Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Fajriansyah
Muhammad Yusuf Fajriansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sarjana Psikologi

Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Implikasi Internet sebagai Media Interaktif dalam Membangun Citra Aktor Politik

26 Juli 2023   18:47 Diperbarui: 2 Agustus 2023   01:20 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Kampanye politik melalui situs-situs internet mulai berkembang sejak tahun 1996 (Selnow, 1998), situs-situs tersebut berevolusi lebih dari sekedar media cetak seperti, surat kabar dan brosur. Situs-situs politik hingga saat ini menjadi suatu media yang menarik dan interaktif untuk menginformasikan dan memobilisasi calon pemilih (Endres & Warnick 2004, Tedesco, 2004).

Demografi calon pemilih, karakteristik calon pemilih, dan variabel strategis lainnya merupakan beberapa alasan para aktor politik untuk mensponsori sebuah situs web, agar dapat berkomunikasi dengan pendukungnya, menjangkau pemilih yang belum memutuskan pilihan, merekrut relawan, dan mengumpulkan uang secara online.

Internet melalui berbagai macam fitur pendukungnya akan digunakan sebagai alat persuasif agar dapat menjangkau pemilih (masyarakat) yang cenderung skeptis pada media massa, seperti media cetak

Alasan utama politisi dalam menggunakan media sosial online adalah untuk membuat diri mereka "terlihat" oleh publik, baik pusat maupun daerah, berkomunikasi dengan pemilih mereka (aktual atau potensial) dan masyarakat luas mengenai kebijakan (visi dan misi) mereka.

Kampanye politik yang hingga saat ini sangat identik dengan money politics, panggung musik, poster, dan baliho kini lambat laun telah diupgrade sesuai dengan kemajuan zaman. Kampanye online merupakan tindakan yang amat strategis bagi para politisi untuk dapat menjangkau dan meningkatkan popularitas serta elektabilitas mereka

Citra politik yang terbentuk di benak masyarakat, tidak selamanya selalu sesuai dengan realitas yang sebenarnya, karena mungkin masyarakat memaknai sesuai dengan realitas media atau realitas buatan media saja. Kampanye yang dilakukan oleh berbagai pihak kini mulai berkembang dan memiliki kreativitas sendiri-sendiri dalam melakukan pencitraan politiknya bahkan terkadang sampai melupakan etika politik.

Menurut Nimmo ada beberapa strategi pencitraan yang tidak sesuai dengan etika politik. Salah satunya adalah free ride publicity, yang artinya publisitas dengan cara memanfaatkan akses atau "menunggangi" pihak lain atau media untuk ikut mempopulerkan diri. Contohnya seperti tampil menjadi pembicara di sebuah forum, ikut berpartisipasi dalam event olah raga, mensponsori kegiatan-kegiatan sosial dan lain-lain

Internet dengan berbagai tawaran aplikatif yang menyertainya diyakini mampu memberikan ruang eksplorasi bagi penggunanya (user) dalam berbagai kepentingan yang ada, tidak terkecuali para aktor politik.

Ruang elektronik ini menjadi semacam "kendaraan" bagi para aktor politik di manapun mereka berada dalam menjangkau publik. Internet menjadi ruang interaktif yang efektif guna membangun citra para aktor politik, di tengah krisis ruang yang mendera media cetak konvensional saat ini. Internet melalui fitur strategisnya mampu mereduksi jarak, ruang dan waktu

Untuk mendukung berlangsungnya proses demokrasi, masyarakat menggantungkan harapan yang besar pada media, tak hayal media/pers digadanggadang sebagai kekutan politik keempat atau dikenal dengan istilah the fourth estate press, sebagai mitra dari eksekutif, legislatif dan yudikatif (Purba, 2006).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun