Untuk mengisi kegiatan masa reses akhir tahun 2015, anggota DPR RI H. Ambar Tjahyono SE MM mengadakan turba atau turun ke bawah alias kunjungan ke sejumlah wilayah di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungan yang dilakukan pada tanggal 29 Desember 2015 itu diikuti para pengurus Jaringan Ambar Tjahyono serta dipimpin oleh Yani Ambar.
[caption caption="Yani Ambar (berkerudung) saat dialog dengan warga Ngeposari Semanu"][/caption]
Beberapa titik yang dikunjungi rombongan diantaranya ke Desa Pacarejo dan Desa Ngeposari di Kecamatan Semanu, Kecamatan Rongkop, Desa Wiladeg Karang Mojo, serta ke Desa Kedungkris Nglipar. Sebagai anggota DPR RI dari daerah pemilihan DIY, Ambar Tjahyono memang banyak mendapatkan dukungan suara dari kawasan tenggara Yogyakarta ini.
Ada banyak temuan menarik selama berdialog dengan warga. Diantaranya, masyarakat petani di Semanu Gunung Kidul masih menghadapi kendala peralatan produksi dan pupuk. Akibatnya, produksi padi yang dihasilkannya belum bisa optimalkan sehingga penghasilan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya juga maish terbatas.
“Untuk merontokkan padi hasil panen saja kami harus menunggu selama 7 hingga 10 hari,” kata Joko, Ketua Kelompok Tani Marsudi Bogasari II Pedukuhan Jetis Kulon, Desa Pacarejo, Semanu. Kendala ini selain menyebabkan penjualan padi menjadi mundur juga membuat para petani lebih banyak membuang waktunya untuk menunggu ketimbang melakukan hal produktif lainnya.
Karena itulah kepada rombongan, Joko mengungkapkan rasa gembiranya dengan bantuan alat perontok padi (tlaser) yang baru diterimanya dari Kementerian Perindustrian melalui fasilitasi anggota dewan dari Fraksi Demokrat itu yang diharapkan mampu mengatasi problem yang ada.
Upaya Mengangkat Potensi Warga
Pada dialog ini juga terungkap potensi warga dalam mengolah tanaman obat menjadi produk herbal. Bahan baku dari tanaman jahe, kunyit, kunir, dan temulawak yang cukup melimpah telah mampu diolah menjadi produk dalam kemasan plastik.
Sayangnya, selain cara pengemasannya yang masih sederhana perhitungan bisnis usaha ini ternyata belum mampu memberikan penghasilan tambahan yang memadai dari ibu-ibu yang mengusahakannya.
Yani Ambar yang juga menjabat sebagai Ketua Umum DPD IWAPI DIY tanggap dengan potensi yang ada. Saat itu juga dia mengundang Rahayu, Sekretaris DPD IWAPI DIY yang kebetulan tinggal di Wonosari Gunung Kidul untuk mengidentifikasi persoalan. Dari dialog itu pula disepakati rencana pengadaan pelatihan usaha dan pendampingan untuk para wanita petani di desa itu.
[caption caption="Bersama anggota Kelompok Tani Marsudi Bogasari II Bergambar di depan Alat Bantuan pemerintah"]