilihan ini, mereka memulai penyelidikan secara berkelompok. Tentu saja hal ini tidak mengharuskan mereka hadir di rumah temannya untuk kerja kelompok. Namun mereka melakukan penyelidikan di rumah masing-masing dan mendiskusikannya kembali di whatsap grup.
Hasil diskusi mereka, tergambar dengan jelas, kalau pada dasarnya mereka adalah anak-anak yang mampu berpikir kritis. Kenapa kondisi ini jauh berbeda dengan saat Daring? Karena saat Daring mereka tidak melakukan apa-apa dan tidak mengalami apa-apa. Mereka hanya membaca teori-teori saja. Bahkan ada diantara mereka yang tidak membaca sama sekali.
Dengan melakukan praktik di rumah dan melakukan komunikasi hasil dengan temannya mereka memilki motivasi belajar yang lebih tinggi dan mampu melakukan pencarian materi lebih banyak lagi. Sehingga diskusi berkembang ke topik lain yang terkait. disiini muncul ide baru lagi.
Saat mereka menyajikan hasil kerja mereka, tergambar dengan jelas kalau mereka memilki rasa percaya diri dan berpresentasi sangat baik dan sistematis. Kemudian mereka juga mampu melakukan analisis masalah yang sudah mereka pecahkan bersama-sama.
Hasil akhir dari metode ini adalah evaluasi dan refleksi. Hasil belaajr dan keterserapan materi lebih tinggi. Bahkan saat dilakukan refleksi hasil belajar dengan model segitiga, mereka mampu mendeksripsikan hasil belajarnya dengan sangat baik.
Demikian pengalaman saya saat 6 bulan menjalankan PJJ semasa pandemi. setelah merasa metode itu ampuh saya kemudian mengembangkannya kepada kelas X untuk mata pelajaran analisis kimia dasar.
Meskipun mereka tidak praktik mengoperasikan alat, namun prinsip,konsep ,dari KD dapat tercapai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H