Mohon tunggu...
Yuyun Srimulyati
Yuyun Srimulyati Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pelatih Daerah/trainer PPKB Kemenag RI bidang profesional 2 (Publikasi Ilmiyah), pegiat literasi, public relation

Hobi yang baru saja menggeliat dan menantangku yaitu MENULIS karena terinspirasi para kompasianer, kumainkan jemari di pojok kompasiana, terjebak di ruang kolaborasi komunitas KAUSAKu4NKRI, berawal dari kepenasaran maka akhirnya Practice Makes Perfect basmalah ikuti langkah Kuntowijoyo menulis, menulis dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cahaya Guru Nusantara: Ketika Hati Berbicara

2 September 2024   17:35 Diperbarui: 2 September 2024   17:38 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sang surya belum sepenuhnya menampakkan sinarnya ketika Sri sudah mulai melangkah. Di bawah langit biru ia menyusuri terowongan rel kereta api sisa sejarah penjajahan Belanda sejak 429 tahun silam.  Jalan setapak di pinggir sungai menjadi saksi bisu perjalanannya setiap hari. Gemercik air sungai menjadi latar musik yang syahdu mengiringi langkahnya. Pematang sawah yang terhampar luas. Udara pagi yang sejuk dan kicauan burung menjadi teman setia dalam perjalanannya. Sebagai seorang guru honorer di desa, Sri  paham betul arti pengorbanan. Meski terkadang harus berjuang melawan keterbatasan, ia tetap teguh berdiri membawa secercah cahaya ke pelosok negeri. Setiap langkah yang ia ayun adalah bukti nyata dedikasinya dalam menebar benih-benih generasi bangsa. 

Sungai yang mengalir deras seakan ikut bersaksi atas perjuangannya. Sri sering kali berhenti sejenak di tepi sungai, memandangi air yang tenang. Ia membayangkan masa depan anak-anak didiknya. Ia ingin mereka tumbuh menjadi generasi yang cerdas, berkarakter, dan mampu membawa perubahan bagi desa mereka. Dengan semangat yang membara, Sri terus melangkah. Jalan berlumpur dan terjal tak menyurutkan langkahnya. Sesampainya di sekolah, ia disambut hangat oleh anak-anak didiknya. Senyum mereka adalah hadiah terindah yang tak ternilai harganya. Ia yakin setiap anak adalah sebuah potensi tak terbatas yang hanya perlu dipupuk dan diasah. Sri menyadari bahwa menjadi seorang guru bukan hanya tentang mengajar, tetapi juga tentang menginspirasi. 

Suatu siang saat jam istirahat, suara hand phone berbunyi, membuat Sri merogoh HP jadul yang dimilikinya. Setelah dilihatnya ternyata pesan dari wali kelas puteranya yang baru duduk di SMA menyatakan bahwa puteranya pingsan. Dalam hati Sri menjerit, "maafkan anakku mungkin sedari pagi kau tak kebagian jatah sarapan karena uang hanya cukup untuk isi bensin karena jarak sekolahmu terlalu jauh".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun