Mohon tunggu...
YUSUF BAHTIAR
YUSUF BAHTIAR Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/Mahasiswa

Pelajar/Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingkah Pendidikan Akhlak Sejak Dini?

31 Mei 2023   20:51 Diperbarui: 31 Mei 2023   21:02 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Apakah benar bahwasannya pendidikan akhlak itu penting dan harus diutamakan? Namun dewasa ini kebanyakan orang tua lebih mengutamakan dan mementingkan pendidikan akademik dan bersemangat memasukkan anaknya ke lembaga-lembaga bimbingan dibandingkan pendidikan akhlak. Mereka menginginkan anaknya juara dalam hal akademi, menuntut anak-anaknya supaya bisa menguasai banyak bidang.

Apakah dengan menuntut anak untuk belajar dan menuntut anak untuk juara kelas akan menjamin masa depan anak? Lantas manakah yang harus diutamakan bagi orang tua, pendidikan akademik atau akhlak?

Menurut sebuah pengamatan, anak mampu mengusai pelajaran matematika lebih cepat daripada membentuk kepribadian yang baik. Membutuhkan kurang lebih dua belas tahun untuk membentuk karakter yang baik pada anak. Tidak cukup hanya dengan belajar melalui buku, anak-anak juga membutuhkan keteladanan dan praktik yang berkelanjutan. Oleh karena itu, pendidikan akhlak haruslah diutamakan sejak dini karena membutuhkan waktu lama dan dilakukan sebelum akhlaknya telanjur terbentuk menjadi akhlak yang buruk.

Pembahasan mengenai pendidikan akhlak adalah pembahasan yang sangat urgen dan penting di dunia pendidikan. Pembahasan ini telah banyak dikaji oleh para peneliti dan penulis karya ilmiah lain. Artikel ini mengemukakan bagaimana konsep pendidikan akhlak menurut perspektif Al-Qur'an. Menurut pandangan Al-Qur'an, pendidikan akhlak harus dididikkan pada manusia, sehingga manusia bisa berakhlak kepada Allah Swt., kepada dirinya sendiri, kepada keluarga, kepada guru, dan kepada masyarakat sekitarnya.

Pendidikan adalah sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional) menuju ke arah tabiat manusia dan manusia biasa. Pada dasarnya pendidikan ialah usaha sadar yang ditujukan guna mematangkan potensi fitrah manusia, supaya setelah tercapai kematangan itu, manusia mampun memerankan diri sesuai dengan amanah yang disandangnya, juga dapat mempertanggungjawabkan pelaksanaan kepada sang pencipta, Allah Swt.. Kematangan yang dimaksudkan adalah sebagai gambaran dari tingkat perkembangan optimal yang dicapai oleh setiap potensi fitrah manusia.

Secara etimologi akhlak diartikan sebagai budi pekerti, watak, dan tabiat. Asal kata akhlak dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang menurut lughot diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Dalam sehari-hari akhlak biasanya disamakan artinya dengan budi pekerti, kesusilaan, sopan santun dalam bahasa Indonesia, dan tidak berbeda pula dengan arti kata moral, ethic dalam bahasa Inggris.

Pada dasarnya akhlak mengajarkan bagaimana seharusnya seseorang berhubungan dengan Allah Swt., penciptanya, juga bagaimana seharusnya hubungan seseorang dengan sesama manusia. Tujuan pendidikan akhlak diberikan kepada anak agar mampu membersihkan diri dari perbuatan maksiat serta dosa. Karena sebagai manusia yang memiliki jasmani dan rohani, maka jasmani dibersihkan secara lahiriah melalui fikih dan rohani dibersihkan secara bathiniah melalui akhlak. Pendidikan akhlak adalah pendidikan nilai yang pertama didapat anak dari keluarganya. Pola asuh orang tua baik yang menerima atau yang menolak anaknya, akan berpengaruh pada perkembangan emosi, perilaku, sosial-kognitif, dan kesehatan fungsi logisnya saat dewasa.

Dasar pendidikan akhlak ialah dari Al-Qur'an dan Al-Hadis, karena akhlak adalah sistem moral yang bertitik pada ajaran Islam. Al-Qur'an dan Al-Hadis menjadi pedoman hidup umat Islam menjelaskan kriteria baik dan buruknya suatu perbuatan. Al-Qur'an sebagai dasar akhlak menjelaskan tentang kebaikan Rasulullah saw. sebagai teladan bagi seluruh umat manusia. Oleh karena itu, selaku umat Islam sebagai pengikut Rasulullah saw teladan bagi seluruh umat manusia, sebagaimana firman Allah Swt. dalam Q.S. Al-Ahzab (33) ayat 21 yang artinya "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.".

Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa terdapat suri teladan yang baik, yaitu dalam diri Rasulullah saw yang telah ada padanya akhlak yang mulia dan luhur. Kemudian dalam Q.S. AlQalam (68) ayat empat yang artinya "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.". Bahwasannya Nabi Muhammad saw. pada ayat tersebut dinilai sebagai seseorang yang berakhlak agung (mulia).

Menurut ayat-ayat Al-Qur'an di atas memberikan pengertian mencakup pentingnya pendidikan akhlak pada kehidupan manusia, dimana dengan pendidikan akhlak yang diberikan dan disampaikan kepada manusia pastinya akan melahirkan orang-orang yang bermoral, laki-laki maupun perempuan, mempunyai jiwa yang bersih, kemauan yang keras, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi, mengerti arti kewajiban dan pelaksanaannya, menghormati hak asasi manusia, mengerti perbedaan buruk dan baik, menjauhi perbuatan yang tercela, dan senantiasa mengingat Allah dalam setiap pekerjaan yang dilakukan.

Tujuan pokok pendidikan Islam adalah mendidik budi pekerti dan pembentukan jiwa. Pendidikan yang diberikan kepada anak didik haruslah mengandung pelajaran-pelajaran akhlak. Setiap pendidik haruslah memikirkan akhlak serta keagamaan sebelum yang lainnya karena akhlak keagamaan adalah akhlak yang tertinggi, sedangkan akhlak yang mulia itu adalah tiang dari pendidikan Islam. Menurut Ali Hasan bahwa tujuan pokok akhlak adalah agar setiap orang berbudi (berakhlak), bertingkah laku (tabiat) berperangai atau beradat istiadat yang baik atau yang sesuai dengan ajaran Islam.

Konsep pendidikan akhlak dalam Al-Qur'an yaitu 1) Akhlak kepada Allah, nasehat yang penuh hikmah yang disampaikan oleh Luqman adalah jangan berlaku syirik. (Q. S. Luqman/31: 13). Al-Nahlawi menjelaskan bahwa tujuan pendidikan ketauhidan adalah untuk ikhlas dalam beribadah kepada Allah Swt., mengetahui arti dan tujuan beribadah kepada Allah, menjauhi larangan Allah Swt., seperti syirik dan hal-hal yang dapat mengalihkan ketauhidan dan mengaburkan tujuan pendidikan. 2) Akhlak kepada keluarga, hormat dan berbakti kepada kedua orang tua menempati tempat kedua setelah penggunaan berbakti kepada Allah SWT. (Q. S. Luqman/31: 14). (Q. S. al-An'am/6 : 151 dan al-Isra'/17: 23). Allah menyuruh kepada manusia untuk menghormati serta memuliakan kedua orang tuanya. Sebab dengan melalui jalan orang tua itulah manusia dilahirkan ke muka bumi. Dalam Islam diajarkan bahwasannya hidup di dunia untuk beribadat kepada Allah, untuk berterima kasih, serta untuk jadi khalifah. Semuanya tidak dapat dilakukan jika kita tidak ter lahir ke dunia. Sebab itulah hormati ibu bapak. 3) Akhlak kepada diri sendiri, Q. S. Luqman/31: 16 dan 17 Menurut Hamka kandungan modal hidup diberikan Luqman kepada anaknya dan dibawakan menjadi modal juga untuk kita semua, disampaikan oleh Muhammad kepada umatnya. 4) Akhlak kepada manusia, Q. S. Luqman/31: 18-19, ayat ini dijelaskan bahwa Luqman menjelaskan kepada anaknya tentang bersosial/muamalah antar sesama, yaitu: hubungan dengan manusia dan lingkungan. Nasehat Luqman berkaitan dengan akhlak dan sopan santun dalam berinteraksi dengan sesama manusia. Banyak rincian yang dijelaskan oleh al-Qur'an yang berkaitan dengan perlakukan terhadap sesama manusia, baik dalam bentuk berita/khabar, perintah/amar, maupun larangan/nahi. Menurut al-Qur'an, setiap orang sebaiknya didudukkan secara wajar sebab pada hakikatnya semua manusia sama dan setara, hanya iman dan takwalah yang membedakan derajat manusia di sisi Allah.

Jadi pendidikan akhlak itu sangat penting, bahkan menjadi landasan atau pondasi utama manusia. Kemudian apa yang membuat pendidikan akhlak adalah pondisi utama?

Pertama, akhlak adalah cerminan dari kualitas pribadi. Banyak anak bangsa yang sanggup lulus dari pendidikan akademik dengan mendapatkan nilai yang hampir sempurna. Tetapi, sayangnya cuma sedikit yang mempunyai akhlak yang baik. Akhirnya, mereka tidak dapat berkembang dengan baik di dunia setelah sekolah. Ada yang bermalas-malasan ketika bekerja. Ada yang suka menyelundupkan uang perusahaan atau korupsi. Perilaku-perilaku tersebut jelas merugikan orang lain.

Kedua, akhlak dapat mengendalikan pergaulan seseorang. Sudah banyak beredar di berita-berita daring dan televisi, banyak anak muda yang melakukan tawuran, bunuh diri, narkoba, seks bebas, dan masih banyak lagi penyimpangan perilaku lainnya. Hal itu tidak akan terjadi bila para orang tua sadar akan pentingnya pendidikan akhlak. Bagaimana caranya mengendalikan amarah? Bagaimana caranya berinteraksi dengan sesama? Bagaimana sebaiknya bersikap dengan orang yang berbeda pendapat dengan kita? Semua itu penting diajarkan kepada anak-anak kita.

Ketiga, akhlak dapat berpengaruh pada ketentraman keluarga. Ketenteraman dalam hubungan keluarga tidak mungkin akan terjadi jika anggotanya tidak memiliki akhlak yang baik. Kalau antar anggota keluarga saling mencela, menghardik, ataupun saling menjatuhkan, maka ketenteraman keluarga akan sulit diwujudkan

Keempat, akhlak dapat mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. Ini jelas terlihat di sekitar kita. Bagaimana banyak wakil daerah yang tidak sungguh-sungguh menyuarakan aspirasi rakyat. Dan banyak para aparat negara yang malah sibuk memperkaya diri sendiri dengan korupsi uang rakyat. Hal tersebut tidak akan terjadi jika akhlak mereka baik.

Serta, masih banyak lagi contoh akhlak yang buruk yang terjadi di negara kita. Tetapi semuanya dapat dicegah jika para orang tua memperhatikan pendidikan akhlak anaknya sedari dini. Dengan menjadi tauladan yang baik bagi anak-anaknya. Dengan terus peduli dan menegur jika anak-anak berbuat salah, bijak menghadapi anak-anak, serta mendidik anak dengan benar.

Adapun penyebab permasalahan lemahnya atau buruknya akhlak itu terjadi disebabkan oleh 1) Dha'ful Iman, yaitu lemah iman. Iman yang bagus membuat seseorang menjadi terikat kepada segala bentuk ketetapan dan ketentuan Allah Swt. dan tidak berani menyimpang kepada jalan yang salah, karena itu manakala seseorang telah memiliki iman yang mantap dan sempurna, insyaallah dia memiliki akhlak yang baik. 2) Bi'ah Al-Sayyiah, yaitu lingkungan yang buruk. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap manusia, jika lingkungannya buruk sangat berpotensi mengubah orang menjadi orang yang buruk, begitu juga sebaliknya, salah satunya adalah media sosial, teman pergaulan, lingkungan keluarga ,dan lain sebagainya. 3) Dha'fu Al- Mutaba'ah, yaitu lemahnya kontrol atau pengawasan. Kerusakan akhlak seseorang diantaranya lemahnya kontrol (pengawasan), baik dari diri sendiri, keluarga, pengajar, dan masyarakat luas. 4) Kemajuan teknologi. Dampak globalisasi teknologi memang dapat memberikan dampak positif tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa hal ini juga dapat berdampak negaif bagi kerusakan moral, perkembangan internet dan ponsel berteknologi tinggi terkadang dampaknya sangat berbahaya bila tidak digunakan oleh orang yang tepat.

Pendidikan akhlak haruslah dimulai sejak dini. Sejak mereka lahir mulai mengenalkan mereka tentang nilai-nilai agama. Mengajarkan anak-anak segala perilaku baik untuk menjadi pribadi yang baik, baik sebagai seorang hamba yang memiliki tuhan maupun sebagai anggota masyarakat dalam sebuah negara yang memiliki keberagaman agama.

Sudahkah kita mempunyai akhlak yang baik? Sudahkah kita ikut berkontribusi untuk mengajari atau menanamkan akhlak yang baik kepada keluarga atau masyarakat? Sudahkah kita sebagai orang tua memberikan pendidikan akhlak yang baik kepada anak-anak? Mari kita terus belajar agar menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan mampu membimbing para generasi bangsa.

Referensi:

Alim, Muhammad. 2011. Pendidikan Agama Islam (Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Al-Nahlawi, Abdurrahman, (1999), Ushul al-Tarbiyyah al- Islamiyah wa Asalibuha fi al-Bait wa al-Madrasah al-Mujtama' , Beirut: Dar al-Fikr.

Arifin, M. 2000. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamka, (1993), Tafsir al-Azhar Jilid 7 , Cet. Ke-2; Singapura: Pustaka Nasional.

Hasan, M. Ali. 1988. Tuntunan Akhlak. Jakarta: Bulan Bintang

Jalaluddin. 2001. Teologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kementrian Agama RI. 2010. Az-Zikru Al-Quran dan Terjemahan untuk Wanita. Jakarta: Wali.

Mustansyir, Rizal. 2003. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Shihab, M. Quraish, 1996, Membumikan al-Qur'an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun