Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf
Muhammad Yusuf Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika SMP

Guru Matematika SMP

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kemanakah Ikan-ikan di Teluk Bima

28 Mei 2020   11:27 Diperbarui: 28 Mei 2020   11:18 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap sekali seminggu kami selalu menyalurkan hobi memancing kami di teluk Bima. Sebelum pandemi virus corona melanda Negara ini, setiap hari Minggu teman-temanku selalu mengajak aku untuk pergi memancing. Dengan menyewa perahu bermotor atau biasa disebut bot milik nelayan di desa Punti, kami pun berangkat memancing. Rutinitas ini hampir tidak pernah kami tinggalkan, walau anggota yang berangkat sering berganti-ganti.

Beberapa tahun sebelumnya, kami selalu mendapatkan hasil yang lumayan banyak. Ikan-ikan karang yang bermutu seukuran sandal jepit sudah menjadi hasil pancingan yang wajib kami bawa pulang. Ikan-ikan yang bermutu seperti kerapu, sunu, kakap, tambangan, bambangan, gorara dan jenis-jenis ikan karang lainnya adalah jenis-jenis ikan yang biasa kami dapatkan.

Ikan-ikan penjelajah yang sering disebut sebagai Giant Traveling (GT) juga cukup banyak di teluk Bima. Ikan kuwe dengan berbagai jenis sering juga kami dapatkan, dengan ukuran hingga 5 kg. nelayan-nelayan khusus memancing ikan jenis penjelajah ini juga sering mendapatkan ikan yang lebih besar lagi dengan berat hingga 50 sampai 70 kg. Jenis ikan Barakuda, tenggiri, tongkol dan jenis penjelajah lainnya juga cukup banyak. Memancing jenis ikan sering ini sering menjadi primadona bagi kami karena kekuatan tarikannya yang cukup menguras adrenalin pemancing.

Namun dalam setahun terakhir, hasil yang kami dapatkan sangat sedikit. Ikan-ikan seukuran sandal jepit yang menjadi hasil wajib bagi kami dulu itu, sekarang sudah menjadi keajaiban bila kami dapatkan. Padahal menurut banyak orang, adanya ikan-ikan kecil tersebut bisa mengundang ikan-ikan besar untuk datang. Namun sepanjang tahun ini, hanya sekali-sekali saja kami mendapatkan ikan ukuran besar. Rasa kecewa juga sering melanda anggota kami, karena hanya pulang dengan membawa ikan-ikan kecil seukuran dua jari.

Kemanakah perginya ikan-ikan yang dulu menjadi primadona bagi kami? Nelayan yang membawa kami juga sudah kehilangan akal karena kami sering sekali kecewa dengan sedikitnya hasil tangkapan kami. Kadang dia memberi alasan karena ada banyak orang-orang yang melakukan pengemboman ikan. Memang sekarang sudah banyak nelayan yang melakukan kegiatan illegal dengan menangkap ikan menggunakan bom lempar seukuran botol kecil seperti botol minuman ringan yang di jual di toko-toko.

Pernah suatu kali ketika kami pergi memancing, ada banyak ikan yang mati mengapung. Menurut nelayan yang mengantar kami, ikan tersebut adalah hasil pengeboman yang tidak dapat diambil oleh pengebomnya. Menurutnya, di dasar laut juga masih banyak ikan-ikan kecil yang tidak mereka ambil. 

Kami pun sangat menyesalkan hal ini, karena pengeboman itu bisa merusak ekosistim ikan laut. Di samping bisa membunuh ikan-ikan kecil dan benih-benih ikan yang mengganggu perkembangbiakan ikan, pengeboman itu juga dapat merusak terumbu karang yang menjadi habitat ikan-ikan karang.

Nelayan-nelayan di pesisir pantai Bima juga sering terlihat menjala ikan dengan menggunakan pukat hela yang pernah dilarang pemerintah. Walau sebenarnya larangan penggunaan jenis pukat ini sudah dicabut kembali oleh pemerintah, namun penggunaan jenis pukat ini dapat menurunkan produksi ikan laut. Jenis pukat cantrang yang biasa digunakan nelayan mengeruk semua ukuran ikan mulai dari yang besar hingga benih-benih ikan yang akan mengganggu perkembangan ikan.

Nelayan yang mengantar kami juga kadang memberi alasan kurangnya ikan hasil tangkapan kami karena adanya nelayan-nelayan dari daerah lain yang dating melaut menggunakan pukat harimau. Walau mereka tidak banyak beroperasi di dalam teluk Bima, namun mereka banyak mengeruk ikan di laut tepat di mulut teluk bima. 

Dia mengatakan mungkin ikannya sudah tidak ada yang masuk ke teluk Bima. Di samping itu, di mulut teluk Bima juga sudah dipasang banyak sekali rompo (sejenis rumah ikan), sehingga ikan-ikan yang ada di teluk Bima keluar karena terumbu karang dalam teluk bisa banyak yang rusak.

Pemerintah Daerah kiranya perlu mengambil sikap tegas dan melakukan pengawasan intensif terhadap kegiatan nelayan melakukan pengeboman ikan. Terumbu-terumbu karang yang di sekitar situs wadu pa'a sudah tidak ada, terbukti dari sudah tidak adanya ikan-ikan karang yang bisa didapatkan saat memancing. 

Apalagi karang-karang yang di dalam benteng asa kota yang sudah benar-benar rusak. Ikan-ikan besar, bahkan ikan-ikan karang kecil sudah tidak ada yang bisa didapatkan saat memancing. Pemerintah Daerah perlu melestarikan ekosistim laut yang ada di teluk Bima. Saat ini sudah hampi tidak ada lagi pohon-pohon bakau di teluk Bima, penanaman jenis pohon bakau ini juga harus diupayakan oleh Pemerintah Daerah untuk menjamin kelestarian sumber daya laut teluk Bima.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun