Mohon tunggu...
yuyun sukmawati
yuyun sukmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Volly

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

mengembangkan teori psikososial yang ditemukan Erik Erikson

18 Januari 2025   03:02 Diperbarui: 18 Januari 2025   03:02 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

4.Teori Psikososial Erik Erikson

Erik Erikson, seorang psikolog dan psikoanalis Jerman-Amerika, mengembangkan teori psikososial yang menggambarkan perkembangan manusia sepanjang hidup. Teori ini terdiri dari delapan tahap, yang masing-masing memiliki tantangan psikososial yang harus diatasi untuk mencapai pertumbuhan emosional dan sosial yang sehat.

Erikson percaya bahwa setiap tahap perkembangan mencakup krisis atau konflik yang harus diselesaikan. Keberhasilan dalam mengatasi konflik ini menghasilkan kekuatan psikososial yang mendukung perkembangan di tahap berikutnya. Sebaliknya, kegagalan dapat menghambat perkembangan seseorang dan menyebabkan masalah di masa depan.

Tahapan Psikososial Erikson:

1. Kepercayaan vs Ketidakpercayaan (0-1 tahun):
Pada tahap ini, bayi bergantung pada pengasuh untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, kasih sayang, dan kenyamanan. Jika pengasuh memberikan perawatan yang konsisten dan penuh cinta, bayi akan mengembangkan kepercayaan terhadap dunia. Sebaliknya, pengabaian atau perawatan yang tidak konsisten dapat menyebabkan ketidakpercayaan, membuat bayi merasa bahwa dunia adalah tempat yang tidak aman.

Kekuatan yang Dicapai: Harapan.

2. Kemandirian vs Rasa Malu dan Ragu (1-3 tahun):
Anak-anak mulai mengembangkan rasa kemandirian dengan belajar melakukan hal-hal sendiri, seperti makan atau berpakaian. Jika anak didukung dan diberi kebebasan untuk mencoba, mereka akan merasa mandiri. Namun, kritik berlebihan atau pengendalian yang terlalu ketat dapat menimbulkan rasa malu dan ragu terhadap kemampuan mereka.

Kekuatan yang Dicapai: Kemauan.

3. Inisiatif vs Rasa Bersalah (3-6 tahun):
Anak-anak mulai menunjukkan inisiatif dengan merencanakan aktivitas dan bermain peran. Jika mereka diberi kebebasan untuk bereksplorasi dan mencoba hal baru, mereka akan mengembangkan rasa inisiatif. Sebaliknya, jika mereka sering dikritik atau dilarang, mereka mungkin merasa bersalah karena mencoba sesuatu yang baru.

Kekuatan yang Dicapai: Tujuan.

4. Kerajinan vs Rasa Rendah Diri (6-12 tahun):
Pada usia sekolah, anak-anak mulai mengembangkan keterampilan dan menyelesaikan tugas. Jika mereka berhasil dan mendapatkan pengakuan, mereka akan merasa produktif dan percaya diri. Namun, kegagalan berulang atau kurangnya dukungan dapat menyebabkan rasa rendah diri dan kurangnya kepercayaan pada kemampuan mereka.

Kekuatan yang Dicapai: Kompetensi.

5. Identitas vs Kebingungan Peran (12-18 tahun):
Masa remaja adalah waktu untuk mengeksplorasi siapa diri mereka dan apa yang mereka inginkan dalam hidup. Jika mereka berhasil mengintegrasikan berbagai aspek identitas mereka, mereka akan membangun identitas yang kuat. Sebaliknya, kegagalan dalam menemukan identitas dapat menyebabkan kebingungan peran dan krisis identitas.

Kekuatan yang Dicapai: Kesetiaan.

6. Keintiman vs Isolasi (18-40 tahun):
Pada tahap dewasa awal, individu mencari hubungan yang intim dan bermakna dengan orang lain. Jika mereka berhasil menjalin hubungan yang erat, mereka akan merasakan keintiman. Sebaliknya, ketakutan terhadap komitmen atau kegagalan dalam membangun hubungan dapat menyebabkan isolasi dan kesepian.

Kekuatan yang Dicapai: Cinta.

7. Generativitas vs Stagnasi (40-65 tahun):
Pada tahap ini, individu fokus pada memberikan kontribusi kepada masyarakat melalui pekerjaan, keluarga, atau kegiatan lain. Jika mereka merasa produktif dan bermanfaat, mereka akan mengalami generativitas. Namun, jika mereka merasa tidak memberikan dampak, mereka dapat mengalami stagnasi dan merasa tidak berarti.

Kekuatan yang Dicapai: Kepedulian.

8. Integritas vs Keputusasaan (65 tahun ke atas):
Di tahap akhir kehidupan, individu merenungkan hidup mereka. Jika mereka merasa puas dengan pencapaian mereka, mereka akan merasakan integritas dan menerima hidup apa adanya. Namun, jika mereka merasa banyak penyesalan atau kegagalan, mereka dapat mengalami keputusasaan dan ketakutan terhadap kematian.

Kekuatan yang Dicapai: Kebijaksanaan.

- Keunikan Teori Erikson
Perkembangan Seumur Hidup: Tidak seperti teori perkembangan lain yang berfokus pada masa kanak-kanak, teori Erikson mencakup seluruh rentang kehidupan, dari bayi hingga usia lanjut.
Konflik Psikososial: Erikson menekankan pentingnya interaksi antara faktor internal (emosi dan kepribadian) dan faktor eksternal (hubungan sosial dan budaya).
Pendekatan Holistik: Teori ini menggabungkan aspek emosional, sosial, dan kognitif untuk memberikan pemahaman menyeluruh tentang perkembangan manusia.

- Aplikasi Teori Erikson

Teori Erikson memiliki aplikasi luas dalam pendidikan, psikologi, dan konseling. Guru dan orang tua dapat menggunakan pemahaman tentang tahapan psikososial untuk mendukung anak-anak dalam mengatasi tantangan yang sesuai dengan usia mereka. Dalam konseling, teori ini membantu memahami konflik psikososial yang mungkin dialami individu di berbagai tahap kehidupan mereka.

Teori Erikson juga mengajarkan pentingnya mendukung perkembangan positif di setiap tahap kehidupan untuk membangun kepribadian yang sehat dan bermakna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun