Mohon tunggu...
Yusuf Ari Bahtiar
Yusuf Ari Bahtiar Mohon Tunggu... Freelancer - Sabar iku ingaran mustikaning laku

Nikmati proses dan syukuri Nikmat yang telah diberikan

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Nostalgia Ramadan Masa Kecil: Antara Uang 100 Rupiah dan Ketela Pohon

19 April 2021   22:11 Diperbarui: 19 April 2021   22:46 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
unsplash.com/Annie Spratt

Nostalgia itu asyik, apalagi mengingat pertama kali latihan puasa ramadan. Godaan itu sungguh luar biasa. Ada yang ingin puasa setengah hari, alias berbuka di waktu dhuhur. Pura-pura lupa kalau puasa. Dari sekian banyak godaan, ada beberapa hal yang selalu terngiang di dalam pikiran.

Pertama, aku belajar sholat Jumat. Biasanya puasa itu mencari pahala dan berkah. Berbeda dengan diriku yang mencari muka. Maksudnya ketika itu, diberi buku pegangan ramadan. Aku duduk dibarisan belakang dekat dinding. Saat khatib sedang berkhutbah. Aku menggelengkan kepala ke  arah kanan maupun kiri. Tujuannya agar khatib melihat diriku, ikut sholat Jumat.

Kalau dibayangkan, begitu konyol tingkahku. Seakan-akan ingin disapa oleh si khatib. Takut kalau ibu guru menanyakan, benar atau tidaknya kehadiran diriku. Nah, untungnya itu hanya sekali saja. Sholat Jumat selanjutnya, aku diajak berangkat bareng bersama kakek tetangga. Sehingga bisa lebih tenang dan nyaman saat beribadah.

Kekonyolan kedua, ketika sedang bersih-bersih lingkungan. Aku menyapu halaman rumah dan mengumpulkan dedaunan kering. Setelah terkumpul banyak, aku membakarnya. Sementara itu, ada ketela pohon yang cukup tua. Ku masukan ke dalam api agar matang. Harapanku untuk berbuka puasa.

Eh, ternyata setelah matang, lidah tak kuasa menahan kelezatan ketela. Warnanya yang indah dan harum. Saat sudah setengah jalan, tiba-tiba aku ingat sedang puasa. Sedangkan ketela tersangkut di kerongkongan. Ku muntahkan sisa ketela yang dimulut dan segera berkumur. Namun, rasa seret dan haus menyelimuti kerongkongan hingga waktu  berbuka tiba.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun