Mohon tunggu...
Yusuf Arya
Yusuf Arya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

INTERNATIONAL RELATIONS UNSRI22

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rusia vs Ukraina: Dinamika Geopolitik

7 Desember 2024   01:33 Diperbarui: 7 Desember 2024   01:49 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Konflik antara Ukraina dan Rusia merupakan salah satu isu geopolitik paling signifikan dan kompleks di abad ke-21, dengan akar sejarah yang dalam dan beragam faktor yang saling berinteraksi. Hubungan antara kedua negara ini telah dibentuk oleh sejarah panjang yang mencakup berbagai periode, mulai dari masa Kievan Rus pada abad ke-9, di mana keduanya berbagi warisan budaya dan sejarah, hingga era Uni Soviet yang menyaksikan Ukraina menjadi salah satu republik yang terintegrasi dalam struktur kekuasaan Moskow. Setelah Uni Soviet runtuh pada tahun 1991, Ukraina meraih kemerdekaannya dan berusaha untuk menegakkan identitas nasionalnya yang terpisah dari pengaruh Rusia. 

Latar Belakang Konflik

 Ketegangan mulai meningkat pada akhir 2013 ketika Presiden Ukraina saat itu, Viktor Yanukovych, mengambil keputusan untuk menunda penandatanganan perjanjian asosiasi dengan Uni Eropa. Keputusan ini memicu protes besar-besaran di Kiev yang dikenal sebagai Euromaidan, di mana rakyat Ukraina menuntut integrasi lebih dekat dengan Eropa dan penegakan reformasi anti-korupsi. Protes ini berlanjut selama beberapa bulan dan berujung pada penggulingan Yanukovych pada Februari 2014. Situasi politik yang tidak stabil ini dimanfaatkan oleh Rusia untuk memperkuat pengaruhnya di kawasan tersebut. (RagamInfo, 2023) 

Pada Maret 2014, Rusia melancarkan aneksasi terhadap Semenanjung Krimea setelah mengadakan referendum kontroversial yang dianggap ilegal oleh banyak negara. Tindakan ini memicu kecaman internasional dan sanksi ekonomi terhadap Rusia, serta meningkatkan ketegangan antara Rusia dan negara-negara Barat. Setelah aneksasi Krimea, konflik bersenjata meletus di wilayah Donbas, Ukraina timur, di mana kelompok separatis pro-Rusia di Donetsk dan Luhansk mendeklarasikan kemerdekaan. Rusia dituduh memberikan dukungan militer dan logistik kepada kelompok separatis ini, meskipun Kremlin membantah terlibat secara langsung. (Oktarianisa, 2022) 

Salah satu faktor utama yang memperburuk konflik adalah keinginan Ukraina untuk bergabung dengan NATO dan Uni Eropa. Bagi Rusia, hal ini dipandang sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasionalnya. Dalam pandangan Kremlin, perluasan NATO ke arah timur dianggap sebagai pelanggaran terhadap perjanjian pasca-Perang Dingin yang seharusnya menjamin bahwa aliansi militer tersebut tidak akan bergerak lebih dekat ke perbatasan Rusia. Di sisi lain, banyak warga Ukraina melihat integrasi dengan Barat sebagai langkah penting untuk memastikan kedaulatan dan kemerdekaan negara mereka dari pengaruh Rusia. (Bustomi, 2024)

 Meskipun beberapa upaya perdamaian dilakukan melalui Perjanjian Minsk pada tahun 2014 dan 2015, implementasinya gagal membuahkan hasil yang signifikan. Ketegangan terus meningkat dengan terjadinya pelanggaran gencatan senjata secara berkala dan meningkatnya aktivitas militer di sepanjang garis depan. Pada akhir tahun 2021 dan awal 2022, Rusia mulai mengerahkan pasukan besar-besaran di perbatasan Ukraina, menimbulkan kekhawatiran akan invasi lebih lanjut. (Bustomi, 2024)

 Puncak dari konflik ini terjadi pada Februari 2022 ketika Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina. Invasi ini tidak hanya menyebabkan krisis kemanusiaan yang parah dengan jutaan pengungsi yang melarikan diri dari negara tersebut, tetapi juga mengubah lanskap geopolitik global. Negara-negara Barat merespons dengan memberikan dukungan militer dan ekonomi kepada Ukraina serta memberlakukan sanksi ekonomi yang lebih ketat terhadap Rusia. Konflik ini telah menyebabkan gangguan signifikan dalam pasokan energi global dan meningkatkan ketidakpastian ekonomi di seluruh dunia.

Dinamika Geopolitik 

 Perang antara Ukraina dan Rusia telah memunculkan dinamika geopolitik yang kompleks, mengubah tatanan keamanan Eropa sekaligus memengaruhi keseimbangan kekuatan global. Invasi Rusia pada Februari 2022 tidak hanya memperdalam keterlibatan NATO di kawasan, dengan Swedia dan Finlandia yang sebelumnya netral kini bergabung, tetapi juga memicu lonjakan belanja pertahanan di negara-negara Eropa. Di sisi lain, isolasi Rusia akibat sanksi ekonomi besar-besaran yang diterapkan oleh Barat, termasuk pembatasan akses ke sistem keuangan global dan embargo energi, memaksa Moskow mempererat hubungan dengan Tiongkok dan negara-negara Global South yang enggan berpihak secara eksplisit. Konflik ini juga menciptakan dampak besar pada rantai pasokan global, di mana ekspor gandum dan bahan pangan Ukraina yang terganggu memicu krisis di negara-negara berkembang, sementara melonjaknya harga energi memperburuk inflasi di seluruh dunia. (Muhaimin, 2024)

 Konflik juga ini menjadi ajang uji coba teknologi militer modern, seperti drone dan senjata presisi tinggi, yang tidak hanya memengaruhi jalannya konflik tetapi juga mendikte perkembangan teknologi perang di masa depan. Sementara itu, solidaritas Barat terhadap Ukraina, melalui bantuan militer dan diplomatik, memperkuat posisinya di panggung internasional, tetapi juga menimbulkan reaksi keras dari Rusia yang berusaha mencari sekutu baru di antara negara-negara seperti Iran dan Korea Utara.w Dalam konteks domestik, Rusia menghadapi ketegangan internal berupa protes anti-perang dan gelombang emigrasi, sementara Ukraina menjadi simbol perlawanan terhadap agresi, memperkuat dukungan global terhadap prinsip kedaulatan negara. Konflik ini juga mempercepat pergeseran ke dunia multipolar, di mana negara-negara seperti India dan Turki memanfaatkan netralitas mereka untuk memainkan peran mediasi dan memperkuat pengaruh geopolitik mereka. Dengan semua dampak ini, perang Ukraina dan Rusia bukan sekadar konflik regional, melainkan katalis perubahan tatanan global di tengah persaingan ideologi, ekonomi, dan militer di abad ke-21.

Peran IGO Dalam Menagani Kekerasan Seksual Terhadap Konflik 

Peran UN Women dalam mengatasi masalah kekerasan seksual akibat konflik, seperti yang terjadi dalam konflik antara Ukraina dan Rusia, sangat penting dan multifaset. Dalam konteks ini, UN Women berfokus pada perlindungan perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual di zona konflik. Mereka berupaya untuk memberikan dukungan kepada perempuan melalui berbagai program yang dirancang untuk meningkatkan kesadaran akan hak-hak perempuan dan menyediakan akses ke layanan kesehatan serta dukungan psikologis. Melalui pelatihan bagi penyedia layanan, UN Women berusaha memastikan bahwa korban mendapatkan bantuan yang sesuai dan sensitif terhadap kebutuhan mereka. (Suri, 2020).

UN Women juga berperan dalam memperkuat kerjasama antar lembaga, baik di tingkat lokal maupun internasional. Dalam situasi konflik, sering kali terdapat tantangan dalam koordinasi antara berbagai organisasi yang terlibat dalam penanganan kekerasan seksual. UN Women berfungsi sebagai jembatan untuk memfasilitasi komunikasi dan kerjasama antara pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat sipil. Dengan cara ini, mereka dapat menciptakan jaringan dukungan yang lebih kuat bagi korban kekerasan seksual. UN Women juga aktif dalam advokasi kebijakan untuk melindungi perempuan dari kekerasan seksual di daerah konflik. Mereka mendorong pemerintah dan lembaga internasional untuk mengadopsi undang-undang dan kebijakan yang lebih ketat terkait perlindungan perempuan. Hal ini termasuk mendorong implementasi resolusi Dewan Keamanan PBB yang berkaitan dengan perempuan, perdamaian, dan keamanan, yang menekankan pentingnya perlindungan perempuan dalam situasi konflik. Penting untuk dicatat bahwa upaya UN Women tidak hanya terbatas pada penanganan kasus-kasus kekerasan seksual setelah kejadian terjadi. Mereka juga bekerja proaktif untuk mencegah kekerasan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu-isu gender dan kekerasan berbasis gender. Melalui kampanye pendidikan dan program-program advokasi, UN Women berusaha mengubah norma-norma sosial yang mendukung kekerasan terhadap perempuan, sehingga menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi semua. (Banuarli, 2021)  

Kesimpulan

Konflik antara Ukraina dan Rusia telah memunculkan dinamika geopolitik yang rumit, mengubah tatanan keamanan Eropa dan memengaruhi keseimbangan kekuatan global. Invasi Rusia pada Februari 2022 tidak hanya memperdalam keterlibatan NATO di kawasan, dengan Swedia dan Finlandia yang sebelumnya netral kini bergabung, tetapi juga memicu lonjakan belanja pertahanan di negara-negara Eropa. Di sisi lain, isolasi Rusia akibat sanksi ekonomi besar-besaran yang diterapkan oleh Barat, termasuk pembatasan akses ke sistem keuangan global dan embargo energi, memaksa Moskow untuk mempererat hubungan dengan Tiongkok serta negara-negara Global South yang enggan berpihak secara eksplisit. Konflik ini juga berdampak besar pada rantai pasokan global, di mana gangguan ekspor gandum dan bahan pangan dari Ukraina memicu krisis di negara-negara berkembang, sementara melonjaknya harga energi memperburuk inflasi di seluruh dunia.   Konflik ini menjadi ajang uji coba teknologi militer modern, seperti drone dan senjata presisi tinggi, yang tidak hanya memengaruhi jalannya konflik tetapi juga mendikte perkembangan teknologi perang di masa depan. Solidaritas Barat terhadap Ukraina, melalui bantuan militer dan diplomatik, memperkuat posisinya di panggung internasional, namun juga menimbulkan reaksi keras dari Rusia yang berusaha mencari sekutu baru di antara negara negara seperti Iran dan Korea Utara. Dalam konteks domestik, Rusia menghadapi ketegangan internal berupa protes anti-perang dan gelombang emigrasi, sementara Ukraina menjadi simbol perlawanan terhadap agresi, memperkuat dukungan global terhadap prinsip kedaulatan negara. Konflik ini juga mempercepat pergeseran menuju dunia multipolar, di mana negara-negara seperti India dan Turki memanfaatkan netralitas mereka untuk memainkan peran mediasi dan memperkuat pengaruh geopolitik mereka. Dengan semua dampak ini, perang antara Ukraina dan Rusia bukan sekadar konflik regional, melainkan katalis perubahan tatanan global di tengah persaingan ideologi, ekonomi, dan militer pada abad ke-21.

Daftar Pustaka

Banuarli, N. A. (2021). Upaya Penghapusan Kekerasan Seksual Melalui Implementasi Program Pemberdayaan Perempuan. Journal of Gender and Children Studies.

Bustomi, A. G. (2024). Implikasi Revolution in Military Affairs pada Perang Rusia-Ukraina 2022 terkait Kepentingan Geopolitik Keamanan Regional Amerika Serikat di Ukraina. MONDIAL JURNAL HUBUNGAN INTERNASIONAL, 5.

 Muhaimin. (2024, November 18). Respons Moskow usai AS Izinkan Ukraina Serang Rusia dengan Rudal Jarak Jauh Amerika. Retrieved from international.sindonews.com: https://international.sindonews.com/read/1490065/41/respons-moskow-usai-as-izinkan ukraina-serang-rusia-dengan-rudal-jarak-jauh-amerika-1731899467 

Oktarianisa, S. (2022, Maret 04). Kronologi dan Latar Belakang Konflik Rusia dan Ukraina. Retrieved from cnbcindonesia.com: https://www.cnbcindonesia.com/news/20220304134216-4 320044/kronologi-dan-latar-belakang-konflik-rusia-dan-ukraina

 RagamInfo. (2023, Juni 16). 3 Latar Belakang Penyebab Perang Rusia dan Ukraina. Retrieved from kumparan.com: https://kumparan.com/ragam-info/3-latar-belakang-penyebab-perang-rusia dan-ukraina-20bxhcciP3x/1 

Suri, G. A. (2020). 202030PERANAN UNITED NATIONS WOMENDALAM MENGATASITINDAK KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP PEREMPUAN DIINDONESIA TAHUN 2016-2017. Jurnal Politik Indonesia Dan Global, 33. 

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun