tinggal dua lagi...
aku menyisir jalan di sebuah kota yang kerap disebut sebagai kota santri. dua perempuan. sepertinya kembar. satunya berjilbab hitam. satunya berjilbab putih. tertawa bareng. saling memukul pundak. terkadang merengut, seolah ada pertengkaran. dan tertawa lagi. saling cubit. ah...sepertinya sepasang saudara kembar ini sepertinya layak menjadi pelengkap tumbalku.
maka, lengkap sudah tumbal tujuh perawan berjilbab dengan warna berbeda.
dalam temaram cahaya obor, aku giring mereka ke altar persembahan. aku minta mereka semua mencopot jilbab. Setelah melalui sejumlah prosesi persembahan, aku taruh tujuh jilbab dari tujuh perawan pada nampan sesaji. "tuhanku yang maha tidak berpasangan, aku persembahkan jilbab tujuh rupa ini kepadamu. dan ijinkan mereka bersamaku."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H