Bahkan sebagian orang tidak bisa hidup tanpa media sosial saat ini. TikTok adalah salah satu aplikasi yang paling banyak diunduh di tahun 2020. Mereka mengubah permainan media sosial dengan video berdurasi 15 hingga 60 detik. (Wijaya and Setyo Utami, 2021) Tidak mengherankan dampaknya terhadap banyak bidang di seluruh dunia. Namun, akankah TikTok berhasil di bidang pendidikan? Penulis akan memeriksa perilaku Generasi Z terhadap TikTok, yang digunakan sebagai media sosial online sehari - hari dan pendidikan, dalam artikel ini. Artikel ini menggunakan studi pustaka sebagai metode intervensi (Firamadhina and Krisnani, 2021) TikTok dapat digunakan sebagai model aktivisme digital dan pendidikan informal, menurut penelitian, Pendidikan informal menemukan model pembelajaran dan kebijakan yang dapat memengaruhi kegiatan (Zis, Effendi and Roem, 2021)
Media sosial telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat modern, dan berbagai platform media sosial telah muncul dan berkembang seiring kemajuan teknologi. TikTok adalah salah satu media sosial yang paling populer di kalangan remaja saat ini. TikTok adalah aplikasi media sosial yang memungkinkan pengguna merekam, mengedit, dan berbagi video singkat berdurasi 15 detik atau lebih panjang. Pertama kali dirilis pada tahun 2016 oleh perusahaan ByteDance asal China, aplikasi ini memungkinkan pengguna membuat dan berbagi video singkat secara vertikal maupun horizontal TikTok memiliki beberapa hal yang menarik yaitu; TikTok telah diunduh lebih dari 1,5 miliar kali di seluruh dunia, dan Indonesia adalah negara dengan pengguna terbanyak keenam di seluruh dunia.Â
Menurut data Sensor Tower, TikTok menjadi aplikasi paling banyak diunduh di dunia pada tahun 2020 (Bulele and Wibowo, 2020) Sebagian besar pengguna aplikasi ini berusia antara 16-24 tahun. Konten Sedih, psikologis, konten percintaan pada remaja, konten komedi, tantangan, hingga hiburan musik populer. TikTok bisa di akses atau di manfaatkan oleh semua kalangan dan sering di manfaatkan oleh selebritas serta produk untuk berpromosi lanjut dan meningkatkan jangkauan yang tinggi. Hal ini dapat memopulerkan konten iklan di platform media ini (Wijaya and Setyo Utami, 2021)
Remaja generasi Z yang lahir pada era digital saat ini kerap diidentifikasikan dengan kebiasaan menghabiskan banyak waktu untuk menonton video dan mendengarkan musik lewat Alat komunikasi modern saat ini. Kegiatan ini tentunya sangat berpengaruh terhadap emosi dan perasaan remaja. Beberapa penelitian telah menunjukkan adanya korelasi antara konten hiburan yang dikonsumsi dengan kondisi psikologis remaja. Remaja Gen Z yang lahir di era digital saat ini sangat akrab dengan dunia virtual atau dunia maya. Mereka hampir kerap menghabiskan waktu luang untuk menonton video di media sosial, situs video sharing, maupun platform streaming. Selain itu, musik juga menjadi hiburan favorit dan menemani aktivitas mereka sehari-hari. Namun, ternyata konten yang dikonsumsinya tidak selalu berdampak positif bagi emosi dan perasaan.Â
Beberapa penelitian menunjukkan adanya kaitan antara tontonan dan musik dengan tingkat kecemasan, depresi, hingga berpikiran negatif pada remaja. Konten yang terlalu mengandung unsur kekerasan, seksualitas berlebihan, maupun topik rumit dapat mempengaruhi pikiran dan emosi remaja yang masih rentan. Sementara itu, genre musik tertentu juga diduga berkontribusi terhadap gangguan mood dan perilaku mereka. Nampaknya perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai dampak jenis konten hiburan digital terhadap kesehatan mental remaja generasi Z. Hal ini penting agar dapat menentukan batasan yang sesuai dalam menikmati hiburan digital bagi anak usia sekolah.
Solusi yang dapat diberikan untuk permasalahan mental pada remaja jaman sekarang adalah dengan cara bermeditasi, mengurangi distraksi terhadap barang barang elektronik, serta bisa melakukan olahraga seperti mendaki gunung, salah satu kegiatan yang mungkin bisa menenangkan para pecandu sosial media dan dengan mendaki gunung otak, mental, dan fisik bisa membuat kita untuk berani mengambil keputusan dengan mencapai puncak gunung. Solusi lain mungkin dengan cara mengatur pola kebiasaan yang dimulai dari kecil yakni dengan dimulai bangun tidur untuk tidak membuka hp sejenak, serta dilanjutkan untuk membersihkan bagian -- bagian tubuh, membersihkan tempat tidur, serta dilanjut dengan membaca buku sekitar 10 -- 15 menit.Â
Berikut adalah cara untuk tidak tergantung pada sosial media ataupun barang elektronik lainnya yang memungkinkan merusak mental secara perlahan.Remaja generasi Z yang lahir pada era digital saat ini kerap diidentifikasikan dengan kebiasaan menghabiskan banyak waktu untuk menonton video dan mendengarkan musik lewat Alat komunikasi modern saat ini.Â
Kegiatan ini tentunya sangat berpengaruh terhadap emosi dan perasaan remaja. Beberapa penelitian telah menunjukkan adanya korelasi antara konten hiburan yang dikonsumsi dengan kondisi psikologis remaja. Remaja Gen Z yang lahir di era digital saat ini sangat akrab dengan dunia virtual atau dunia maya. Mereka hampir kerap menghabiskan waktu luang untuk menonton video di media sosial, situs video sharing, maupun platform streaming.Â
Selain itu, musik juga menjadi hiburan favorit dan menemani aktivitas mereka sehari-hari. Namun, ternyata konten yang dikonsumsinya tidak selalu berdampak positif bagi emosi dan perasaan. Beberapa penelitian menunjukkan adanya kaitan antara tontonan dan musik dengan tingkat kecemasan, depresi, hingga berpikiran negatif pada remaja.Â
Konten yang terlalu mengandung unsur kekerasan, seksualitas berlebihan, maupun topik rumit dapat mempengaruhi pikiran dan emosi remaja yang masih rentan. Sementara itu, genre musik tertentu juga diduga berkontribusi terhadap gangguan mood dan perilaku mereka. Nampaknya perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai dampak jenis konten hiburan digital terhadap kesehatan mental remaja generasi Z. Hal ini penting agar dapat menentukan batasan yang sesuai dalam menikmati hiburan digital bagi anak usia sekolah.
Solusi yang dapat diberikan untuk permasalahan mental pada remaja jaman sekarang adalah dengan cara bermeditasi, mengurangi distraksi terhadap barang barang elektronik, serta bisa melakukan olahraga seperti mendaki gunung, salah satu kegiatan yang mungkin bisa menenangkan para pecandu sosial media dan dengan mendaki gunung otak, mental, dan fisik bisa membuat kita untuk berani mengambil keputusan dengan mencapai puncak gunung.Â