Mohon tunggu...
YUSUFIbrahim
YUSUFIbrahim Mohon Tunggu... Lainnya - Setidaknya saya menulis.

30 tahun bercinta dengan industri kreatif gambar dan suara di televisi, kini tiba waktunya pulang pada cinta pertama di dunia kreatif, yakni menulis. IG: @hajiyusufi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menitip Wibawa Sepak Bola Asia pada Jepang dan Korea

4 Desember 2022   13:25 Diperbarui: 4 Desember 2022   17:30 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu wakil Asia berlabel khusus, Australia, sudah disepak pulang Argentina tadi malam, di babak 16 besar. Perlawanan sengit The Socceroos sepertinya belum mampu mempermalukan Team Tango.

Skor 2-1 buat Argentina adalah sebuah kekalahan yang terhormat buat Australia. Mengingat maqom sepak bola Argentina masih jauh di atas negeri Kangoro itu. Yang gabung masuk kualifikasi Asia dari zona Oseania.

Sebagai Asia, berikutnya kita tinggal berharap pada Jepang dan Korea Republik di Piala Dunia Qatar 2022. Lagi-lagi, kepada merekalah, orang Asia menitipkan wibawa sepak bola Asia yang sesungguhnya kepada dunia.

Jepang akan meadeni Kroasia. Korea akan menhadapi Brasil. Jika kedua negara itu kalah, mereka pun harus pulang ke negara masing-masing. Membuat tak ada lagi drama episode lanjutan wakil Asia di piala dunia kali ini.

Bicara peluang dan tradisi di piala dunia, Jepang dan Korea sesunggunya memang tidak diunggulkan dibanding Kroasia dan Brasil. Tapi yang namanya kejutan, mereka jagonya ketika mentas di fase group.

Terbukti; di tanah Qatar, Jepang berhasil mengalahkan Spanyol dan Jerman. Bahkan Jerman bukan hanya dikalahkan oleh Jepang, tapi juga disingkirkan untuk bisa lolos di fase group. Tim Panzer pemegang 4 kali juara dunia itu dibikin malu secara sempurna oleh Jepang. 

Sudah dikalahkan, disingkirkan pula. Bisa jadi, sambil menutup mulut, anak Jerman berucap kesal kepada anak Jepang ketika berjumpa. "Sakitnya tuh, di sini...!"kata anak Jerman.

Dan anak Jepang, dengan lugu dan usil merespon, "Lagian timlu maen bola bukannya ribet nutup gawang, malah ribet nutup mulut." Wkwkwkwk...!

Sementara Korea, pelan tapi pasti, berhasil membuat menangis dan ngamuk pemain-pemain Uruguay. Karena dongkol sudah  ditahan imbang 0-0 dan dipaksa angkat koper usai Korea menang lawan Portugal. Padahal Uruguay sudah mati-matian menang 2-0 mengalahkan Ghana.

Kejutan, kejutan dan kejutan. Di level piala dunia, sepak bola Asia masih dicatat kalah pamor dan jago dengan sepak bola Eropa dan Amerika Latin, termasuk juga terhadap beberapa negara Afrika. Kejutan sebagai yang tidak diunggulkanlah yang membuat anak-anak Asia kadang menggila dan jadi kuda hitam bagi para macan piala dunia.

Apakah nanti akan adalagi kejutan dari Jepang dan Korea mengalahkan lawan-lawanya di babak 16 besar? Jepang mengalahkan Kroasia, Korea mengalahkan Brasil.

Semoga ada. Jika hanya mengandalkan analisa dan data para pengamat serta presentase pasar taruhan, Jepang dan Korea tidak diunggulkan bisa menang begitu saja menghadapi lawannya.

Apalagi Korea terhadap Brasil. Hanya kebodohan dan nasib sial sajalah yang bisa membuat Brasil kalah dari Korea.

Sementara Jepang versus Kroasia, peluang kemenangan Jepang masih lebih masuk akal. Berharap saja Kroasia kecapean menghadapi gempuran serangan anak-anak Jepang yang militan, sehingga Kroasia lengah dan jadi bingung mengawal gawangnya sehingga kemasukan bola alias gol.

Dalam sepak bola ada ungkapan perbedaan antara bisa bermain dan tahu cara bermain sepak bola. Kongkritnya, banyak orang bisa bermain sepak bola, tapi sedikit saja yang tahu cara bermainnya.

Jika hanya mengandalkan bisa bermain itu menyasar pada kemampuan skill perseorangan. Sementara jika tahu cara bermain itu menyasar pada kerjasama dan kolektivitas individu. Dan sepakbola bukan olahraga perseorangan. Sepakbola adalah olahraga tim. Jago sendiri tak ada artinya dalam sepak bola.

Pernyataan di atas diperkuat oleh apa yang dikatakan legenda sepak bola Belanda, Johan Cryuff. Menurutnya, "Bermainlah kamu dengan caramu dan saya akan bermain dengan cara saya."

Sekali lagi, cara bermain. Bukan sekedar bisa main. Jepang dan Korea kembali harus menyajikan cara bermainnya yang khas. Yang selalu tak kenal menyerah, militan dan nothing to lose. Jangan mau didikte oleh orang Eropa dan Amerika Latin yang cara bermainnya lebih dinamis dan variatif.

Gempur. ***

(Buah ngopi di Gramedia Bintaro, barusan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun