Mohon tunggu...
Yuyun Srimulyati
Yuyun Srimulyati Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pelatih Daerah/trainer PPKB Kemenag RI bidang profesional 2 (Publikasi Ilmiyah), pegiat literasi, public relation

Hobi yang baru saja menggeliat dan menantangku yaitu MENULIS karena terinspirasi para kompasianer, kumainkan jemari di pojok kompasiana, terjebak di ruang kolaborasi komunitas KAUSAKu4NKRI, berawal dari kepenasaran maka akhirnya Practice Makes Perfect basmalah ikuti langkah Kuntowijoyo menulis, menulis dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Slow Living di Bawah Langit-langit ketujuh : Manusia Hanya Berencana Sang Pencipta Penentu Segalanya

26 Desember 2024   10:46 Diperbarui: 26 Desember 2024   17:16 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pemandangan dari atas gedung

Rencana liburan keluarga yang penuh harap untuk menikmati keindahan alam, menjelang liburan akhir semester selama dua pekan, tiba-tiba berganti menjadi realitas yang tak terduga. Abah ( begitulah kami memanggilnya kepada  sosok ayah yang begitu dicintai), harus menjalani perawatan di rumah sakit. Namun, di balik dinding kamar yang steril di lantai tujuh, tersimpan sebuah cerita tentang keindahan, kesabaran, dan kekuatan keluarga.

Dari balik jendela kamar, sebuah pemandangan memukau terhampar. Gunung Kunci, dengan selimut hijaunya yang menenangkan, berdiri kokoh sebagai saksi bisu perjalanan waktu. Puncaknya yang menjulang tinggi seolah menyentuh langit, menghadirkan ketenangan bagi jiwa yang resah. Tak hanya keindahan alam, gunung ini juga menyimpan kisah sejarah perjuangan bangsa. Goa tua dan bekas peledakan bom menjadi saksi bisu era penjajahan Jepang.

Di tengah suasana yang sarat akan makna, saya menemukan kedamaian. Rencana liburan yang sempat tertunda, kini digantikan dengan momen-momen berharga yang tak ternilai. Dari jendela kamar Tulip RSUD belajar untuk bersyukur atas setiap detik yang ada, menikmati keindahan alam yang terbentang luas di hadapan mata, dan saling menguatkan satu sama lain.

pemandangan gunung kunci
pemandangan gunung kunci
Pemandangan Gunung Kunci siang  hingga malam menjadi teman setia dalam menanti kesembuhan  Abah. Setiap pagi, sinar mentari menyinari puncak gunung, membawa harapan baru. Sementara di malam hari, bintang-bintang berkerlap-kerlip seolah menemani mereka dalam doa dan renungan. Lantai tujuh rumah sakit, saya menemukan makna baru dari slow living. Kehidupan yang biasanya berjalan cepat, kini melambat. Setiap langkah, setiap nafas, terasa begitu berharga. Mereka belajar untuk menikmati proses, untuk bersabar, dan untuk menghargai setiap momen yang ada.

Di tengah hiruk pikuk kota, rumah sakit ini menjadi oase ketenangan. Dinding kamar yang putih, kini dihiasi oleh lukisan alam yang tergambar jelas dari balik jendela. Suara detak jantung mesin medis berpadu dengan kicauan burung, menciptakan harmoni yang unik.

Slow Living di Tengah Kehidupan

Dalam situasi yang tak terduga ini, saya  belajar tentang arti slow living. Saya menyadari bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari kesibukan dan hiruk pikuk kehidupan. Kadang kala, kebahagiaan yang sesungguhnya justru ditemukan dalam kesederhanaan, dalam momen-momen bersama orang terkasih, dan dalam keindahan alam yang mengelilingi kita.

Pesan dari Alam

Gunung Kunci, dengan segala kemegahannya, mengajarkan kita tentang kekuatan alam dan keteguhan hati. Ia mengingatkan kita bahwa manusia hanyalah bagian kecil dari alam semesta yang begitu luas.

Mari kita belajar dari alam, untuk selalu rendah hati, untuk selalu menjaga keseimbangan, dan untuk selalu menghargai setiap anugerah yang telah diberikan kepada kita.

Semoga Abah  lekas sembuh dan keluarga kami dapat kembali menikmati kebahagiaan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun