Rujak cingur adalah salah satu makanan tradisional yang sangat populer di Surabaya, ibukota Provinsi Jawa Timur. Makanan ini telah menjadi ikon kuliner khas Surabaya dan telah dijadikan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia pada tahun 2021. Dibawa oleh pendatang dari Pulau Madura pada awal abad ke-20, rujak cingur telah berkembang menjadi hidangan unik yang memadukan rasa manis, asam, gurih, dan pedas dalam satu sajian.
Asal Usul Rujak Cingur
Rujak cingur berasal dari bahasa Jawa, dengan kata 'cingur' yang berarti 'mulut' atau 'moncong sapi'. Bahan irisan mulut sapi yang direbus kemudian dicampurkan ke dalam hidangan rujak ini. Historisnya, rujak cingur sudah ada sejak tahun 1938 di warung makan di Jalan Genteng Durasim No 29 Surabaya, yang dikemudian hari dijalankan turun temurun dengan tetap mempertahankan mutu dan rasa tradisional
Ciri Khas Rujak Cingur
Rujak cingur biasanya terdiri dari irisan buah-buahan seperti timun, mangga muda, nanas, bengkoang, dan krai (jenis timun khas Jawa Timur). Sayurnya menggunakan kecambah (tauge), kangkung, dan kacang panjang. Bahan pelengkap lainnya termasuk lontong, tahu goreng, tempe goreng, bendoyo (campuran pecel), dan irisan cingur sapi.
Semua bahan tersebut kemudian disiram dengan bumbu ulekan yang terbuat dari petis udang, air matang, gula/gula merah, cabai, kacang tanah yang digoreng, bawang goreng, dan iris tipis pisang biji hijau (pisang klutuk). Bumbunya yang kental memiliki rasa pedas dan gurih sehingga menggugah selera para pencinta kuliner.
Jenis Penyajian Rujak Cingur
Rujak cingur dibedakan menjadi dua macam penyajian: biasa dan matengan. Rujak biasa atau campur adalah kombinasi semua bahan mentah dan sayuran rebus, sedangkan rujak matengan hanya terdiri dari bahan-bahan matang saja seperti lontong, tahu goreng, tempe goreng, dan sayuran rebus.
Resep Tradisional Rujak Cingur
Bagi Anda yang ingin mencoba membuat rujak cingur sendiri di rumah, berikut adalah resep tradisionalnya:
Bahan-Bahan