Mohon tunggu...
Yuyun Ukhriana
Yuyun Ukhriana Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi Universitas Indonesia

matilah sebagai penulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menilik Eksistensi Bahasa Daerah di Era Teknologi

21 April 2024   17:15 Diperbarui: 21 April 2024   17:40 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru baru ini di tiktok, salah satu platform hiburan terkemuka sedang trend lagu berbahasa sunda dari Doel Sumbang. Banyak dari anak muda lipsing lagu tersebut dengan ribuan like.

Ini menjadi angin segar bagi bahasa daerah untuk dikenal anak muda. Pasalnya paparan teknologi bagi generasi Alpha menghawatirkan kejayaan bahasa daerah. Proses transformasi bahasa dari generasi dulu dirasakan sangat terhambat. 

Masih baik, kementrian pendidikan kebudayaan mengeluarkan kebijakan untuk pelestaraian bahasa di lingkungan pendidikan tingkat Sekolah Dasar. Yang saya kira menjadi stategi yang cukup baik meski dilakukan pada satu jenjang saja.

Bahasa daerah menjadi pemasok bahasa indonesia. artinya jika bahasa daerah tidak dikenal apalagi kesempatan berkembang tidak ada, ini sangat menghawatirkan.

Sebetulnya dewasa ini Saya memperhatikan bahwa bahasa daerah masing-masing menunjukan eksistensinya dengan gaya yang unik, para budayawan sekaligus musisi berlomba-lomba mengangkat bahasanya masing-masing.

seperti Hiphop yang mulai tumbuh di papua tahun 90an secara tidak langsung mengangkat budaya dan bahasanya ke khalayak. Secara eksplisit musik hiphop hampir sama dengan tarian dan ketukan budaya papua. Yang artinya lebih mudah diterima internal terlebih dahulu. Sebelum ekspansi mengenalkan ke luar.

Dinobatkannya Ambon ibu kota Maluku, yang pada tahun 2019 mendapat sebutan City of Music dari UNESCO. Membawa juga bahasa daerah naik daun.

Kini, Ambon mengklaim punya setidaknya 530 musisi, 780 kelompok paduan suara, 94 studio musik, dan 177 grup musik.

Near dan dian sorowea yang memviralkan lagu su sayang rasanya sebuah pantikan untuk masyarakat mengetahui ada bahasa daerah yang dinamis mengikuti pasar dan perkembangan.

Bahasa daerah terus eksis dan  selalu diupayakan juga oleh anak muda di pulau Jawa. Lahirnya Jogja Hiphop Foundation yang lebih muda dari hip hop Papua membawa misi yang hampir sama yaitu kebudayaan dan kebahasaan.

JHP mengenalkan bahasa sekaligus budaya lokal dalam liric musiknya. Tantangan yang tidak mudah bagi era sekarang untuk bersaing dengan musik musik dunia dan budaya luar yang kian masuk tak terkendali.

Era pandemi kita dihebohkan dengan lagu Lathi yang mengenalkan gamelan jawa dengan campuran bahasa inggris.

Ketika Eid Fitri kita semua tidak asing dengan lagu minang yang mewakili konten pulang kampung. 

Masing masing bahasa daerah punya cara unik bertahan. ketika naik bus antar pulau, Ke sumatera contohnya, saya disajikan lagu full minang. Ketika menghadiri pernikahan kerabat betawi, saya disajikan dengan pantun khas bahasa betawi.

Kini giliran Sunda yang mendapat panggung untuk generasi Alpha. Saya benar benar terkesan. Saya harap budayawan mampu melihat peluang ini. Kedepan hemat saya, anak muda sunda perlu berambisi mengenalkan bahasanya dengan serius untuk konsumsi antar suku. Generasi Z dan Alpha yang kreatif saya yakin dan optimis mampu membawa misi tadi.

Masi banyak ruang bagi bahasa daerah menunjukan keindahannya. Masih banyak ruang bagi bahasa daerah untuk masuk di berbagai generasi mengenalkan dirinya. Bahkan lintas budaya dan suku.

Tiktok dan platform lainnya bukanlah hambatan bagi generasi sekarang. Justru bagi saya ini adalah kesempatan besar dengan kemudahan yang ada untuk eksis dan tampil sebagai bahasa ibu. Meski cakupannya hanya mengenalkan lintas suku, ini capaian yang perlu diapresiasi.

Cara unik jaman sekarang mengenalkan sesuatu jadi ke khas an sendiri generasi sekarang. Semua bisa eksis dengan deretan platform media yang sehari-hari dikonsumsi.

Memahami bahwa bahasa daerah perlu diperhatikan, dan diwariskan bagi generasi kedepan adalah tugas bersama. 

Di kawasan lokal masih bagus, antar generasi menggunakan bahasa daerahnya. Kedepan era di mana semua serba teknologi dan kemungkinan bersosial rendah, menjadi tantangan sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun