Pertama kalinya mampir ke kopitiam (”tiam” berarti ”kedai” dalam bahasa Hokian) di Singapura, saya sempat kesal karena disuguhi kopi pahit. Awalnya saya berkata ”Just Coffee, please” kepada si pelayan. ”Kamu pesennya gitu, jadi memang dikasih Kopi Kosong”, kata teman saya yang memang sudah cukup lama berdomisili Singapura itu.
***
Sejak kemunculannya di abad ke-15, kopi telah menjadi salah satu minuman populer masyarakat dunia. Meskipun tidak dianjurkan oleh banyak dokter dan pemerhati kesehatan, tradisi minum kopi tetap marak keberadaannya. Di Indonesia, kongkow-kongkow sambil minum kopi telah berkembang sejak tahun 1700-an dan kini nongkrong di toko kopi ternama di mal bahkan bisa menambah gengsi. Malah sekarang tren yang berkembang adalah mengunduh foto pesanan kopi bertuliskan nama mereka via akun instagram dan media sosial lainnya.
[caption id="attachment_290987" align="alignnone" width="286" caption="Aunty sedang Menyiapkan Pesanan di Kopitiam (Foto: dokpri)"][/caption]
Di Singapura, lain lagi ceritanya. Pemilihan tempat minum kopi lebih kepada selera. Warga pendatang (terutama asal Amerika atau Eropa) cenderung memilih gerai kopi waralaba a la barat seperti Starbucks atau Coffee Bean. Sementara orang lokal biasanya lebih menyukai kopi di kopitiam yang rasanya lebih tradisional.
Kembali ke penjelasan teman saya, ternyata ada banyak jenis kopi yang dihidangkan di kopitiam lokal Singapura. Saya bukan berbicara jenis biji kopinya, namun lebih pada ragam penyajian minuman kopinya. Hal ini mungkin karena untuk mengakomodasi permintaan konsumen. Analoginya sama dengan kalau kita ingin pesan bubur ayam – biasanya ada preferensi khusus tentang kuantitas bahan makanan. Ada yang ingin buburnya sedikit saja, tidak pakai kacang, kecap manisnya banyak, dan sambalnya satu sendok (kalau ayamnya yah biasanya semua orang pasti minta dibanyakin, hehe).
Setidaknya ada 12 jenis kopi yang bisa kita pesan di kopitiam lokal. Masalahnya, banyak pelayan kopitiam lokal yang tidak mengerti bahasa Inggris hingga seringkali susah untuk menjelaskan preferensi kopi kita kepada mereka. Untuk itu ada baiknya kita mengetahui istilah penyajian kopi yang sudah jadi bahasa umum di kopitiam. Jadi tinggal sebut istilahnya, voila, kopi idaman segera terhidang di meja.
Kopi O: artinya kopi dengan air dan gula
Kopi O Gau: komposisi kopi lebih banyak dari air, ditambah gula. ”Gau” sendiri memiliki makna ”kuat” – mungkin kalau di Indonesia ini namanya kopi hitam
Kopi O Po: kebalikan dari Kopi O Gau; komposisi air lebih banyak daripada kopinya
Kopi O Siew Dai: sama dengan Kopi O, hanya takaran gulanya lebih sedikit
Kopi: terdiri dari komposisi Kopi O ditambah susu kental manis
Kopi Gau: komposisi Kopi O Gau dengan tambahan susu kental manis
Kopi Po: komposisi Kopi O Po dengan tambahan susu kental manis
Kopi Siew Dai: komposisi Kopi O Siew Dai dengan tambahan susu kental manis
Kopi Gah Dai: komposisi Kopi hanya saja takaran susu kental manisnya lebih banyak dibanding takaran airnya
Kopi Si: komposisi Kopi hanya saja susu kental manisnya diganti dengan susu kental yang tak manis (evaporated milk)
Kopi Si Kosong: komposisi Kopi Si tanpa gula
Kopi Kosong: komposisi Kopi O tanpa gula
O ya, semua jenis kopi di atas disajikan dalam kondisi panas/hangat. Jika lebih tertarik untuk memesan versi dingin, tinggal tambahkan kata ”peng” setelah jenis kopi yang dipesan, misalnya: Kopi Po Peng (Kopi Po pake es).
Cara paling tepat untuk menikmati perjalanan di tempat asing adalah bersatu dengan kehidupan lokal. Belajar istilah tersebut adalah salah satu caranya. Jadi, jikalau mampir ke kopitiam Singapura bolehlah ini untuk dicoba dan siap-siap memesan kopi laksana seorang ahli. (Yuuki)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H