Mohon tunggu...
Yosef Budiman
Yosef Budiman Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pembelajar

Mengabdi sebagai guru di MAN 2 Bogor.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Akuntan Profesional yang Membumi

10 Januari 2021   16:32 Diperbarui: 10 Januari 2021   17:05 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada hal menarik yang ingin saya bagikan ketika saya menyelesaikan tugas akhir untuk kuliah S2 di Departement of Commerce, University of Mysore, India pada tahun 2011-13 lalu. Selain harus menyelesaikan 3 mata kuliah pada semester 4, setiap mahasiswa diharuskan pula membuat Project Work Dissertation. Tugas ini semacam Tesis dalam sistem pendidikan Indonesia namun bentuknya lebih sederhana dan harus di selesaikan pada semester tersebut.

Topik projek yang diambil pada waktu itu sedang hangat dibicarakan yaitu, IFRS ( International Financial Reporting Standard). Topik ini sedikit terlihat 'keren' karena bagi seorang guru tingkat SMA ini adalah topik "diawang-awang'  dan dipastikan 'nge-blank' dengan topik ini. Jangankan berbicara global, praktek akuntansi perusahaan lokal pun belum pernah karena guru hanya mengajar pengenalan konsep dasar untuk anak remaja.

Saya tertarik mengambil topik tersebut karena di semester sebelumnya ada beberapa mata kuliah yang relevan yaitu, Teori Akuntansi, Corporate Governance, Bisnis Internasional, Akuntansi Internasional, Kebijakan Bisnis dan lingkungan dan beberapa mata kuliah lainnya.

Sudah kadung pelajaran berbau akuntansi dan berbau internasional yang 'wah' akhirnya nyebur saja sekalian. Perkara bisa atau tidak urusan belakangan. Agar mudah topik 'wah' itu saya buat dengan ruang lingkup lokal dan model gaya penelitian seorang guru SMA. Akhirnya saya mengambil sisi persepsi para akuntan professional yang bekerja di bidang akuntansi tentang rencana India melakukan konveregensi atau harmonisasi standar akuntansi global ini.

Topik laporan keuangan sangat sensitif namun dengan mengambil persepsi Akuntan profesional  ada celah untuk masuk. Karena itu, mau tidak mau saya turun gunung untuk mendatangi mereka yang tersebar di kota Mysore, tempat saya tinggal.

Sebagai orang asing tentu banyak problem teknis yang saya hadapi dalam penelitian tersebut seperti bahasa, ada istiadat, kebiasaan dan penguasaan medan. Mewawancarai professional bukan pekerjaan mudah. Mereka orang sibuk dan mungkin juga kurang 'welcome' karena kehadiran kita dianggap mengganggu. Apalagi saya akan datang di bulan-bulan sibuk sekitar Maret-April waktu dimana mereka sedang menyelesaikan deadline pemeriksaan laporan keuangan. Sebab, India menggunakan periode akuntansi 1 April s.d 31 Maret.

Meski tergopoh-gopoh dengan penolakan atau ujaran yang sebenarnya setara penolakan "You can come tomorrow only!" sambil menggoyangkan kepala, akhirnya banyak juga yang bersedia. Beruntung di Mysore banyak Akuntan profesional  yang bisa saya temukan yaitu, konsultan pajak, auditor dan CA (Certified Accountant).

Ketiga kelompok professional itu berkantor di gedung perkantoran megah hingga ruko di pasar tradisional. Aneh bin ajaib ada kantor akuntan di pasar. Agak mustahil di temukan di Indonesia. Pernah saya 'kecele' ketika akan mendatangi suatu kantor atas rekomendsi responden sebelumnya. Dari luar tidak terlihat seperti kantor dan posisinya ada dilantai dua dengan bangunan ruko lama yang warna cetnya sudah kusam.

Saya tidak bisa masuk karena pemilik kantornya masih diluar. Padahal saya sudah janjian. Ketika datang, terlihat wajah masih muda mengahmpiri datang yang ternyata sang pemilik kantor. Setelah saya masuk ternyata di dalamnya terlihat seperti kantor dan cukup lumayan nyaman. Setelah berkenalan dan menyampaikan maksud kedatangan saya jadi tahu ternyat dia adalah akuntan tersertifikasi yang memiliki afiliasi dengan kantior lain di Ibu kota provinsi.  

Pernah saya harus mencari salah satu kantor yang alamatnya di dalam pasar. Saya harus bertanya beberap kali dan masuk keluar ruko-ruko yang menjual beraneka ragam barang dari mulai sembako, makanan, tekstil dan sebagainya. Akhirnya saya temukan di dalam pasar di lantai dua. Setelah masuk kantornya lumayan luas untuk ukuran pasar dengan jumlah karyawan sekitar lima orang atau lebih.

Hasil blusukan ke kantor-kantor akuntan profesional, ternyata firma-firma kecil lah yang paling mudah menerima kedatangan saya. Di tempat-tempat itu saya bisa memberikan daftar pertanyaan tertulis untuk diisi dan sedikit wawancara. Meski kadang tidak terjadwal sebelumnya karena responden yang saya dapatkan umumnya hasil rekomendasi dari para akuntan yang saya wawancara sebelumnya atau teman orang India yang satu kampus.

Saya mendapati Akuntan profesional paling banyak adalah konsultan pajak dan auditor. Kadang mereka membuka kantor di rumah atau di ruko-ruko yang saya sebutkan di awal. Mereka biasanya terafiliasi dengan akuntan tersertifikasi. Jika ingin mendapati ketiga kelompok ini secara mudah maka akan lebih mudah di kantor para akuntan tersertifikasi.

Selama blusukan saya jadi teringat Indonesia. Saya membayangkan di pasar-pasar tradisional yang ada di level kecamatan ada kantor akuntan. Kelak nanti konsumen mereka adalah para pedang pasar atau para pengusaha kecil yang membutuhkan jasa misalnya, jasa bimbingan pengelolaan keuangan, perpajakan atau membuat laporan keuangan yang sesuai standar.

Saya yakin nantinya menejemen keuangan usaha kecil akan terbantu. Dan tentu saja pemerintah pun secara tidak langsung akan terbantu sebab jika Akuntansi membumi maka kesadaran membayar pajak pun akan meningkat karena pencatatan keuangan perusahaan tercatat dengan rapi dan mudah melakukan pemeriksaan.

Saat ini mungkin ini masih mimpi sebab ini bukan pekerjaan mudah. Banyaknya kantor Akuntan profesional terkait juga dengan akses yang luas misalnya pendidikan akuntansi, profesi akuntansi dan regulasi-regulasi lainnya yang saling terkait. Tak kalah penting lekatnya akuntansi dalam kehidupan masyarakat.  Kapan ya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun