Mohon tunggu...
Yusya Rahmansyah
Yusya Rahmansyah Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Siliwangi

Seorang mahasiswa yang besar di dua pulau di Indonesia sumatera dan jawa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Blunder Milenial "Unggulan" ala Pak Presiden

30 April 2020   15:56 Diperbarui: 1 Mei 2020   19:55 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Milenial, kata yang rutin terdengar dalam lima tahun terakhir. Kata yang lumrahnya merujuk kepada sebuah generasi yang muda dan inovatif. 

Belakangan ini pasca pilpres 2019, kata milenial mengalami peningkatan penggunaan, karena hadirnya pilpres menimbulkan perburuan milenial yang dilakukan kubu-kubu politik guna meningkatkan suara saat pemilu nanti. Hasilnya kata milenial memiliki tendensi politis dalam pembahasannya di media saat itu.

Lantas, apakah kata milenial memang memiliki tendensi politis dalam pengunaannya? pada masa kampanye pilpres yang lalu, kedua kubu hampir menggunakan berbagai cara guna meraih hati pemilih milenial. 

Dikubu Prabowo, dengan adanya Sandiaga Uno sebagai calon wakil presiden diyakini mampu meraih hati milenial. Mengingat Sandiaga Uno yang dekat terhadap milenial. 

Lain halnya dikubu Joko Widodo, dengan menggunakan gaya berpakaian yang santai dan tidak formal menjadikan kubu Jokowi dipandang modis dan modern oleh milenial. sampai akhirnya pilpres berakhir dengan Jokowi kembali menjabat sebagai presiden.

Setelah pemilu berakhir, kata milenial masih belum lepas dari konsumsi publik dan juga masih erat kaitannya dengan tendensi politik. pada Kamis, 21 September 2019, Presiden Jokowi menunjuk 13 orang sebagai staf khususnya dan 7 diantaranya merupakan kalangan milenial. 

Tujuh orang milenial ini merupakan orang-orang yang dilihat memiliki kelebihan dibidangnya, rata-rata milenial pilihan tersebut merupakan pemilik dari perusahaan start-up yang erat kaitannya dengan milenial. Maka, milenial-milenial "unggulan" ala Jokowi mulai menjadi pejabat pemerintahan setelah pengumuman staf khusus tersebut.

Maka, milenial-milenial "unggulan" ala Jokowi mulai menjadi pejabat pemerintahan setelah pengumuman staf khusus tersebut

Kehadiran milenial-milenial dilingkungan kepresidenan semakin menunjukkan bahwa pemerintahan saat ini merupakan pemerintahan yang mengusung anak-anak muda untuk ikut sebagai bagian dari pemerintahan dan bukan pemerintahan yang kolot dan kaku. 

Dengan masuknya milenial kedalam lingkungan kepresidenan menunjukkan bahwa kata milenial masih lekat dengan tendensi politis bahkan setelah pilpres berlangsung. 

Selain itu posisi Joko Widodo sebagai presiden juga akan dipandang lekat dengan generasi muda dan inovatif dengan pengusungan milenial-milenial unggulan sebagai staf khusus presiden.

Namun, hadirnya staf khusus milenial ini menimbulkan polemik tersendiri. Staf khusus milenial Jokowi nantinya bekerja sebagai pemberi masukan dan tidak berkerja dengan penuh waktu di istana. Jokowi memahami bahwa kebanyakan mereka merupakan pengusaha muda yang memiliki tanggung jawab terhadap perusahaannya masing-masing.

"Minimal seminggu, dua minggu, pasti ketemu" Kata Jokowi dilansir dari kompas.com, Jumat (22/11/2019)

Selain itu tujuh staf khusus milenial Jokowi tidak diberikan pembagian dalam pembidangan tertentu. Hal inilah yang menimbulkan tanda tanya apa sebenarnya yang dilakukan staf khusus milenial Jokowi di lingkaran istana? Pertanyaan inilah yang menjadi polemik tersendiri mengenai kehadiran staf khusus milenial Jokowi. 

Munculnya pertanyaan ini tidak lain juga disebabkan oleh nominal gaji yang diterima oleh staf khusus milenial presiden yang sebesar 51 juta rupiah. Sementara kinerja "teman diskusi" untuk memberikan gagasan-gagasan segar belum terlihat sampai saat ini.

anteroaceh.com
anteroaceh.com
Ini Andi Taufan

Sampai akhirnya polemik staf khusus milenial timbul, ketika salah satu staf khusus milenial, Andi Taufan yang juga merupakan CEO dari PT. Amartha Fintech yang merupakan perusahaan teknologi finansial. 

Polemik itu muncul setelah dia menyurati para camat untuk menitipkan perusahaannya PT. Amartha Fintech dalam penanggulangan virus corona (Covid-19). 

Setelah surat itu bocor ke publik, Andi meminta maaf dan mengaku telah menarik surat yang dimaksud. Polemik tersebut rentan dengan konflik kepentingan, banyak pendapat yang menyatakan bahwa konflik kepentingan antara posisi Andi sebagai staf khusus dimanfaatkan untuk kepentingan perusahaannya sendiri.

Selain Andi Taufan yang tersandung polemik konflik kepentingan, Belva Devara yang juga merupakan staf khusus presiden juga tersandung konflik yang sama. 

Perusahaan Ruang Guru yang merupakan media pembelajaran daring, dimana Belva sebagai pendirinya juga disangkutpautkan dengan konflik kepentingan terkait Ruang Guru yang dipilih sebagai media pelatihan online untuk Kartu Pra-Kerja. 

Hal inilah yang dinilai sebagai konflik kepentingan sebab posisi Belva sebagai pendiri perusahaan dan juga posisinya sebagai pejabat pemerintah dalam hal ini sebagai staf khusus presiden diperhatikan. Dalam kasus ini Belva mengaku tidak tahu akan pemilihan Ruang Guru sebagai tempat pelatihan untuk program pemerintah tersebut.

kurio.id
kurio.id
Ini Belva Devara

Belva Devara akhirnya mengundurkan diri dari posisinya sebagai staf khusus presiden. Terhitung sejak tanggal 17 April 2020 seperti yang disampaikan di akun Instagramnya pada Selasa, 21 April 2020. 

Pengunduran diri tersebut kemudian disusul oleh Andi Taufan pada 24 April 2020 melalui surat terbuka. Andi mengajukan surat terbuka pada tanggal 17 April 2020, dan kemudian disetujui oleh presiden Joko Widodo. 

Pengunduran diri dua staf milenial Jokowi ini merupakan respon atas polemik yang menyangkut posisi kedua milenial itu di lingkaran istana dan posisi sebagai pemilik perusahaan.

Gugurnya dua staf khusus milenial unggulan ala Jokowi, menyisakan empat orang staf khusus milenial. Apabila memang staf khusus milenial merupakan posisi penting maka akan tiba saatnya Jokowi akan mencari pengganti dari posisi yang ditinggalkan, namun jika memang posisi staf khusus milenial ini hanyalah ornamen politik yang digunakan sebagai "pemanis pemerintahan" maka itu artinya posisi staf khusus milenial ini hanya sebagai cara untuk berpolitik hanya sebagai bagian dari pencitraan saja. Keputusan untuk menggunakan staf khusus milenial ini menjadi sebuah blunder politik terhadap pemerintahan presiden Jokowi saat ini.

Kata milenial kembali menjadi tendensi politis saat ini. Hadirnya milenial dan tenggelamnya milenial di lingkaran istana dapat diprediksi dari sekarang

Kata milenial kembali menjadi tendensi politis saat ini. Hadirnya milenial dan tenggelamnya milenial di lingkaran istana dapat diprediksi dari sekarang. 

Posisi staf khusus milenial yang tidak sekuat posisi politis partai politik dan menteri, menimbulkan sebuah keyakinan bahwa pada praktiknya staf khusus milenial ini memang hanya sebagai ornamen dan tidak memiliki kompetensi untuk memberikan asupan saran kepada presiden. 

Hasilnya milenial bisa memiliki cap buruk terhadap pemerintahan kedepannya, alih-alih mengangkat nama milenial ke publik sebagai bagian penggerak pemerintahan nyatanya milenial justru terkena blunder atas upaya pemerintah sendiri. 

Yang ditakutkan akan menimbulkan dampak kepada masyarakat dengan munculnya asumsi bahwa milenial adalah sosok generasi yang seperti yang dinarasikan dan yang muncul di pemerintahan itu sendiri.

Hasilnya milenial bisa memiliki cap buruk terhadap pemerintahan kedepannya, alih-alih mengangkat nama milenial ke publik sebagai bagian penggerak pemerintahan nyatanya milenial justru terkena blunder atas upaya pemerintah sendiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun