Mohon tunggu...
Yuzelma
Yuzelma Mohon Tunggu... Guru - Giat Literasi

Ilmu adalah buruan, agar buruan tidak lepas, maka ikatlah dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

"Komposter" Karya Pertamaku

10 Mei 2020   10:12 Diperbarui: 10 Mei 2020   10:12 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Angin cerah datang disaat saya membaca ada pengumuman lomba kreatiftas mengolah limbah yang diadakan oleh Badan Lingkugan Hidup dalam rangka memperingati hari lingkungan. Saya mengirimkan laporan hasil peneitian saya yang sangat sederhana ke kantor BLH. 

 Dalam waktu dua minggun saya dikabari kalau masuk nominasi 10 besar. Sebelum saya diundang mempresentasikan  di kantor BLH,  team  juri dari BLH akan meninjau ke sekolah, untuk melihat secara  langsung apa yang sudah saya kerjakan.

Izin dari kepala sekolah dan dari ketua program, komposter saya pindahkan lagi ke lokasi tak jauh dari labor, karena tidak memungkinkan team dari  BLH datang ke tempat yang kurang layak. 

Hasil tinjauan mereka memperkaya  wawasan dan ilmu saya, salah satunya adalah bagaimana cara menghilangkan bau disaat pupuk akan digunakan. Trik yang  di sarankan oleh team dari BLH saya praktekan, ternyata terbukti kalau baunya bisa berkurang, saat itu saya antusias untuk  mempromosikannya ke teman-teman.

Satu hari komposter bisa menghasilkan 1,5 liter pupuk organik cair,  merasa sudah yakin akan hasil yang diperoleh, barulah saya menjadikan komposter ini sebagai media praktek siswa, khususnya untuk standar kompetensi mengolah limbah padat non B3.

Bahagia semakin sempurna saat saya di undang ke BLH untuk mempresentasikaan hasil penelitian saya, bahkan hasil penelitian ini akan dijadikan sebagai rujukan oleh BLH untuk disosialisasikan ke masyarakat .

Keputusan BLH yang menyatakan saya sebagai juara pertama  dalam lomba kreatifitas pengolahan limbah, tidak membuat saya puas begitu saja akan hasil yang sudah diperoleh. Beragam upaya saya lakukan untuk mempromosikan pupuk organik cair ini ke masyarakat dan lingkungan tempat tinggal. Salah satuya saya  diundang oleh pusat kegiatan masyarakat untuk melatih anak-anak putus sekolah, dalam rangka pengembangan jiwa wirausaha.

Pupuk organik cair ini juga merupakan salah satu produk  yang digunakan dalam program Toyota Ecoyouth.  Program Toyota Ecoyouth adalah program kepedulian PT. Toyota terhadap lingkungan yang dilakukan melalui sekolah. Kebetulan sekolahku saat itu salah satu sekolah yang lulus seleksi menuju ke tingkat nasional.

Siapa sangka komposter yang dituding bau busuk ternyata sudah memberi harum nama sekolah dimana saya mengabdi, komposter yang dipermasalahkan sebelumnya menjadi sumber pengetahuan bagi siswa. Komposter yang berbau busuk sudah memberikan saya inspirasi besar untuk berbuat lebih banyak.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun