Dalam film ini ada seorang anak yang bernama Adil, Kurip dan Dayat dalam kebingungan mencari perguruan silat yang cocok untuk mereka. Karena Pamannya Adil yaitu Rustam yang sebelumnya guru silat mereka sudah pergi merantau.
Adil adalah seorang  anak yang ditinggal mati oleh ayahnya, Adil adalah anak yang tahu dengan untung (nasib) hidup dalam ekonomi yang pas pasan. Dalam kehidupan sehari-hari  Adil tidak termasuk anak yang nakal seperti teman-temannya yang lain. Adil paham  akan kesulitan emaknya (ibu) untuk menafkahi  hidupnya. Sehingga di waktu-waktu luang Adil lebih memilih bekerja membantu orang-orang kampung yang membutuhkan. Bahkan di hari dimana kawan-kawannya pergi studi banding,  Adil rela tidak ikut karena mempertimbangkan susahnya emak (ibu ) Adil untuk mendapatkan sejumlah uang.
Film yang penuh nasehat ini, sepertinya lebih menekankan kepada pendidikan karakter tersebut harus dimulai dari rumah tangga sendiri. Sesibuk apapun emak Adil bekerja di ladang maupun  di sawah, namun emak Adil selalu memberikan  pituah-pituah (nasehat) dalam hidup bermasyarakat dan berhubungan dengan sang khalik setiap waktu kepada anaknya.
Pituah (nasehat) yang ditekankan dalam film ini adalah: mengenai tiga perkara yang akan dibawa mati kelak (hadist Abu Hurairah) diantaranya adalah: apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka terputuslah semua pahala atau amal perbuatannya, kecuali: amal Jariyah, ilmu yang bermanfaat  dan anak sholeh yang mendoakan orang tuanya.
Amal jariyah adalah amalan yang dilakukan umat manusia di bumi yang pahalanya tidak akan putus sampai hari kiamat.  Ilmu yang bermanfaat adalah  ilmu yang disebarluaskan melalui berbagai kegiatan. Dan yang ketiga yang selalu ditekankan emak Adil yaitu doa anak yang sholeh.
Keunggulan film ini selain menonjolkan pariwisata alam Minangkabau, adat istiadat, pitatah-pititih, dalam film ini juga disentuh sisi lain dari keseharian wanita dan ibu rumah tangga di ranah  Minangkabau. Salah satunya berperan sebagai penyeimbang dalam rumah tangga, dan hobi serta piawi dalam sulam menyulam, bahkan dalam film ini juga dipertontonkan hasil sulaman wanita minang di pasar yang diperdagangkan sebagai souvenir khas Sumatera Barat.
Foto: https://images.search.yahoo.com/search/images;_
Pencarian perguruan silat oleh tiga serangkai yaitu Adil, Kurip dan Dayat  ini akhirnya bermuara di rumah gaek (kakek) Johar. Kakek Johar adalah pensiunan dosen sekaligus berprofesi sebagai penulis buku.  Kakek Johar hijrah ke kampung  setelah lama menetap di Malaysia dan Yogyakarta. Sempat kakek Johar menolak permintaan ketiga anak-anak tersebut karena tujuan mereka untuk mendalami ilmu silat hanya sebatas bertanding dan membalas dendam.
Saat diskusi hangat terjadi antara  nenek Erna dan kakek Johar berlangsung, disinilah saya mendapatkan suatu keunggulan dari sebuah rumah tangga yang tidak dikarunia anak sepanjang hidup mereka. Walau tidak dikarunia anak mereka tetap saling setia ,saling menyayangi dan menerima ketetuan Allah SWT dengan iklas samapi diahri tua mereka.