Senyummu diantara kerumunan orang meneduhkan panasnya siang itu
Di balik punggung para umat aku terpukau sedetik saja, lalu sadar diri
Bunga matahari selalu menghadap matahari, matahari itu bukan aku
Berjalan melewatimu membuat sesak hati, menahan rasa hanya menumpuk duri
Ingin berbalik lalu mengusap kepalamu namun tidak ada daya sebab aku ikat kuat rindu
Ingin menatap jauh matamu ratusan jam sampai puas, tidak..pikiranku sadar diri
 Di antara anak tangga kau menunggu, namun ku tahan waktu sampai jenuh dirimu
Dengan perih ku berpaling tak ingin semakin kuat harapan hampa semu ku yakini
Saat tanda dari-Nya ada, ku bangun kembali pondasi hati sebab saat ini tidak menentu
 Demikian aku padamkan percikan bara asa akan rasa yang mulai berapi
Diam dalam selimut waktu, berjalan dengan doa beriring, menari di antara luka-luka lama lalu
Jatuh dari langit ke tujuh tidak sebanding dengan jatuh cinta lagi, cukup hari ini
Bait-baitku dalam syair melantunkan nyanyian kasmaran untuk dia yang jauh dalam kelabu
Rasa suam-suam kuku hanya di muntahkan sebab ragu yang kuat sekuat gunung merapi
Cerita kekasih tak seindah pelangi setelah hujan, malahan pelangi tertutup awan mendung abu
Jika itu kamu manis, ingatlah ada cerita yang tersembunyi di dalam diam, hati ini menanti...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI