Mohon tunggu...
Yuzahography
Yuzahography Mohon Tunggu... -

pelajar yang tak pernah lulus

Selanjutnya

Tutup

Catatan

kko a.k.a kakean omong

31 Maret 2012   16:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:12 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KKO atau yang kepanjangan dari Kakean Omong dalam bahasa jawa (timur) yang berarti banyak bicara,ya inilah salah satu bagian dari budaya bangsa kita Indonesia. Buruk memang tapi hal ini hampir menjangkit disetiap tempat yang pernah saya datangi. Budaya terlalu banyak bicara mungkin bisa positif bila itu sesuai dengan porsinya,maksudnya saat kita harus banyak menyampaikan gagasan atau ide maka kita akan banyak bicara agar gagasan atau ide tersebut dapat diterima. Namun ternyata tidak dinegeri kita,budaya banyak bicara jadi suatu budaya negatif karena yang dilakukan hanya berbicara pepesan kosong atau sekedar kritik kritik dengan tujuan atau motif tertentu. Salah satu tujuannya adalah pembunuhan karakter, yang lagi trend saat ini. Yaitu suatu tujuan agar si fulan yang jadi sasaran kritikan menjadi jelek citra dirinya sehingga menimbulkan ketidak sukaan dari orang lain.
Budaya KKO saya tidak tau ada sejak kapan, tapi sangat saya rasakan berkembang luas ketika rezim seoharto tumbang tahun 1998. Saat itu kita memasuki era reformasi, dimana akhir ada kebebasan berpendapat tanpa batas. Dan salah satu contoh kebebasan itu adalah bebas berbicara, namun sayangnya kebebasan ini hanya dipakai secara negatif.
Sebagai contoh yang masih cukup fresh saat ini adalah keberhasilan perfilman kita lewat The Raid, lihat saat bangsa lain begitu menghargai hasil karya anak bangsa tapi di negeri sendiri malah di kritik dengan kritikan negatif dan pembunuhan karakter. Ini menjadi bukti kita hanya bisa KKO atas sebuah karya tapi kita tidak bisa membuat karya seperti tersebut atau mungkin yang lebih baik. Saya kurang tau kenapa hal ini bisa terjadi begitu miris buat saya,apakah ini dampak dari reformasi 98.
Kritik memang diperlukan tapi jangan kritik yang akhirnya membunuh suatu karakter.Bangsa kita terlalu banyak orang pintar sehingga terlalu banyak orang yang berbicara tanpa dasar keahlian dari suatu yang dibicarakan. Ini seperti teori komentator sepak bola, ketika mereka menyalahkan pemain atas adanya kesempatan, mereka seolah olah sangat tau cara memainkan bola yang benar tapi nyatanya tidak, nah ini yang disebut KKO.
Sampai kapan negeri ini akan bertahan dari lemahnya budaya yang baik.
Miris sekali....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun