Wonosobo -Â Di bulan Juni ini sangat banyak sekali acara-acara festival dari bebagai macam daerah, diantaranya ada Solo Batik Karnival dan Dieng Culture Festivel yang akan menjadi pagelaran istimewa sebagai penutup di bulan Juni 2013 ini.
Namun hanya satu festival yang akan saya ceritakan, Dieng Culture Festival (DCF) ke-4. Ini bukan perjalanan wisata saya, tapi perjalanan teman saya bernama Fikhi yang ikut salah satu trip dari sebuah Travel Agent. Sengaja saya mewawancarai Fikhi tentang DCF ini, untuk berbagi kepada Kompasioners, walaupun agak terlambat updatenya, dan berharap menjadi informasi budaya, siapa tahu tahun depan Kompasiana mengadakan kopdar di DCF ke-5 (amin).
Dieng Culture Festival sendiri merupakan pesta rakyat di negeri para Dewa yang rutin diadakan setiap tahunnya, udara dingin dan berkabut di Dieng benar-benar seperti Negeri para Dewa yang ada di kayangan. Festival ini bertempat di Kompleks Candi Arjuna, Kawasan Wisata Dataran Tinggi (KWDT) Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, tanggal 29-30 Juni 2013.
Di tanggal 29 Juni acara dimulai pukul 09.00 pagi sampai selesai, puncak acara pelepasan lampu lapion dan pesta kembang api, menurut laporan yang terkumpul dari para biro wisata, ada sekitar 6.000 wisatawan lokal/asing yang memeriahkan festival tahunan ini. Selanjutnya tanggal 30 Juni 2013 dimulai pukul 08.00 pagi sampai selesai, isi acara ada Kirab Budaya Keliling Desa Dieng, Cukur Gimbel, Jazz di atas awan.
Ketua Pelaksana DCF ke-4, Bapak Slamet, sempat was-was. Khawatir Festival ini akan sepi dari wisatawan, kekhawatiran beliau beralasan, jalan utama menuju festival dari arah Wonosobo ditutup, karena ada perbaikan jalan. Kenyataannya masalah ini sama sekali tidak berdampak pada jumlah wisatawan, malah jumlah wisatawan meningkat/tinggi, hal ini dapat dilihat dari seluruh homestay sekitar Dieng habis dipesan, bahkan para penduduk sekitar siap jika rumahnya dijadikan homestay bagi wisatawan.
Dalam DCF ini ada fenomenan, bagi saya sangat positif dan berharap akan menjadi suatu kebiasaan yang terus terpelihara bagi DCF ditahun berikutnya. Acara ini mendapat dukungan dan bantuan dari para penduduk di desa-desa sekitar Dieng, seperti Desa Karangsari, Karangtengah, dan Kepakisan. Festivel ini seperti menjadi salah satu power/alat pemersatu nilai gotong royong, diatara banyaknya perpechan di beberapa daerah. Dahulu gotong royong menjadi ciri khas bangsa ini, Festival seperti DCF bisa menjadi obat ‘’pembangkit gairah’’ gotongroyong bangsa ini.
Selain terciptanya gotong royong, Festival ini bisa menjadi momen mempromosikan wisata Dieng. Yang paling penting bisa meningkatkan kesejahteraan ekonomi penduduk sekitar Dieng.
Pemotongan 3 anak rambut gimbal ini adalah acara utamanya, menurut kepercayaan anak yang terlahir dengan rambut gimbal diyakini keturunan leluhur Dieng, pemotongan rambut gimbal ini harus melaui upacara ritual suci agar rambut gimbalnya berhenti tumbuh. Jika dipotong sembarang, atau dibawa ke salon/tukang cukur sembarangan, konon rambut gimbalnya akan terus tumbuh.
3 anak berambut gimbal ini mempunyai permintaan/ syarat jika rambut gimbalnya dipotong. Ke-3 anak gimbal ini meminta cincin, sepeda motor, dan seekor kambing, seluruh permintaan 3 anak gimbal ini sudah dituruti oleh orang tuanya masing-masing.
TANAMAN NEGERI PARA DEWA .
DCF ini punya suatu acara yang unik, ditujukan khusus bagi para wisatawan laki-laki, wanita juga boleh menjoga, masalah efek ditanggung masing-masing hehehe, yaitu meminum segelas jamu Purwoceng, pasti segar rasa jamunya. Puwoceng dipercaya mempunyai khasiat penghangat tubuh dan sebagai obat kuat bagi laki-laki lho. Tanaman ini menjadi simbol dari negeri para Dewa di Dieng, dan diyakini hanya tumbuh di Dieng, banyak terdapat di Gua Arjuna.
Benar-benar DCF  tahun ini luar biasa, begitu nikmatnya para wisatawan khusunya pria menikmati musik Jazz di alam terbuka, sambil ditemani segelas jamunya para dewa, Purwoceng hangat. Panggung yang hanya berlatar belakang pegunungan alam, diantara kabut tipis yang turun, kerlap-kerlip bintang, sempurna sekali.
Yang belum pernah datang k e DCF, jangan sampai ketinggalan lagi DCF ke-5 tahun depan, saya juga mau kesana, dan mencoba segelas jamu hangat purwoceng.
Sumber Informasi, wawancara oleh Fikhi (salah satu wisatawan DCF ke-4)
Sumber informasi, http://www.solopos.com./2013/06/28/hei-ada-dieng-culture-festival-lho-akhir-pekan-ini-420897
Sumber Foto, http://www.bandarwisata.com/2013/07/go-to-dieng-culture-festival-iv-2013.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H