Mohon tunggu...
YusufSenopatiRiyanto
YusufSenopatiRiyanto Mohon Tunggu... Administrasi - Shut Up And Dance With Me...

Keterbukaan sampaikan apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Konsep Terbuka untuk Capres Indonesia 2024

31 Juli 2023   18:33 Diperbarui: 1 Agustus 2023   18:06 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konsep berbentuk, termaktub artikel ini saya tujukan untuk Capres INA 2024 yang sampai dengan saat ini , masyarakat INA ketahui bahwa Capres 2024 berjumlah 3(tiga) orang kenapa bukan pasang ?.... Karena ketiganya belum mempunyai pasangan. Cukup sampai disini mengenai 3(tiga) orang Capres tersebut.

Kemudian mari kita bedah secara mencicil apa saja kiranya yang dapat dilakukan para Capres tersebut agar Pilpres 2024 tidak hanya "Mengganti Orang (Presiden) saja" tetapi dalam waktu periode pertama (5 tahun) Mr President terpilih harus mampu, Berani menentukan arah INA menjadi lebih Benar bukan hanya Lisan tetapi dapat dirasakan Masyarakat INA. 

Dan kenapa ini menjadikonsep terbuka ?.... Karena ini bukan pemilihan kepala daerah tetapi ini kita akan memilih "Petugas Rakyat" yaitu kepala Negara sekaligus Kepala Pemerintahan Republik Indonesia., yang terpilih atas dasar kehendak Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa melalui tangan masyarakat rakyat INA. Indonesia (INA) terdiri dari 38 propinsi serta kepulauan langsung berbatas pada Negara lain. 

Kedepan kita akan dihadapkan pada bonus demografi serta  AI (Artificial Intelligence) dan sudah pasti hingga saat ini masih terus ada, terdapat "Spy Shaddow", Proxy War seperti terjadi di berbagai Negara saat masa perang dingin diantaranya Perang saudara Sudan 1 (1955-1972), krisis Lebanon(1958) dan sebagainya termasuk Perang Kemerdekaan Namibia(1966-1990) yang kesemuanya tersebut tidak dapat dianggap Mainan Politik,, Mainan anak-anak atau bahkan dianggap sebagai Kearifan Lokal., Dan menyelesaikan gelembung utang Negara Republik Indonesia menyeluruh.

Naif tingkat "Dewa ( bukan Dewa 19 tentu saja)". Peran media mainstream, media social, kemudian para Capres tersebut apabila terpilih, maka secara bertahap dalam periode pertama kepemimpinannya sebagai Mr President baru harus dapat tercapainya kesepakatan nasional asli dari opini,masukan,kritik anak negeri INA, tanpa dipengaruhi oleh agenda titipan China ataupun asing lainnya.Harus mampu dan Berani.

Peringatan Sebagai Negara Gagal Sistemik.

Sekjen Perwakilan Bangsa-Bangsa (PBB) beberapa waktu lalu mengatakan bahwa Negara membayar bunga pinjaman lebih besar dari anggaran kesehatan atau pendidikan, mari kita lihat struktur APBN 2022: Biaya Kesehatan Rp176,7 triliun; Bunga pinjaman: Rp386,3 triliun, maka dengan berbagai sanggahan melalui apapun dalih Pemerintah, apabila melihat hal tersebut, kita INA masuk negara gagal sistemik. Bukankah demikian ?. Apa Ini ?., Apa Itu ?.

Perbaikan Dari Akibat Salah Diagnosis.

Sesungguhnya bukanlah perihal investasi yang Indonesia butuhkan saat ini hingga kita INA dibawah rezim saat ini salah diagnosis. Kenapa ?, karena menurut World Investment Report United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) 2021, ranking investasi Indonesia masuk 17 besar di dunia melampaui Prancis, Vietnam, dan Jepang. Indonesia hanya setingkat di bawah Inggris dan dua tingkat di bawah Uni Emirat Arab. 

Namun, investasi yang tinggi tidak mampu mendorong ekonomi Indonesia untuk melambung. Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus melorot hingga mencapai titik di bawah 5 persen setelah pandemi Covid-19.

 Apa sebab Industri kita tidak berjalan sesuai track ?, sedikit-sedikit kita impor dengan berbagai regulasi yang belum memihak kepada industry manufacture. Misal Industri garmen kita collaps akibat memilih lebih efisien impor daripada harus melakukan design hingga produksi. Oleh sebab itu akibat salah diagnosis itu lahirlah OmnibusLaw yang ironisnya dibanyak Negara telah gagal diterapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun