Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf
Muhammad Yusuf Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika SMP

Guru Matematika SMP

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

New Normal, Satu Kelas Maksimal Hanya Diisi 20 Siswa

27 Mei 2020   16:22 Diperbarui: 27 Mei 2020   16:18 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika konsep new normal yang heboh saat ini adalah benar-benar terjadi, dimana kita harus siap hidup dalam bayang-bayang virus corona, maka semua aspek kehidupan kita harus disesuaikan dengan protokol kesehatan penanggulangan penyebaran virus corona. 

Seperti yang sudah diketahui, bahwa dalam masa pandemik virus ini kita dianjurkan untuk melakukan physical distancing secara ketat. Jaga jarak, memakai masker, sering cuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer, adalah hal-hal yang wajib kita terapkan dalam new normal live.

Demikian pula dengan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Langkah-langkah yang sesuai dengan ketentuan seperti yang disebutkan di atas akan menjadi bagian dalam penyelenggaraan pendidikan masa depan. 

Setiap sekolah wajib memastikan bahwa penyelenggaraan pendidikan di sekolah mampu melindungi kesehatan seluruh komponen yang ada di sekolah. Setiap sekolah wajib menjamin bahwa seluruh komponen di sekolah menerapkan aturan jaga jarak, memakai masker dan menyediakan sarana cuci tangan atau hand sanitizer.

Termasuk dalam kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah. Jika pada biasanya ada sekitar 30 sampai 40 siswa dalam satu kelas, maka pada new normal setiap kelas maksimal hanya akan diisi dengan 20 siswa saja. 

Hal ini untuk menjamin keterlaksanaan aturan jaga jarak dalam setiap kelas. Walau hal ini akan membawa dampak pembengkakan anggaran yang sangat besar, namun harus bisa dilaksanakan untuk menjamin kesehatan semua unsur yang terlibat, terutama siswa itu sendiri.

Dampak langsung dari situasi ini adalah pengadaan ruang kelas baru sebanyak ruang kelas yang sudah ada. Hal ini tentu saja tidak dapat dilaksanakan secara spontan, butuh waktu bertahun-tahun bagi sekolah dan pemerintah sebagai penyedia sarana belajar untuk mengadakannya. 

Menanggulangi hal ini, sekolah dapat melaksanakan pembelajaran dengan dua gelombang, yaitu pembelajaran pagi dan pembelajaran sore. Pemerintah juga bisa mengatasi hal ini dengan menyederhakan kurikulum, sehingga beban belajar menjadi lebih sedikit dan sistim pembelajaran di sekolah dapat digilirkan.

Dampak langsung yang kedua adalah penambahan jmeja siswa sebanyak meja siswa yang sudah ada. Hal ini harus dilakukan karena dalam pembelajaran biasa yang selama ini, satu meja digunakan oleh dua siswa. 

Namun jika sekolah sudah menggunakan satu meja untuk siswa, tentu hal ini tidak berlaku. Begitu halnya dengan ketersediaan ruang kelas baru, dampak ini juga belum diperlukan ketika ruang kelas baru belum tersedia.

Dampak langsung yang ketiga adalah peningkatan beban mengajar guru menjadi dua kali lipat. Untuk sekolah-sekolah yang kelebihan guru, dampak ini juga tidak menjadi masalah yang berarti. 

Bahkan untuk guru-guru sertifikasi yang kekurangan jam mengajar, hal malah menjadi "angin surga" yang bisa menjadi jalan keluar dalam kesulitannya mendapatkan tunjangan sertifikasi guru. Sementara untuk sekolah-sekolah yang kekurangan guru, penambahan beban jam mengajar guru ini merupakan penambahan beban anggaran sekolah, karena harus membayar gaji guru honorer menjadi dua kali lipat.

Dampak langsung yang keempat adalah keterbatasan daya tampung sekolah pada penerimaan siswa baru tahun ini. Hal ini bisa membantu sekolah-sekolah kecil dan swasta untuk mendapatkan siswa yang lebih banyak. Pun hal ini bisa memicu berkembangnya sekolah swasta yang lebih banyak lagi.

Demikian kira-kira gambaran pengelolaan kelas dalam new normal live. Ini hanya sekedar prediksi berdasarkan aturan kesehatan penanggulangan penyebaran virus corona. Apakah hal ini akan benar-benar terjadi? Wallahu alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun