Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu sumber energi penting yang digunakan oleh seluruh masyarakat dunia disamping energi listrik. BBM merupakan energi yang berasal dari bahan bakar fosil. Jenis-jenis BBM, pertamax racing, pertamax turbo, pertamax, pertalite, premium, pertamax DEX, dexlite, solar.Â
Mengutip Kompas.com, ada tiga alasan mengapa BBM di  Indonesia mengalami kenaikanÂ
1. Persentase angka subsidi berbeda
Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Saleh Abdurrahman mengatakan, perbedaan kebijakan yang diambil oleh Indonesia dan Malaysia ini erat berpengaruh kepada besaran subsidi yang dikeluarkan masing-masing negara itu.Â
"Jangan dibandingkan dengan Malaysia saja, yang lain juga. Semakin murah boleh jadi subsidi semakin besar per liternya," terang Saleh saat dihubungi oleh Kompas.com, Senin (5/9/2022).Â
Menurut dia, terdapat beberapa alasan mengapa sebuah negara mampu memberikan subsidi yang cukup besar untuk BBM, di antaranya kemampuan fiskal, jumlah konsumen yang mendapat subsidi, dan peran subsidi itu dalam menstimulus perekonomian serta mengurangi dampak inflasi.Â
Hal serupa juga disampaikan oleh pakar ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Eddy Junarsin. Menurut dia, kedua negara ini sama-sama melakukan subsidi. Namun, presentasi besaran subsidi BBM kedua negara itu memang berbeda.Â
"Dari sisi proporsi subsidi terhadap APBN, Malaysia itu lebih besar daripada indonesia," ujarnya kepada Kompas.com, Senin (5/9/2022).Â
"Katakanlah di bulan April harga minyak baru akan naik, Malaysia itu subsidinya sekitar 8,5 persen dari APBN. Indonesia itu sekitar 4,9 persen atau katakanlah 5," imbuhnya.Â
2. Adanya perbedaan gaya subsidiÂ
Selain itu, Eddy mengatakan bahwa gaya subsidi BBM yang diterapkan kedua negara ini juga tidak sama. Pemerintah indonesia mensubsidi BBM RON 90 (Pertalite) dan RON 92 (Pertamax).Â
Sementara itu, Pemerintah Malaysia hanya mensubsidi BBM di atas RON 95 karena negara itu sudah tidak menjual BBM RON di bawah 92.Â
"Di Malaysia itu mereka hanya mensubsidi yang RON 95 ke atas karena yang di bawah RON 92 itu memang susah nyarinya. Nah, itu yang membuat angka subsidinya yang RON atas itu lebih murah daripada indonesia karena memang subsidinya di situ," jelas Eddy.
3. Terbuka soal kenaikan harga minyak duniaÂ
Menurut Eddy, faktor lain yang mempengaruhi harga minyak di Indonesia naik ketika di Malaysia turun adalah keterbukaan Pemerintah Malaysia terhadap tren harga minyak dunia.Â
"Ada satu hal lagi yang membedakan ini, Malaysia itu dalam pengenaan harga itu mereka lebih terus terang. Kenapa? karena saya kira masyarakat Malaysia itu lebih dewasa dalam menyikapi penurunan atau kenaikan harga," kata Eddy.Â
Jadi, Eddy menambahkan, pada waktu krisis minyak, Malaysia sudah menaikkan harga BBM. Lalu, ketika saat ini harga minyak dunia turun, mereka juga bisa menurunkan harga BBM.Â
"Nah, Indonesia itu nggak. Waktu harga minyak sudah naik, Pemerintah Indonesia itu masih ngotot untuk mempertahankan harga supaya masyarakat tidak protes," terang Eddy.Â
Oleh karena itu, pada titik ketika APBN Indonesia sudah tidak mampu membendung pembengkakan nilai subsidi, Pemerintah Indonesia terpaksa mengurangi subsidi sehingga harga BBM naik di tengah tren penurunan harga minyak global.Â
"Ini jadi pelajaran buat pemerintah bagaimana berkomunikasi dan menyosialisasikan kebijakan dengan baik ke masyarakat," tandasnya.
Permasalahan yang saat ini terjadi adalah BBM mengalami kenaikan harga yang terbilang cukup meresahkan, padahal ekonomi di Indonesia baru saja pulih, setelah lama menurun karena pandemi Covid-19, senior Ekonom Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto memperkirakan kenaikan harga BBM subsidi akan berdampak signifikan terhadap inflasi. Mirae pun, menurutnya, merevisi ke atas proyeksi inflasi menjadi 7,13% setelah penyesuaian harga BBM subsidi. Efek kenaikan harga BBM akan menimbulkan penyesuaian harga transportasi, logistik, harga barang yang kemudian mendorong inflasi. Pada akhirnya, ketika inflasi di dalam negeri melangit, bank sentral Tanah Air harus menyesuaikan suku bunga acuannya.Â
Â
Sebelumnya, harga BBM sempat naik pada 2018, kemudian turun kembali pada 2019, dan kembali naik pada September 2022. Merangkum situs resmi Pertamina, berikut data harga BBM dari tahun 2018 :
Â
Harga BBM Pertamina 2018 :
- Pertalite: Rp 7.800
- Pertamax: Rp 10.400
- Pertamax Turbo: Rp 12.250
- Pertamax Racing: Rp 42.000
- Dexlite: Rp 10.500
- Pertamina Dex: Rp 11.850
- Solar: Rp 9.800
Â
Harga BBM Pertamina 2019:
- Pertalite: Rp 7.650
- Pertamax: Rp 9.850
- Pertamax Turbo: Rp 11.200
- Pertamax Racing: Rp 42.000
- Dexlite: Rp 10.200
- Pertamina Dex: Rp 11.700
- Solar: Rp 9.600
Â
Harga BBM Pertamina Tahun 2020:
- Pertalite: Rp 7.650
- Pertamax: Rp 9.600
- Pertamax Turbo: Rp 10.100
- Dexlite: Rp 9.500
- Pertamina Dex: Rp 10.200
- Solar: Rp 9.500
Â
 Harga BBM Pertamina Tahun 2021:
- Pertalite: Rp 7.650
- Pertamax: Rp 9.000
- Pertamax Turbo: Rp 12.300
- Dexlite: Rp 9.500
- Pertamina Dex: Rp 11.150
- Solar: Rp 9.400
Â
 Harga BBM Pertamina Tahun 2022:
- Pertalite: Rp 7.650
- Pertamax: Rp 9.000
- Pertamax Turbo: Rp 14.500
- Dexlite: Rp 12.950
- Pertamina Dex: Rp 13.700
- Solar: Rp 5.150
Â
Harga BBM Pertamina Per-September 2022:
- Pertalite: Rp 10.000
- Pertamax: Rp 14.500 sampai 15.200
- Solar: Rp 6.800
Â
     Kenaikan BBM diyakini dapat berdampak pada perekonomian Indonesia. Melansir Kontan.co.id, berikut adalah lima dampak kenaikan harga BBM bagi ekonomi Indonesia :
- Tingkat inflasi bisa tembus 6%
- Suku bunga acuan semakin tinggi
- Bisa memicu stagflasi
- Pasar saham akan tertekan
- Tarif angkutan darat bisa naik 15%
Ada beberapa solusi untuk mengatasi kenaikan harga BBM, Â
- Memberikan bantuan kepada masyarakat,Â
- Menggratiskan biaya transportasi umum,Â
- Mengurangi pengeluaran konsumtif dengan melatih diri membiasakan budaya hemat,Â
- Memaksimalkan jumlah penumpang dalam satu kendaraan, Menggunakan moda transportasi non BBM, misalkan sewaktu-waktu bisa dengan bersepeda atau berjalan kaki bagi yang masih kuat dan bugar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H