Mohon tunggu...
Yusuf Dermawan
Yusuf Dermawan Mohon Tunggu... Konsultan - Nulis.

Mahasiswa psikologi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pencarian Saya dan Rina Nose

22 November 2017   02:43 Diperbarui: 22 November 2017   02:56 1365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bismillahirahmanirrahim.

Assalamualaikum wr, wb.

Shalawat beserta salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Besar kita MUHAMMAD SAW. Yang membawa kita dari Zaman Jahiliah sampai Zaman Terang benderang seperti sekarang ini. 

Izinkan saya menceritakan perjalanan hati saya menggunakan "hati" saya.

Saya Yusuf, saya adalah manusia yang selalu bertanya-tanya diciptakan oleh zat seperti apa saya, dan untuk apa saya diciptakan. Saya dapat bernafas, melihat keindahan dunia, mendengar, memiliki keluarga dan banyak hal lainnya, kenapa semua kenikmatan itu saya miliki, dan atas hak apa saya mendapatkan kenikmatan itu semua.
Saya fahami, bukan hanya saya saja manusia yang mengolah rasionalnya untuk pertanyaan-pertanyaan yang menggundahkan rasa ini.
Sehingga dari zaman dahulu hingga sekarang terbentuk lah ilmu-ilmu dan berbagai hal yang dibuat oleh "manusia" itu sendiri, lalu memberikan penghormatan kepada manusia yang telah lebih maju mengolah rasionalnya dibanding manusia yang tidak.

Usia saya saat ini 22thn, mungkin berkisar 5 atau 6thn yang lalu saya mulai mencari cari jawaban atas kegundahan yang saya rasakan.

Sekarang tanpa panjang lebar, berikut ringkasan dari pengalaman batin yang saya rasakan:
Pertama, telah saya sadari bahwa Akal saya tidak akan pernah sampai langsung kepada Tuhan Semesta Alam, yang memiliki semua akal manusia yang ada di bumi ini, dari awal zaman hingga akhir zaman. Saya akui itu dengan kedangkalan akal yang saya miliki. Hina hina dan hina, dangkal dangkal dan dangkal.

Kedua, tentang pertanyaan-pertanyaan yang selalu ada di fikiran saya itu, saya tidak meyakini itu berasal dari akal saya. Karna ada makhluk yang saya yakini Tuhan ciptakan untuk menjerumuskan akal saya "tapi tidak dengan hati saya".

Ketiga, dapat saya simpulkan pada kisah saya, dan saya meyakininya, bahwa kedudukan hamba disisi Tuhannya bukanlah di dapat dari kecerdasan berfikir hamba tersebut, Jika seperti itu surga hanyalah milik professor dan para ilmuan saja.

Keempat, saya amati dan saya sadari, bahwa Tuhan bukanlah menguji Akal kita, melainkan Tuhan menguji Hati kita, terlihat bagaimana segala unsur dalam agama itu tidaklah rasional, bagaimana suatu keyakinan mengajarkan kita utk mengelilingi batu (Kabbah), mengajarkan kita melakukan gerakan yg beragam dalam 5 waktu yang berbeda (sholat), menciptakan hewan yang dilarang untuk kita memakannya? Apakah maksud semua ini, apakah rasional?

Kelima, kembali kepada suratan yang pertama, bahwa akal kita tidak akan dapat sampai langsung kepada Tuhan, disamping itu saya menyadari bahwa Sang Maha Mengetahui dengan kesempurnaanNya, Mengetahui bahwa hambaNya tidaklah dapat meraih keCintaan kepada penciptaNya secara langsung.

Tuhan saya, ALLAH SWT. Telah mengutus seorang Rasul dari jenis kalian sendiri "Manusia" sebagai Nabi kalian, Rasul kalian, dan Panutan kalian semesta alam.

Tuhan Mengetahui apa yang hambaNya butuhkan.

Inilah nikmat dari ALLAH SWT yang lebih tinggi derajatnya dibandingkan udara yang kita hirup sehari-hari untuk bernafas.

RASULULLAH SAW. ALLAH SWT ciptakan beliau untuk menumbuhkan rasa cinta di hati kita. ALLAH SWT sempurnakan akhlak beliau untuk menjadi panutan kita.

Jika Engkau dan Akalmu tidak mampu mencapai zat penciptamu janganlah kau jadikan kegundahan, ALLAH SWT telah mengisyaratkanmu jalur untuk sampai kepadaNya melalui UtusanNya yaitu RASULULLAH SAW.

Maka dengarkanlah kisahnya, resapi akhlaknya, lalu sampaikanlah selawat serta salam kepada beliau, yang diakhir hayatnya pun beliau masih memikirkan kita. Beliau berkata, Ummati, ummati, ummati.

Wassalamualaikum wr, wb.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun