Mohon tunggu...
Yusuf Irfantono
Yusuf Irfantono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

....

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jalan Kembang Jepun: Pusat Sejarah dan Kebudayaan di Surabaya

27 Juni 2024   19:43 Diperbarui: 27 Juni 2024   19:44 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalan Kembang Jepun, yang juga dikenal dengan nama Kya-Kya Kembang Jepun, adalah salah satu kawasan yang paling terkenal di Surabaya. Kawasan ini tidak hanya menjadi pusat perdagangan dan ekonomi, tetapi juga merupakan saksi bisu dari perjalanan panjang sejarah dan perkembangan budaya kota ini. Artikel ini akan mengulas secara mendalam sejarah Jalan Kembang Jepun, termasuk asal-usulnya, peranannya di masa kolonial, masa pendudukan Jepang, masa kemerdekaan, hingga fungsinya di era modern.

Asal-usul dan Pembangunan Jalan Kembang Jepun

Jalan Kembang Jepun pertama kali dibangun pada akhir abad ke-19, sekitar tahun 1880-an. Nama "Kembang Jepun" berasal dari kata dalam bahasa Indonesia yang berarti "Bunga Jepang". Ini mencerminkan keberadaan komunitas Jepang yang cukup besar di kawasan ini pada masa itu. Jalan ini dirancang sebagai pusat perdagangan yang menghubungkan berbagai pedagang lokal dan internasional. Sejak awal, kawasan ini sudah menjadi pusat aktivitas ekonomi yang sangat penting bagi Surabaya.

Peran Jalan Kembang Jepun pada Masa Kolonial

Pada masa kolonial Belanda, Jalan Kembang Jepun menjadi pusat perdagangan utama di Surabaya. Di sini, berbagai macam toko, gudang, dan kantor dagang didirikan oleh para pedagang Tionghoa, Arab, India, dan Eropa. Kawasan ini menjadi sangat sibuk dengan aktivitas perdagangan, di mana barang-barang dari berbagai penjuru dunia dipertukarkan. Berbagai produk seperti tekstil, rempah-rempah, keramik, dan barang-barang elektronik menjadi komoditas utama yang diperjualbelikan di kawasan ini.

Gedung-gedung di sepanjang Jalan Kembang Jepun dibangun dengan arsitektur kolonial yang megah dan kokoh. Banyak di antaranya yang masih berdiri hingga hari ini, menjadi bukti nyata dari kejayaan masa lalu. Arsitektur bangunan-bangunan ini menggabungkan elemen-elemen Eropa dan Asia, mencerminkan keragaman budaya yang ada di kawasan ini.

Masa Pendudukan Jepang

Selama pendudukan Jepang pada Perang Dunia II, Jalan Kembang Jepun mengalami perubahan yang signifikan. Banyak bangunan di kawasan ini diambil alih oleh tentara Jepang dan digunakan untuk keperluan militer dan logistik. Aktivitas perdagangan mengalami penurunan drastis akibat perang dan pendudukan militer. Namun, meskipun mengalami masa-masa sulit, Jalan Kembang Jepun tetap menjadi pusat kehidupan kota Surabaya.

Peran pada Masa Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Jalan Kembang Jepun kembali bangkit sebagai pusat perdagangan dan ekonomi. Pemerintah Indonesia dan masyarakat setempat bekerja sama untuk membangun kembali kawasan ini yang sempat hancur akibat perang. Berbagai toko, pasar, dan kantor dagang kembali dibuka, menghidupkan kembali aktivitas ekonomi di kawasan ini. Jalan Kembang Jepun menjadi simbol dari semangat baru dalam membangun bangsa yang merdeka dan mandiri.

Era Kontemporer dan Revitalisasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun