Apakah rasa malu sudah hilang ? saat guru sudah berada di hadapannya , perilaku menyontek tetap berjalan dengan lancar, bebas tanpa hambatan.
Diberi senyuman manis hanya untuk sekedar menegur, eh malah dibalas lagi dengan senyumanya yang paling manis dari yang dia punya. Akhirnya aksi balas-balasan senyumanpun terjadi.
Maksud hati mau menegur dengan lembut tanpa memarahi atau menghakimi bahwa yang dikerjakan nya itu adalah sesuatu yang tidak benar. Namun yanga terjadi adalah kecepatan tangannya menulis 3 x lebih cepat disaat sebelum diberi senyuman. Â Mungkin Senyuman saya diartikan sebagai legalitas untuk tetap menyontek.
Pada dasarnya guru memberikan tugas kepada siswa adalah untuk mengekplorasi, mengelaborasi terhadap tuntutan yang diminta pada kompetensi dasar. Â Namun sepertinya siswa salah tafsir akan makna tugas yang diberikan oleh guru.
Salah tafsir inilah yang telah menjerumuskan mereka ke dalam dunia gelap contek menyontek, tipu menipu, tiru-meniru dan mengecoh.  Mungkin mereka menafasirkan kalau guru memberikan tugas, gunanya adalah untuk dibaca dan di koreksi oleh guru. Guru yang membaca kemudian membubuhkan simbol angka terhadap tugas  tersebut. Setelah nilai diinput, tugas dikembalikan ke siswa. dan siswa menyimpanya, dan bahakn ada yang tidak menyimpan .
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), asal kata menyontek adalah "sontek". Sontek memiliki arti: melanggar, mencontoh, menggecoh yang artinya mengutip tulisan, dan lain sebagainya sebagaimana aslinya, menjiplak. Menurut Webster's New Universal Unabridged Dictionary (Schmelkin, 2008) menyontek diartikan sebagai perilaku yang menipu yaitu dengan dengan kecurangan.
Menyontek tidak saja saat mengerjakan tugas, menyontek juga dilakukan saat ujian. Saat ujian ditemukan beragam perilaku menyontek, diantarnya adalah sosial active, sosial pasive, Individual-opportinistic  dan Independent-planned .
Perilaku  sosial active  adalah kelompok yang aktif menyalin hasil kerja temannya lengkap dengan titik komanya. perilaku sosial pasive adalah: perilaku yang memberikan jawaban hasil kerjanya ke teman-temannya. Kemudian ada peserta didik disaat guru/pengawas ujian lengah, mereka dengan sigap mengeluarkan buku cattan, atau bahan contekan lainnya.  Sedangkan  Independent-planned adalah perilaku menyontek yang terencana.
Merasa tidak ingin dianggap bodoh, ingin mendapatkan nilai tinggi, tidak percaya diri dengan  hasil kerja sendiri, tuntutan  Kriteria Ketuntasan Minimal yang harus dipenuhi, adalah segelintir faktor yang menyebabkan sesorang mau melakukan menyontek.
Menyontek jangan dikatakan budaya, karena budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia.Dalam bahasa Inggris.
Saya tidak setujua ada kalimat yang menyebutkan " budaya menyontek", yang jelas menyontek adalah suatu tindakan yang tidak berbudaya.
Pelaku menyontek tidak menyadari kalau Alllah SWT telah menganugrahkan setiap orang akal dan fikiran, Setiap orang itu memilki karakter , dengan menyontek, atau menyamakan jawaban dengan orang lain sama saja artinya mematikan potensi yang dimilki.
Membiarkan perilaku menyontek secara berjamaah, sama artinya menghantarkan bangsa ini ke gerbang kehancuran. Menyontek adalah perbuatan mengecoh. HAl ini bertentangan sekali dengan konsep pendidikan di negeri ini.
perilaku menyontoh merupakan cikal bakal orag akan berbuat bohong dalam hidupnya. Bukankah korupsi dimulai dari mengecoh kecil-kecl, dan kemudian berkembang-dan berkembang lebih lanjut.
Rantai menyontek dapat diputus dimulai dari komitmen guru dan siswa  untuk kerja cerdas dalam mendidik siswa agar menjunjung tinggi nilai- nillai kejujuran dalam proses pendidikan.
Selamat malam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H