Seperti yang dilakukan oleh Sysipus yang tidak berhenti mengangkat batu ke atas puncak gunung, kita harus menerima bahwa kehidupan seperti itu apa adanya dan melanjutkan hidup seperti Sisyphus. Satu satunya cara menjalaninya adalah kita harus membayangkan bahwa Sisyphus bahagia melakukan itu semua. Camus menganggap kehidupan yang absurd itu harus dilawan dengan memaknai kehidupan sendiri dan melakukan pemberontakan. Memaknai kehidupan sendiri, maka manusia akan bebas dalam menentukan arah kehidupannya. Sedangkan manusia pemberontak yaitu dia yang berkata "Tidak" pada kehidupan, dia yang berdiri menantang melawan kehidupan absurd dan mengembalikan eksistensi manusia. Sebab jiwa pemeberontak adalah jiwa yang tidak pasrah terhadap kehidupan yang absurd ini, sehingga dapat memaknai kehidupannya sendiri. Seperti semboyang Albert Camus, "Aku memberontak, maka aku ada", dengan manusia memberontak maka akan menentukan eksistensi dirinya.
Aliran eksistensialisme memandang manusia sebagai makhluk yang otonom dan sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain. Bagi aliran eksistensialisme bahwa manusia itu makhluk yang bereksistensi, manusia bisa menentukan keberadaan dirinya sendiri, dengan akal pikiran dalam diri manusia, maka dirinya bebas untuk menetukan arah kehidupannya.
Referensi
Widyawan, A., & Putra, P. (2020). Autentisitas Manusia Menurut Albert Camus. Focus, 1(1), 1-7.
MURSIDAH, D. (2022). ABSURDITAS DALAM MITOS SISIFUS KARYA ALBERT CAMUS (1913-1960) (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau).
AKHKAM, S. (2002). Absurditas manusia dalam perspektif pemikiran Albert Camus:: Evaluasi kritis atas pandangan antropologi filosofis (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H