"Iya, Ayah tahu kok, sayang. Kalau tidur, Adik kan sudah sama Bunda dan Uti. Jadi Ayah tak tidur di tempat kerja saja. Nah, kalau dapat uang banyak, ntar Adik bisa beli mainan atau ke taman kelinci. Mau ndhak?" jawab ku beralibi seraya merayunya.
'Oke. Tapi Ayah janji ya, besuk tidur rumah. Paginya ngantar aku ke sekolah," jawabnya sambil mengarahkan jari kelingkingnya untuk ditautkan ke jari kelingking Ku sebagai simbol Aku janji kepada si kecil.
Akhirnya Aku hanya bisa memeluknya erat-erat. Hati Ku terasa tersayat pasrah. Aku peluk dan ciumi kedua pipi dan keningnya. Setelah itu Matahar Kecil Ku minta digendong untuk tidur bersama Utinya. Sementara Aku hanya bisa menahan nafas. Si kecil sudah sangat tahu apa yang harus dilakukan seorang Ayah pada putrinya.
Aku benar-benar tak berdaya. Meski si kecil selalu Aku temui tiap hari, nyatanya masih banyak kekurangan yang Aku lakukan. Begitu berat rasanya ucapan si kecil mulai siang hingga malam. Dalam hati Ku hanya mampu berkata  seraya memohon :
"Tuhan, panjangkan umur Ku. Agar kelak Aku mampu membimbing anak-anak Ku menjadi manusia berguna bagi orang-orang di sekitarnya. Meskipun mereka adalah kaum perempuan, tetapi kecerdasan dan ketangguhannya melebihi para lelaki. Semoga kelak, ketiga matahari Ku mampu memberikan sinarnya untuk kemaslahatan umat manusia dan masyarakat yang butuh segenap pemikiran dan karyanya!" pinta Ku dalam angan yang menginginkan keabadaian hidup dan kehidupan.***YR.21.07.21***