Mohon tunggu...
Yusvi Adi
Yusvi Adi Mohon Tunggu... profesional -

Digital Activist | Pekerja | Penikmat Buku | @adimust

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mendadak Jadi Imam Alay dari Partai Alay

28 Mei 2014   19:20 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:01 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini saya merasa jengah juga melihat beberapa foto atau gambar yang muncul di sosial media.  Temanya sama, Seorang capres yang menjadi imam dalam beberapa kesempatan.  Saya tidak ingin menilai pahala seorang imam, itu bukan urusan saya. Tapi melihat politisasi menjadi imam ini begitu luar biasa. Mulai dari mengimami seorang ketua ormas Islam, kemudian imam sholat tim sukses sampai jadi imam sholat kelompok penyanyi.  Pencitraan apalagi yang sedang dijalankan ?

Sebenarnya hal tersebut tidak perlu dilakukan kalau ia ingin di cap sebagai muslim sejati.  Cukup secara konsisten melakukan itu setiap hari sudah cukup. Tapi karena memang jarang dilakukan sehingga harus diblowup.  Hal itu tidak cukup membuat kita paham, karena yang mendikte juga partai yang alay terhadap umat islam.

Tokoh capres itu memang dikondisikan untuk sangat dekat dengan umat islam. Padahal apa yang partai itu lakukan terhadap umat islam ? Mereka juga yang terdepan dipenolakan parlemen terhadap UU Perbankan syariah, UU Ekonomi Syariah, UU Anti pornografi, UU Jaminan Produk Halal bahkan sampai RUU PMI yang berisikan Logo Bulan Sabit Merah Indonesia sebagai agama terbesar di Indonesia. Bahkan mereka tak segan-segan menolak penutupan lokalisasi Dolly.

Itu yang saya sebut partai alay, partai yang tiba-tiba mengkarbit capresnya untuk terlihat sangat islami dengan mengupload foto menjadi imam, padahal selama ini partai alay tersebut yang berjuang untuk mengkerdilkan islam di Indonesia. Salam Revolusi !!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun