"Big No! Mobil itu nggak di jual. Priceless itu mobil. Lagian, lu bukan anak Merci. Gak paham luh ngerawatnya. Mending lu pake aja sewajarnya. Buat ngantor kalo harus ke kantor, ke Masjid dan nongkrong ngopi sama kawan wartawan luh yang uda pada pensiun. Selama lu bermitra kerja sama gue, pakai aja. Kalau ngadat telepon gue. Tinggal cemplongin ke bengkel langganan gue."
Saya tersenyum dan berusaha paham. Lagi-lagi saya berusaha mengikuti sarannya.
Mengapa saya yang bukan anak Merci dan tak pernah punya sedan Merci, tiba-tiba suka Merci?
Sebenarnya bukan karena alasan teknis dan Mercedez-Benz adalah brand besar. Itu jelas tak diragukan. Mercedez Benz adalah mobil berkelas. Mobil mahal. Mobil orang kaya. Mobil Boss. Walau sudah jadi mobil tua sekalipun, orang tetap meliriknya.
Yang menjadi catatan, pemilik mobil Mercedes bekas, pemilikinya harus sudah tidak punya masalah dengan urusan dapur rumah tangga. Paling tidak. Â
Lalu, apa kabar dengan keuangan pemilik model terbaru Merci, yah? Enggak usah diceritain. Hanya para CEO, Sultan dan Sultana yang bisa cerita.
Balik lagi, mengapa tiba-tiba saya merasa suka dengan mobil tua E 240 (W210) Avantgarde Mercedes Benz keluaran tahun 2000 itu?
Saya merasa mobil tua itu, walau sudah berumur, sepertinya gue banget (Cieee...). Tongkrongannya tetap keren. Kokoh. Gagah. Lecet-lecet dan kisut-kisut dikit di sana-sini justru bikin berarti tahan banting. Terkesan kaya pengalaman dan enggak cengeng.
Selain itu, nama besar Mercedes Benz itu, layaknya nama besar profesi wartawan. Ada yang bilang, wartawan itu ratu dunia. Lainya menyebut, Anjing Penggongong; Watch Dog! Sementara Mercedes Benz, Â ada yang sering sebut rajanya mobil. Penguasa jalan protokol kota besar. Â
Agak cucoklogi. Tapi itulah yang ada dalam pikiran saya. Karakter mobil sedan Mercedes Benz tua itu seperti karakter wartawan tua. Seperti saya, walau belum tua-tua amat saya tetaplah wartawan selama saya masih aktif berkarya jurnalistik. Walau saya sudah ambil pensiun dari sebuah media TV besar di Kawasan Epicentrum Kuningan, Jakarta.
Sekali lagi, menurut saya, karakter penampilan antara mobil tua Mercedes Benz dan wartawan tua itu mirip dan berefleksi. Terlihat renta tapi sebenarnya masih garang. Terlihat ujur tapi sebenarnya masih disegani. Selama masih sehat dan masih bisa diajak beraktifitas alias jalan.