Foto: Dokumen Pribadi
Dinner yang sangat berkesan, dihari pertama saya sampai di kota Kraby Thailand. Sepiring salad sayuran yang sangat menggugah selera, terdiri dari aneka sayuran segar berwarna-warni dan sangat menawan. Diselang-selingi dengan udang segar dan ditaburi dengan  ikan  tuna asap yang disuir-suir, beserta garnis bawang goreng yang bertaburan di atas sayuran. Â
Sempurna dengan kondisi perut yang sudah keroncongan, karena terakhir saya makan  siang pada jam 12 siang di bandara Intternasional Kuala Lumpur 2. Waktu transit yang lama , ditambah lagi dengan bus jemputan yang lama datangnya, membuat perut saat itu tidak bisa diajak bersahabat, masuk angin sudah mulai mendera disaat itu.
Sebenarnya saya bukanlah penggemar salad sayuran maupun salad buah. Tapi entah kenapa dari sekian banyak hidangan yang tersedia di meja jamuan malam itu , salad yang menjadi pusat perhatian saya pertama kali.  Warna –warni, serta kesegarannya mendorong saya untuk mengangkat piring yang berada di tengah-tengah meja, jamuan dan sebelumnya menganggukan kepala kepada tamu lain yang satu meja dengan saya.
Setelah merasa cukup memindahkan  beberapa sendok salad ke piring, kemudian saya langsung memadukannya dengan sedikit nasi  agar membaur dan memberikan cita rasa nantinya.  Setelah membaca doa makan, kemudian satu sendok salad yang sudah membaur dengan sedikit nasi mulai mendarat di lidah.
Kunyahan pertama sungguh luar biasa, namun kunyahan berikutnya saya sudah mulai merasakan ada sesuatu yang tidak beres dimakanan yang sedang berada di mulut. Rasanya sangat khas, dan aromanya mulai tercium. Indera perasa saya cepat merespon dan cepat menyampaikan ke otak, apa jenis makanan yang saya rasakan tersebut.
Tidak sopan menunjukan sikap penolakan terhadap rasa makanan yang sedang berada di mulut, apalagi saat itu saya sedang dinnerbareng dengan peserta 1St TVET Young Symposium. Ada sekitar delapan orang yang duduk di meja bundar yang sudah ditata apik tersebut.
Dengan terpaksa, akhirnya lumat dan masuk juga  ke dalam perut. Namun di lidah rasanya masih tertinggal, agak hangat dan terasa menempel di lidah. Saya memperhatikan orang-orang satu meja saya yang berasal dari negara-negara ASEAN lainnya. Sepertinya mereka tidak merasakan apa yang saya rasakan. Atau jangan-jangaaan mereka adalah orang Thailand yang sudah terbiasa dengan jenis masakaan tersebut.
Saya kemudian berbisik ke siswa bimbingan saya yang sedang tertunduk, sepertinya dia juga sedang mengunyah makanan. Saya colek dan kemudian dahinya mulai mengerinyit dan pipinya mulai kembung. Saya memberi kode, agar tidak memuntahkan. Sepertinya dia paham, dan kemudian mengambil beberapa helai tisu. Seolah olah melap mulut, kemudian mengeluarkan sejumlah  makanan di mulutnya melalui tisu. Jadi tidak terkesan memuntahkan atau membuang. Saya tersenyum geli, ternyata bukan saya saja yang merasa aneh dengan rasa salad tersebut.
Bayangkan sepiring salad yang sangat menggugah selera dengan aneka sayuran segar dan beragam campurannya. Salah satu campuranya adalah irisan daun sereh segar dengan jumlah yang lumayan seimbang dengan sayuran lain. Â Awalnya saya mengira adalah irisan bawang bombay, karena warnya hampir mirip. Rasa lapar telah menghilangkan kepekaan saya kepada aroma sereh yang mempunyai aroma khas .
Sebenarnya tidak ada yang aneh dengan sepiring salad tersebut, namun ketidakbiasaan menjadikan irisan sereh menjadi bagian dari campuran salad sayuran. Hampir setiap hari saya menggunakan sereh untuk masakan, namun hanya sekedar bumbu , pelengkap dengan jumlah yang sedikit. Â Belum lagi rasa asam , legit, kecut pokonya nano-nano rasanya.
Saya melanjutkan dinner sambil menyisihkan sereh-sereh di pinggir piring. Beberapa saat setelah mengunyah sereh, saya sendawa seperti mengeluarkan angin, perlahan merasakan hangat dibagian perut.
Kisah dihari pertama saat saya berada di Krabi Tahiland, dalam acara mendampingi siswa mengikuti symposium tingkat Asean dalam bidang agriculture. Namun empat hari berada di Thailand saya semakin tertarik memperhatikan kuliner dari negeri gajah ini.Â
Setiap jamuan makan, baik itu breakfast, lunch maupun dinner , ada beberapa keunikan pelayananan, penataan meja mmakan , rasa makanan yang saya amati. Di Hotel tempat kami mengadakan acara yaitu di  Maritime Park and Spa Resort.
Setiap jamuan saya selalu merasakan masakan yang kaya dengan rempah-rempah dengan rasa asam yang dominan, manis dan terkadang pedas. Â Apapun jenis makanannya asam sepertinya menjadi bumbu utama dalam masakan Thailand. Â
Dihari pertama lidah saya belum terbiasa dengan rasa yang seperti itu, namun saya mencoba menikmatinya karena tidak ada pilihan lainnya. Ternyata setelah saya nikmati, rasanya luar biasa, membuat saya ketagihan. Sepertinya rasa asam, manis, pedas dan kecut sudah menyatu dilidah saya.
Keunikan lain dari cara penyajian masakan Thailand di hotel adalah, mereka menyajikan makanan dengan menggunakan bahan-bahan alami sebagai alasnya. Daun pisang sebagai bahan utama untuk mereka menyajikan makanan. Daun pisang dilipat dengan berbagai teknik melipat dan dibentuk dengan beragam hiasan, sehingga terkesan apik dan enak dipandang mata. Â Makanan disusun di atas daun pisang yang sudah dibentuk dengan aneka lipatanya.
Yang paling saya sukai karena keunikannya adalah hidangan pembuka dan penutupnya yang tersedia di meja makan, mirip jajanan pasar . bahan utamanya adalah tepung ketan dan tepung beras. Sekilas mirip puding, dengan aneka bentuk yang unik dan imut-imut. Tetap saja membuat kita ngiler untuk mencicipinya.
Sepertinya hotel yang saya tempati juga konsen dan sangat ramah lingkungan. Di meja makan mereka tidak menggunakan bunga-bunga plastik, mereka menggunakan hiasan yang  berasal dari alam yaitu bunga segar. Selain itu pengharum di kamar maupun di ruang meeting adalah pengharum alami dari pandan dan bunga-bungaan segar yang mengeluarkan aroma nyaman di hidung. Â
Yang tidak berkedip mata memandang, adalah keahlian para karyawan hotel membuat carving fruit. Selalu saja di setiap ada jamuan carving fruitdari aneka buah dan sayuran menjadi sorotan mata para tamu dalam acara tersebut. Sebagian besar peserta  mengabadikan.
Buah-buahan merupakan salah satu komoditi unggulan di Thailand. Sepertinya di tahiland saya perhatikan sanagt konsent dalam pengembangan agriculture,khusu buah-buahan. Hal ini dapat saya lihat sebagin besar peserta yang dari Thailand berasal dari agriculture collage.
                           Â
Buah unggulan dari Thailand hampir sama dengan yang ada di Indonesia, seperti jambu Bangkok, Nenas, Semangka, Melon (melonya sangat manis dibandingkan melon dari Indonesia), Pisang, Durian, buah Naga dan lain-lain.
Empat hari di Kraby Tahiland, saya jatuh cinta dengan masakan Thailand yang nano-nano rasanya, apalagi salad sayuranya, sungguh luar biasa, membuat angin diperut saya wes, sewes, sewes, kabur ke udara. Tunggu cerita berikutnya berwisata di karby Thailand.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H