"Lingkungan hidup ini bukan warisan nenek moyang kita, melainkan titipan dari anak cucu kita!"
Trawas, Mojokerto. Kepedulian para pelaku usaha, tergantung pada kesadaran dan pemahamannya atas kondisi sekitarnya. Utamanya jenis usaha yang memiliki resiko mencemari lingkungan. Salah satu diantaranya adalah jenis usaha batik.
Meskipun hanya berbentuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Usaha batik memiliki kerawanan dalam pencemaran lingkungan. Sadar akan hal itu, maka perlu adanya upaya-upaya konkret untuk mencegah dan meminimalisirnya.
Kesadaran dan kepedulian itu pun muncul dari Indar Setiati Parikesit. Sosok pelaku UMKM batik ini pun tergerak untuk melakukan edukasi peduli lingkungan atas usaha yang dilakukan. Meskipun bukan usaha berskala besar, dirinya merasa penting untuk tetap menjaga dan peduli atas kondisi alam sekitarnya.
"Meski usaha kita kecil, justru dari sini kita memulai edukasinya. Sehingga kelak bila kita sudah besar, tentu akan lebih bisa berkonstribusi nyata untuk menjaga kondisi lingkungan usaha itu sendiri," ujar Indar, sapaan harian owner Mydebz Batik itu dengan nada serius.
Masih menurut Indar, usaha batik yang sudah dirintisnya sejak 2015 itu menunjukkan perkembangan pesat. Meskipun produksinya sebagian besar dilakukan di daerah Surakarta, Jawa Tengah, bukan berarti dirinya tak peduli. Apalagi kini dirinya mampu mengembangkan di kawasan Desa Tambakagung, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto.
"Sejak tiga tahun lalu, Mydebz Batik mendapat kepercayaan masyarakat. Khususnya dari para tokoh dan institusi maupun perusahaan di Jawa Timur. Guna menjaga keseimbangan itulah, maka saya menjalin kerjasama dengan lembaga pemerhati lingkungan," ungkap ibu tiga anak itu mengenang perjalanan usahanya.
Sekedar diketahui, Mydebz Batik memiliki gallery dengan puluhan koleksi motif batik. Meskipun motif batik andalannya adalah batik Majapahit, tetapi seiring perkembangan, kini Mydebz juga melayani motif custom, motif adaptif, dan tentunya motif klasik.