Tafsir Quran kontemporer merupakan kajian yang tidak hanya membahas teks-teks Al-Quran dalam konteks modern, tetapi juga mencakup berbagai isu yang relevan dengan kehidupan umat Islam saat ini. Salah satu topik yang kerap dibahas dalam tafsir kontemporer adalah peran perempuan dalam Islam. Melalui pendekatan ini, kita dapat memahami bagaimana teks-teks suci memberikan panduan tentang kedudukan, hak, dan tanggung jawab perempuan dalam masyarakat. Artikel ini akan mengeksplorasi peran perempuan dalam Islam melalui studi kasus sosok Khadijah binti Khuwailid, istri pertama Nabi Muhammad SAW.
Profil Singkat Khadijah binti Khuwailid
Khadijah binti Khuwailid adalah seorang perempuan Quraisy yang lahir di Mekah pada tahun 555 M. Ia berasal dari keluarga terhormat dan dikenal karena kecerdasannya, kejujurannya, dan keberhasilannya dalam dunia bisnis. Sebelum menikah dengan Nabi Muhammad SAW, Khadijah telah dua kali menikah dan menjadi seorang janda yang kaya raya. Ia menjalankan bisnis perdagangan yang sukses dan memiliki banyak kafilah dagang yang beroperasi antara Mekah dan wilayah-wilayah lain.
Khadijah sebagai Pengusaha Sukses
Sebelum menikah dengan Nabi Muhammad SAW, Khadijah telah dikenal sebagai seorang pengusaha yang sangat sukses. Ia menjalankan bisnis perdagangan internasional, mengirim kafilah-kafilah dagangnya ke berbagai wilayah, termasuk Syria dan Yaman. Khadijah dikenal karena kecerdasannya dalam mengelola bisnis, kejujurannya, dan integritasnya dalam bertransaksi. Ia juga dikenal sangat dermawan, sering membantu orang miskin dan membutuhkan di Mekah.
Tafsir Quran kontemporer menyoroti bahwa kisah Khadijah ini menunjukkan bahwa Islam tidak membatasi perempuan untuk berkarir dan berpartisipasi aktif dalam dunia ekonomi. Justru, Islam memberikan ruang bagi perempuan untuk berkontribusi secara signifikan di berbagai bidang, termasuk bisnis. Melalui contoh Khadijah, perempuan Muslim modern dapat melihat bahwa memiliki karir yang sukses dan menjalankan bisnis yang etis adalah sesuai dengan nilai-nilai Islam. Salah satu ayat yang sering dikaitkan dengan partisipasi ekonomi perempuan adalah:
"Bagi para pria ada hak bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada hak bagian dari apa yang mereka usahakan." (QS. An-Nisa [4]: 32).
Dukungan Khadijah terhadap Nabi Muhammad SAW
Peran Khadijah tidak hanya terbatas pada kesuksesannya sebagai pengusaha. Ia juga memainkan peran yang sangat penting dalam mendukung Nabi Muhammad SAW, terutama pada masa-masa awal kenabiannya. Ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama di Gua Hira, Khadijah adalah orang pertama yang mempercayainya dan memberikan dukungan penuh. Ia menguatkan hati Nabi Muhammad SAW, membawanya kepada sepupunya, Waraqah bin Naufal, yang kemudian mengonfirmasi bahwa Muhammad benar-benar menerima wahyu dari Allah.
Dalam penafsiran modern, dukungan Khadijah ini sering dikutip sebagai contoh betapa pentingnya peran perempuan dalam mendukung dan memperjuangkan nilai-nilai agama. Dukungan moral dan finansial yang diberikan Khadijah memungkinkan Nabi Muhammad SAW untuk fokus pada penyebaran Islam tanpa harus khawatir tentang kebutuhan materi. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan memiliki peran penting dalam mendukung kepemimpinan dan misi suci, baik dalam lingkup rumah tangga maupun dalam skala yang lebih luas. Dalam Al-Qur'an, dituturkan sebuah ayat yang mendukung pentingnya peran perempuan dalam mendukung keluarga, yaitu:
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain" (QS. At-Tawbah [9]: 71).
Khadijah sebagai Ibu dan Pendamping Setia
Khadijah juga dikenal sebagai ibu yang baik dan pendamping setia bagi Nabi Muhammad SAW. Ia melahirkan enam anak dari pernikahannya dengan Nabi Muhammad SAW: Qasim, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fatimah, dan Abdullah. Khadijah mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih sayang dan perhatian, serta memberikan teladan yang baik dalam kehidupan sehari-hari.