Mohon tunggu...
Yuyun Srimulyati
Yuyun Srimulyati Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pelatih Daerah/trainer PPKB Kemenag RI bidang profesional 2 (Publikasi Ilmiyah), pegiat literasi, public relation

Hobi yang baru saja menggeliat dan menantangku yaitu MENULIS karena terinspirasi para kompasianer, kumainkan jemari di pojok kompasiana, terjebak di ruang kolaborasi komunitas KAUSAKu4NKRI, berawal dari kepenasaran maka akhirnya Practice Makes Perfect basmalah ikuti langkah Kuntowijoyo menulis, menulis dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Butiran Air Mata Sang Pendekar

11 Juli 2024   07:59 Diperbarui: 11 Juli 2024   08:11 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepenggal kisah tentang keteladanan seorang sahabat Rasul yang sangat inspiratif.

Pada suatu hari Umar bin Khattab (Singa padang pasir) bertandang ke rumah Rasulullah saw., beliau merasa iba, seraya berkata dalam hati kecilnya :"Tidak sepantasnya seorang pemimpin ummat berbaring hanya beralaskan tikar yang sudah lusuh". Beliau melihat garis-garis tikar membekas di tubuh Rasulullah. Umar lalu memerhatikan lemari dan terlihat hanya seonggok gandum yang masih kasar. Tak ada lagi simpanan lain selain itu. 

Seketika butiran air mata sang pendekar terjatuh mengenai pipinya. Rasulullah pun melihatnya seraya bertanya :"Apakah gerangan yang membuatmu berlinang air mata wahai sahabatku?". Umar menjawab:"Ya Rasulullah, aku melihat para kaisar dan para raja begitu glamournya bergelimang harta, tempat tidurnya beralaskan sutera yang terbaik. Peralatan makanpun bersepuhkan emas, sedangkan engkau  cukup beralaskan tikar lusuh seperti ini?". Rasulullah lalu berbicara lirih :"Wahai sahabatku Umar! kita sudah berkesepahaman bahwa kita lebih memilih kebahagiaan akhirat sedangkan orang lain mengejar kesenangan dunia dan kemewahannya". 

Setelah mendengar sabda Rasulullah, wajah Umar kembali berseri-seri.

Mengambil ibrah dari kisah tersebut, tiada lagi alasan kita untuk selalu mengeluh dengan hidup kita. Saat Allah memberi takaran rizki sesuai kadar usaha kita. Saat target duniawi kita tak tercapai atau tertunda karena salah strategi, janganlah menyalahkan takdir  karena sesungguhnya di balik semua ujian kehidupan ada masa depan cemerlang yang menanti kita asal kita tetap berpijak dalam rel kebenaran.

Allah Swt berfirman: "wa lal-aakhiratu khairun laka min al-Ula". Artinya : "Sesungguhnya akhirat itu lebih baik bagimu daripada permulaan (dunia). (Q.S. Ad-Dhuha/93:4)

Salam literasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun