Mohon tunggu...
Yuyun Ukhriana
Yuyun Ukhriana Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi Universitas Indonesia

matilah sebagai penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Budaya Ngopi: Perempuan dan Kesempatan yang Tersembunyi

14 Oktober 2024   14:58 Diperbarui: 15 Oktober 2024   13:14 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: Pexels/Julia Sakelli)

Artikel ini ditulis berdasarkan pengalaman. mari kita bahas budaya "ngopi" para lelaki.

setiap perempuan barangkali pernah menyadari bahwa ajakan ngopi adalah ajakan yang eksklusif. kita melihat bahwa ruang-ruang diskusi di warung kopi di isi oleh para lelaki.

Ajakan ngopi dari para senior atau rekan laki-laki seringkali menyiratkan obrolan serius seputar bisnis atau proyek, pengetahuan, peluang dan relasi. para lelaki menjadi orang pertama yang dihubungi. lalu di mana para perempuan??

Hal ini yang menjadi pertanyaan mengapa pembicaraan demikian umumnya antar laki-laki saja?

Sumber: RDNE Stock Project
Sumber: RDNE Stock Project

Beberapa hari lalu saya diskusi dengan senior laki-laki lintas organisasi. Dia berpandangan bahwa menjadi perempuan terlalu mudah mencari peluang, memang rata-rata kawan kami menjadi asisten pribadi melalui relasi.

Tapi, di mata saya. peluang kami (perempuan) sangat sempit dan tersembunyi di sirkel kami karena, jarang perempuan dilibatkan dalam budaya "ngopi" para lelaki. 

Ada rules dan catatan khusus ketika kami (perempuan) sampai menjadi asisten. seperti kedekatan emosional dan pendekatan khusus. di mata saya sangat kurang aspek profesionalnya. bahkan ada yang kriteria utamanya dilihat dari fisik untuk sampai di titik itu.

Atas dasar inilah saya menulis artikel ini. Perempuan dan kesempatannya yang tersembunyi.

Perlakuan berbeda ini tidak selalu berasal dari niat buruk atau diskriminasi yang disengaja. Kadang, ini adalah hasil dari pola pikir atau kebiasaan yang telah mengakar. seringkali perempuan dianggap kurang strategis dalam membicarakan urusan bisnis (kita anggap bahwa ngopi adalah obrolan yang isinya relasi, peluang dan bisnis ya).

Senior/para laki-laki mungkin merasa lebih nyaman mengajak sesama laki-laki untuk berdiskusi dalam suasana yang lebih kasual dan intim.

Dengan perempuan, sering kali percakapan dibatasi dalam konteks formal, atau topiknya tidak seputar strategi bisnis dan inovasi, melainkan bersifat umum dan dangkal. 

Ketika laki-laki senior berinteraksi dengan kolega perempuan, ada kecenderungan untuk menjaga jarak atau bahkan terlalu sopan, seolah ada batas yang tak terlihat di antara mereka. 

Ini berasal dari kekhawatiran salah paham, atau sekadar ketidakbiasaan untuk melihat perempuan sebagai mitra strategis yang setara. barangkali, Ini bisa terjadi karena dalam banyak budaya, interaksi antara laki-laki dan perempuan sering kali diinterpretasikan dalam konteks romantis atau intim. 

Ketakutan akan gosip atau rumor yang tidak diinginkan membuat beberapa laki-laki merasa perlu menjaga jarak agar tidak menciptakan kesan yang salah. 

Ini bukan soal kopi semata, tapi soal kesempatan yang diberikan. 

Ngopi menjadi cara informal dan personal untuk membangun relasi serta kepercayaan, membuka pintu untuk percakapan yang lebih dalam, dan bahkan menjalin kesepakatan bisnis. 

Ketika perempuan jarang terlibat dalam obrolan semacam ini, mereka juga kehilangan akses ke jaringan, pengetahuan, dan peluang yang dapat mempercepat perkembangan karier mereka. 

Sebetulnya ini tidak menjadi masalah yang serius, karena masih banyak kesempatan bagi kami (perempuan) di era teknologi ini. kami (perempuan) dapat eksplor banyak hal dengan bebas. kami juga dapat membuat forum forum diskusi sendiri pada bidang-bidang yang strategis bagi kami (perempuan).

Tapi, untuk ekspansi relasi sepertinya artikel ini perlu ditinjau bahwa sejatinya, ngopi bukan hanya milik laki-laki. Ngopi adalah milik mereka yang siap berbagi ide, berdiskusi, dan mengubah dunia, tanpa melihat gender sebagai penghalang. 

Yang perlu disadari, Perempuan sering kali membawa perspektif unik yang berbeda dari laki-laki. Dalam situasi "ngopi" atau diskusi bisnis informal, penting bagi perempuan untuk menunjukkan nilai yang mereka bawa ke meja diskusi. 

Ini bisa berupa ide-ide inovatif, pendekatan problem-solving yang kreatif, atau wawasan dari sudut pandang yang berbeda. 

Dengan menunjukkan kontribusi yang nyata dan berharga, perempuan dapat membuktikan bahwa mereka layak diikutsertakan dalam diskusi apa pun.

Mari mulai mengubah kebiasaan itu, satu cangkir kopi sekali waktu. 

Ketika ajakan "ngopi" menjadi inklusif, ketika semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk berbagi dan belajar, perspektif akan lebih kaya dan beragam. 

Pada akhirnya, kopi bukan hanya soal rasa atau aroma, tetapi soal kebersamaan dalam menciptakan peluang dan ide-ide baru. iya ga??

Atau barangkali dari pihak perempuan apa yang perlu kami tingkatkan agar kami diberikan peluang yang setara?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun