Mohon tunggu...
Yuyun Srimulyati
Yuyun Srimulyati Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pelatih Daerah/trainer PPKB Kemenag RI bidang profesional 2 (Publikasi Ilmiyah), pegiat literasi, public relation

Hobi yang baru saja menggeliat dan menantangku yaitu MENULIS karena terinspirasi para kompasianer, kumainkan jemari di pojok kompasiana, terjebak di ruang kolaborasi komunitas KAUSAKu4NKRI, berawal dari kepenasaran maka akhirnya Practice Makes Perfect basmalah ikuti langkah Kuntowijoyo menulis, menulis dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Di Balik Tagar #Desperate : Kisah Pilu Pencari Kerja di Era Digital

9 Oktober 2024   18:35 Diperbarui: 9 Oktober 2024   18:40 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Dalam lanskap digital yang semakin kompetitif, platform profesional seperti LinkedIn menjadi medan pertempuran bagi para pencari kerja. Munculnya tagar #desperate di LinkedIn menjadi sorotan menarik, merefleksikan tingkat keputusasaan yang dirasakan oleh banyak individu, terutama generasi muda, dalam upaya mencari pekerjaan.

Apa itu #Desperate di LinkedIn?

Tagar #desperate di LinkedIn bukanlah sekadar tren semata. Ini adalah bentuk ekspresi jujur dari para pencari kerja yang merasa tertekan oleh persaingan yang ketat dan sulitnya mendapatkan pekerjaan yang sesuai. Dengan menggunakan tagar ini, mereka secara terbuka mengakui kesulitan yang mereka hadapi dan berharap dapat menarik perhatian para pemberi kerja.

Problematika di Balik Tagar #Desperate

  • Persaingan yang Sangat Ketat: Jumlah pencari kerja yang terus meningkat, sementara ketersediaan lapangan kerja tidak seimbang, menciptakan persaingan yang sangat ketat.
  • Ekspektasi yang Tinggi: Perusahaan seringkali memiliki standar yang tinggi untuk calon karyawan, termasuk pengalaman kerja yang relevan, keterampilan teknis yang mumpuni, dan soft skills yang baik.
  • Teknologi yang Berkembang Pesat: Perkembangan teknologi yang cepat menuntut para pekerja untuk terus belajar dan menguasai keterampilan baru, sehingga mereka yang tidak mampu beradaptasi akan tertinggal.
  • Tekanan Mental: Proses mencari kerja yang panjang dan melelahkan dapat menimbulkan stres dan kecemasan yang signifikan pada pencari kerja.
  • Stigma Negatif: Penggunaan tagar #desperate dapat memunculkan stigma negatif dan membuat pencari kerja merasa rendah diri.

Kisah Pilu Pencari Kerja di Era Digital

Di balik tagar #desperate, terdapat banyak kisah pilu dari para pencari kerja. Mereka berjuang keras untuk mendapatkan pekerjaan, namun seringkali harus menghadapi penolakan berulang kali. Beberapa di antaranya bahkan rela mengambil pekerjaan di bawah kualifikasi mereka demi mendapatkan penghasilan.

  • Dampak Sosial dan Ekonomi

    Fenomena #desperate tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada masyarakat secara keseluruhan. Tingkat pengangguran yang tinggi dapat memicu masalah sosial seperti kemiskinan, kriminalitas, dan ketidakstabilan mental. Selain itu, perusahaan juga dapat mengalami kesulitan dalam menemukan tenaga kerja yang berkualitas.

  • Solusi yang Perlu Dilakukan

    Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak:

    • Pemerintah: Meningkatkan program pelatihan dan pengembangan keterampilan, menciptakan lapangan kerja baru, dan memberikan dukungan finansial bagi pencari kerja.
    • Perusahaan: Memperluas kesempatan kerja, memberikan pelatihan bagi karyawan, dan mengubah budaya kerja yang lebih inklusif.
    • Institusi Pendidikan: Mempersiapkan lulusan agar memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja.
    • Individu: Mengembangkan jaringan profesional, meningkatkan keterampilan, dan menjaga semangat positif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun