Merantau, begitulah istilah yang biasa digunakan oleh sebagian besar orang untuk menggambarkan dirinya sedang berjauhan dengan keluarga. Terpisah oleh jarak yang terkadang membuat "sang perantau" merasa dalam ruang rindu. Termasuk aku.
Sebelumnya, aku hendak mengucapkan beribu termakasih kepada jarak. Mengapa? Sebab, banyak hal yang ku rasa "because of distance". Terimakasih kepada jarak yang menyadarkan arti kerinduan. Terimakasih kepada jarak yang membisikkan perjuangan. Terimakasih kepada jarak yang berhasil menyentuh setiap cerita kenangan terdalam.
Tidak dapat dipungkiri kembali, akan ada suatu detik di mana anak rantau akan mengingat berbagai kenangan dengan keluarga baik dengan ayah, ibu, kakak maupun adik. Tepat di waktu itulah berjuta rasa akan bercampur, untuk kesekian kalinya rasa rindu, bahagia, sedih maupun tegar terbalut menjadi satu. Bagaimana tidak? Kita menyadari bagaimana berharganya waktu akan kebersamaan.
Dan biasanya, hal  yang biasa melekat dalam ingatan bukanlah sesuatu yang besar, melainkan hal-hal sederhana yang sering kita lakukan.  Misal, setiap pagi kita sarapan pagi bersama keluarga, membantu ibu memasak di dapur, mengaji bersama orangtua, ayah mengantar kita sekolah pada waktu hujan derasa dan beliau rela untuk memberikan jas hujannya untuk kita sedangkan beliau rela untuk basah kuyup, ibu menyisihkan makanan untuk kita yang baru pulang sekolah walau beliau mengetahui bahwa beliau juga lapar.
Rasa yang kini sedang tertanam di hatimu tentang "homesick" itu sebenarnya adalah rasa yang wajar dialami oleh seseorang ketika berjauhan dengan orang yang sangat disayanginya. Anak rantau dengan berjuta rasa, anak rantau dengan berjuta asa. Maka, bersabarlah wahai hati. Jika dirimu mampu sukses di tanah rantaumu, sungguh itu akan menjadi kado terbesar bagi orang tersayang di kampung halaman karena mereka membutuhkan kabar gembiramu.Â
Percayalah, akan ada saatnya kau bisa memeluk keluargamu pada saat yang tepat. Saat ini, saatnya engkau berjuang. Menangis boleh, tapi berjanjilah pada suatu hari nanti, kau akan mampu membuat air mata kebahagiaan orangtuamu terjatuh. Ini rasaku, bagaimana rasamu wahai sang pejuang di tanah rantau?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H