Kemudian kami jalan kaki sambil foto-foto supaya perjalanan tidak terasa lelah. Sesekali tercium aroma akar wangi yang menyengat. Pemandangan lain yang tak kalah indah melihat petani memanen sayurannya. Ternyata kampung ini dengan hutan damar hanya dipisahkan oleh lembah yang penuh dengan kebun sayuran. Jalan menuju  Balong masih tanah, kalau motor masih bisa masuk ke sini dan bisa parkir  di depan warung.Â
Setelah jalan kaki sekitar 15 menit, kami pun sampai di tempat yang disebut Balong. Masuk ke sini cukup bayar Rp 5.000 saja. Ternyata Balong ini adalah bagian dari hutan damar juga. Hanya di tengah hutan damar ini ada kolam alias balong. Jadi kolam di tengah hutan, itu yang bikin orang-orang tertarik untuk datang ke sini.
Menuju ke loket tiket menyebrangi jembatan bambu yang dikasih atap, air sungainya bening banget. Akhirnya ketemu juga sama Balongnya, ternyata lumayan besar. Di atas Balong ada spot foto dari bambu. Fasilitas lain ada mushola bambu dan toilet bambu, ada juga warung, tapi hanya satu yang buka. Semua bangunan serba dari bambu. Pohon damar yang lurus dan menjulang tinggi dengan daun yang rapat membuat hutan ini teduh.
Setelah membuka perbekalan, kemudian kami keliling-keliling sambil mencari spot foto yang bagus. Semakin siang semakin banyak orang yang datang. Â Sabaiknya bawa bekal makanan kalau ke sini, karena setelah jalan kaki yang lumayan jauh perut terasa haus dan lapar Sementara cuma ada satu warung yang jualan, itu pun seadanya. Hampir dua jam keliling dan singgah di sini,sambil menikmati indahnya hutan dan beningnya air kolam atau balong. Akhirnya kami menyusuri jalan yang sama untuk pulang. Harapan saya meskipun semakin banyak orang yang berkunjung ke tempat ini, semoga tidak cuma menikmati keindahannya saja, tapi juga menjaganya. (yuniarfhz)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya