Mohon tunggu...
Yuyun Srimulyati
Yuyun Srimulyati Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pelatih Daerah/trainer PPKB Kemenag RI bidang profesional 2 (Publikasi Ilmiyah), pegiat literasi, public relation

Hobi yang baru saja menggeliat dan menantangku yaitu MENULIS karena terinspirasi para kompasianer, kumainkan jemari di pojok kompasiana, terjebak di ruang kolaborasi komunitas KAUSAKu4NKRI, berawal dari kepenasaran maka akhirnya Practice Makes Perfect basmalah ikuti langkah Kuntowijoyo menulis, menulis dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Sharenting : Antara Narsis dan Melindungi Anak di Era Digital

31 Januari 2025   05:11 Diperbarui: 31 Januari 2025   06:11 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Di era digital yang serba cepat ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Kita berbagi momen-momen penting dalam hidup kita, termasuk foto dan video anak-anak kita. Fenomena ini dikenal dengan istilah sharenting, gabungan dari share (berbagi) dan parenting (pengasuhan).

Sharenting menjadi tren yang umum di kalangan orang tua. Mereka dengan bangga memamerkan tumbuh kembang anak, prestasi, dan momen-momen lucu mereka di media sosial. Namun, di balik euforia berbagi ini, terdapat risiko yang perlu diwaspadai.

Konten

Sharenting memiliki dua sisi mata uang. Kebiasaan ini membawa dilema tersendiri. Di satu sisi, sharenting dapat menjadi cara untuk berbagi kebahagiaan dengan keluarga dan teman-teman, serta mengabadikan momen-momen berharga dalam tumbuh kembang anak. Namun, di sisi lain, sharenting juga dapat menimbulkan berbagai risiko, antara lain:

  1. Privasi Anak Terancam

Foto dan video anak yang diunggah ke media sosial dapat dilihat oleh siapa saja, termasuk orang yang tidak dikenal. Hal ini dapat membahayakan privasi anak, terutama jika informasi pribadi seperti nama lengkap, tempat tinggal, dan sekolah anak ikut disertakan.

  1. Anak Menjadi Korban Eksploitasi

Foto dan video anak yang tersebar di media sosial dapat disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, seperti pedofil atau pelaku kejahatan lainnya. Anak-anak dapat menjadi korban eksploitasi, baik secara seksual maupun non-seksual.

  1. Dampak Psikologis pada Anak

Anak-anak yang foto dan videonya sering diunggah ke media sosial dapat merasa malu, tidak nyaman, atau bahkan trauma. Mereka juga dapat merasa dieksploitasi oleh orang tuanya sendiri.

  1. Jejak Digital yang Sulit Dihapus

Informasi yang sudah diunggah ke internet akan sulit dihapus sepenuhnya. Jejak digital ini dapat terus mengikuti anak hingga dewasa, dan dapat memengaruhi kehidupan mereka di kemudian hari, misalnya saat mencari pekerjaan atau melanjutkan pendidikan.

Kesimpulan

Sharenting adalah fenomena yang kompleks dengan berbagai dampak, baik positif maupun negatif. Orang tua perlu bijak dalam berbagi informasi tentang anak-anak mereka di media sosial. Pertimbangkanlah risiko dan manfaatnya sebelum mengunggah foto atau video anak. Lindungi privasi anak, hindari mengeksploitasi mereka, dan pikirkan dampaknya jangka panjangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun