Mohon tunggu...
Yuyun Srimulyati
Yuyun Srimulyati Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pelatih Daerah/trainer PPKB Kemenag RI bidang profesional 2 (Publikasi Ilmiyah), pegiat literasi, public relation

Hobi yang baru saja menggeliat dan menantangku yaitu MENULIS karena terinspirasi para kompasianer, kumainkan jemari di pojok kompasiana, terjebak di ruang kolaborasi komunitas KAUSAKu4NKRI, berawal dari kepenasaran maka akhirnya Practice Makes Perfect basmalah ikuti langkah Kuntowijoyo menulis, menulis dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tongkat Estafet Ayah dan Anak

26 Agustus 2024   13:37 Diperbarui: 26 Agustus 2024   13:41 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di pagi buta sebagaimana biasanya Sri, bergegas bangun karena harus mempersiapkan segala perlengkapan sekolah baik untuk dirinya maupun anaknya yang masih semata wayang dan belum mandiri. Setelah anak dan suaminya siap, mereka pun pergi dengan diantar suaminya ke dua  tempat yang berbeda. 

Sri pun tiba di sekolah tempat ia mengabdi, aktivitas di sekolah berakhir pukul 13:00. Saat Sri hendak pulang, ia mendapat pesan dari adik perempuannyabahwa ayahnya sakit parah sudah tiga hari. Sri merasa cemas dan segera pergi menemui ayahnya yang hanya berjarak satu kilometer dari tempat tinggalnya.

Sesampainya di rumah orang tuanya ternyata fisik sang ayah begitu lemah tak berdaya. Raga yang biasanya enerjik tak kenal lelah, menelusuri jalan menuju tempat persemaian ilmu dan penanaman karakter akhlak mulia ke berbagai daerah sebagai seorang da'i, kini terkulai lemah dan membuat Sri sangat sedih. 

Di usianya yang ke-82 tahun, ayah Sri sering sakit-sakitan. Menurut diagnosa dokter gangguan pencernaan akut dan kaki bengkak akibat kadar asam urat. Sri akhirnya harus menginap, untuk mengurus ayah dan juga menemani ibu yang juga telah usia senja. Saat menjelang Maghrib tiba-tiba ada suara motor yang berhenti di depan rumah. Ternyata dia adalah seorang ustadz yang biasa menjemput ayah, namun katena ayah sakit, ustadz tersebut pulang dengan tangan hampa. 

Satu bulan sudah sakitnya tak kunjung sembuh. Hal yang menjadi beban berat bagi Sri adalah saat harus menggantikan jadwal sebagai penceramah di beberapa majelis taklim yang biasa diisi oleh ayahnya. Rasa haru dan kesedihan yang mendalam, dalam angan yang melayang membayangkan hal terburuk yang mungkin terjadi. "Aku tak boleh berpikiran negatif" gumam Sri dalam hatinya. Namun bagaimanapun beratnya tetap saja tongkat estafet itu harus disambutnya dan perjuangan harus dilanjutkan untuk menebar manfaat bagi sesama. 

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun