Konsep dan metodologi baru diperkenalkan oleh mahzab Annales yang memfokuskan pada sejarah sosial dan objek penelitiannya berfokus pada masyarakat. Karena adanya mahzab Annales maka lahirlah para pembaharu ilmu sejarah. Terdapat perbedaan pendapat antara penganut mahzab Annales dengan kelompok pembaharu dalam memandang ataupun menjelaskan sejarah. Karena perbedaan pendapat tersebut muncul dua domain ilmu sejarah yaitu individual dan struktural. Sartono memihak domain struktural hal ini terlihat pada penulisan disertasinya yang berjudul : The Peasants' Revolt of Banten in 1888: Its Conditions, Course and Sequel: A Case Study of Social Movements in Indonesia.
Sejarawan pertama Indonesia yang mengaplikasikan konsep serta metodologi ilmu sejarah yang diperkenalkan oleh mahzab Annales adalah Sartono Kartodirjo. Beliau menjadikan jurusan Sejarah di tempatnya mengajar di UGM sebagai dasar untuk menerapkan mahzab Annales tersebut. Maka sangatlah pantas Sartono disebut sebagai pembaharu pada historiografi Indonesia. Pada 1968, beliau mendapat pengakuan nasional pada akademisnya sehingga dikukuhkan sebagai Guru Besar di UGM dalam Ilmu Sejaah.
Sartono adalah pelopor pergeseran penulisan sejarah dari Netherlansentris ke Indonesiasentris. Yang mana sebelumnya penulisan sejarah ditulis dari sudut pandang bangsa Belanda atau Eropa. Sartono menulis dalam sudut pandang Indonesia sendiri. Penulisan sejarah Indonesiasentris lebih mendekatkan kepada fakta-fakta mengenai bangsa Indonesia dan mengungkap sisi sejarah Indonesia yang lebih sesuai realita dengan keadaan Indonesia kala itu. Perubahan penulisan historiografi Indonesiasentris ini menjadi pendorong lahirnya sejarawan-sejarawan Indonesia untuk menulis kondisi negri ini.
Sartono juga merintis penulisan sejarah yang objek kajiannya bukan hanya elite penguasa atau tidak hanya menuliskan orang-orang besar saja (great man in history). Sartono menuliskan seluruh lapisan masyarakat mulai dari orang-orang kecil misalnya para petani. Sartono juga membuka pandangan para sejarawan agar sejarah sebagai ilmu tidak terpisahkan dari ilmu sosial lain. Ilmu sejarah harus berani mengurai, menunjukan dan menjelaskan segala persoalan yang ada.[2]Â
Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo adalah sejarawan Indonesia sekaligus pelopor pada penulisan sejarah melalui pendekatan multidimensi. Penyusunan historiografi modern sangat dianjurkan oleh Sartono supaya corak yang digunakan bersifat Indonesiasentrisme yang mana peran bangsa Indonesia sebagai pelaku sejarah lebih ditekankan dalam perjalanan sejarahnya. Solusi ini perlu diaplikasikan untuk menggantikan bangsa Eropa yang telah menguasai rakyat Indonesia sebagai pelaku penulisan sejarah di Indonesia. Pentingnya penggunaan pendekatan interdisipliner, multidisipliner atau pendekatan Ilmu-ilmu sosial dalam kajian sejarah.
Sartono menggunakan pendekatan historiografi multidimensional dalam disertasinya yang berjudul "Pemberontakan Petani Banten 1888". Disertasi yang ditulisnya tersebut sebagai bentuk protes terhadap historiografi Konvensional dan bersifat Neerlandosenteris. Sartono mengubah pandangan dengan membahasa sebuah gerakan sosial dari golongan rakyat biasa yaitu petani untuk melawan ketidakadilan yang diterima kaum petani kala itu.[3]
Â
Â
Referensi
Fajriudin. Historiografi Islam. Jakarta: Prenadamedia Group, 2018.
M. Nursam, Baskara T, Wardaya S.J, Asvi Warman Adam, ed. Sejarah Yang Memihak. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2008.