Sepenggal kisah tentang keteladanan seorang sahabat Rasul yang sangat inspiratif.
Pada suatu hari Umar bin Khattab (Singa padang pasir) bertandang ke rumah Rasulullah saw., beliau merasa iba, seraya berkata dalam hati kecilnya :"Tidak sepantasnya seorang pemimpin ummat berbaring hanya beralaskan tikar yang sudah lusuh". Beliau melihat garis-garis tikar membekas di tubuh Rasulullah. Umar lalu memerhatikan lemari dan terlihat hanya seonggok gandum yang masih kasar. Tak ada lagi simpanan lain selain itu.Â
Seketika butiran air mata sang pendekar terjatuh mengenai pipinya. Rasulullah pun melihatnya seraya bertanya :"Apakah gerangan yang membuatmu berlinang air mata wahai sahabatku?". Umar menjawab:"Ya Rasulullah, aku melihat para kaisar dan para raja begitu glamournya bergelimang harta, tempat tidurnya beralaskan sutera yang terbaik. Peralatan makanpun bersepuhkan emas, sedangkan engkau  cukup beralaskan tikar lusuh seperti ini?". Rasulullah lalu berbicara lirih :"Wahai sahabatku Umar! kita sudah berkesepahaman bahwa kita lebih memilih kebahagiaan akhirat sedangkan orang lain mengejar kesenangan dunia dan kemewahannya".Â
Setelah mendengar sabda Rasulullah, wajah Umar kembali berseri-seri.
Mengambil ibrah dari kisah tersebut, tiada lagi alasan kita untuk selalu mengeluh dengan hidup kita. Saat Allah memberi takaran rizki sesuai kadar usaha kita. Saat target duniawi kita tak tercapai atau tertunda karena salah strategi, janganlah menyalahkan takdir  karena sesungguhnya di balik semua ujian kehidupan ada masa depan cemerlang yang menanti kita asal kita tetap berpijak dalam rel kebenaran.
Allah Swt berfirman: "wa lal-aakhiratu khairun laka min al-Ula". Artinya :Â "Sesungguhnya akhirat itu lebih baik bagimu daripada permulaan (dunia). (Q.S. Ad-Dhuha/93:4)
Salam literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H